Harus Benahi Tiga Hal Infrasturktur Laut

SURABAYA – Infrastruktur di Indonesia membuat biaya transportasi khususnya di laut masih sangat mahal. Sehingga, harga-harga antara di Pulau Jawa dengan Indonesia bagian timur sangatlah jauh jaraknya. Bahkan untuk menerapkan harga bahan bakar minyak (BBM) satu harga itu masih sangat sulit.

Melalui disertasinya untuk program doktor Teknologi Kelautan, Mulyono, Senior Vice President Shipping PT Pertamina (Persero) mengungkapkan bisa menekan biaya transportasi laut hingga 50 persen. Disertasi dengan judul Pengembangan Model Terintegrasi Berbasis Theory of Constraints untuk Meningkatkan Kinerja Sistem Transportasi Laut ; Studi Kasus PT X itu, Mulyono mengungkapkan selama ini biaya transportasi laut sangat mahal karena infrastruktur yang belum memadai.

“Angkut BBM saja ke Papua harus pakai pesawat. Berapa biayanya. Pakai pesawat juga tidak dalam kapasitas besar. Kalau pakai kapal laut bisa dalam jumlah besar, dengan begitu harga jual bisa ditekan. Namun, untuk jalur laut, infrastrukturnya harus dibenahi. Kalau seperti sekarang, tetap saja mahal,” jelas usai pengukuhan gelar Doktor di Kampus ITS, Kamis (26/01).

Ada tiga hal yang harus dibenahi agar biaya transport bisa rendah. Yakni ketersediaan dermaga, alur pelayaran serta kapasitas pompa. Selama ini, dermaga dalam satu pelabuhan hanya ada maksimal dua. Padahal, seharusnya ketersediaan itu minimal tiga. Untuk membangun satu dermaga itu bisa dibutuhkan dana sekitar Rp 15 miliar hingga Rp 20 miliar.

Selain dermaga, hal kedua yang dibutuhkan adalah alur pelayaran. Alur pelayaran itu berkaitan dengan kedalaman pelabuhan. Selama ini, kedalaman pelabuhan hanya 4,5 meter. Padahal idealnya kedalaman minimal enam meter. Dengan kedalaman enam meter, maka bisa dilewati kapal-kapal dengan kapasitas yang lebih besar dengan daya angkut yang lebih banyak pula.

“Kalau hanya 4,5 meter maka daya angkutnya hanya 3 ribu ton. Namun kalau enam meter bisa mencapai 5 ribu ton dengan biaya yang sama. Ini jelas bisa menekan biaya transportasi,” jelas pria kelahiran Bojonegoro itu.

Dikatakan Mulyono, semua unsur itu perlu dibenahi dengan segera, karena kebutuhannya sangat mendesak. “Kalau secara total kebutuhan untuk tiga hal itu bisa mencapai Rp 50 miliar,” tuturnya.

Mulyono yang melakukan penelitian disertasi di pelabuhan Plaju – Pontianak itu mengaku hasil disertasinya ini bisa diaplikasikan ke mana saja. Karena Mulyono adalah pegawai di Pertamina, maka dia pun menyerahkan hasil disertasi itu untuk diaplikasikan perusahaan demi menekan biaya transportasi.

“Perusahaan sangat antusias. Karena Pertamina sendiri memiliki lima pilar prioritas yang akan dikembangkannya. Salah satunya pengembangan infrastruktur. Disertasi saya ini bisa divalidasi dan dipertanggung jawabkan,” ungkapnya.

PT Pertamina sendiri hingga kini menggunakan 240 kapal pengangkut BBM di seluruh Indonesia. Sebanyak 70 kapal adalah milik Pertamina sendiri, sedangkan sisanya kapal sewaan. Diakui Mulyono, dari jumlah kapal itu sekitar 10 persen sudah berusia tua di atas 25 tahun. Kapal tua ini memang kurang efektif dan efisien, namun Pertamina masih kesulitan mendapatkan kapal khususnya tanker, karena kapal tanker harus berbendera Indonesia. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry