INOVASI : Empat mahasiswa Unusa yang membuat inovasi teh untuk penderita asam urat. DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co – Teh menjadi salah satu minuman yang disukai masyarakat Indonesia.

Dan fungsi dari teh saat ini bukan sekadar minuman sebagai teman santai di pagi dan sore hari. Teh sudah memiliki fungsi lain yakni untuk kesehatan.

Tak mengherankan jika kini bermunculan berbagai macam jenis teh dengan bahan-bahan ramuan daun-daun tumbuhan berkhasiat.

Salah satunya adalah teh hasil inovasi empat mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Yakni Teh Kereng.

Teh Kereng yang dikemas seperti teh celup ini, mengandung khasiat bisa menurunkan kadar asam urat jika mengkonsumsinya secara rutin.

Karena teh ini adalah ramuan dari daun kersen (keres) dan lengkuas sehingga namanya menjadi Teh Kereng.

Keempat mahasiswa itu adalah Miftachul Ismi, Achmad, Brenda Adellia dan Herlina Poerningtyas.

Keempatnya adalah mahasiswa program studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

Miftachul Ismi  yang ditemui, Senin (17/7) mengakui teh ini bisa menurunkan kadar asam urat karena mengandung sesuatu yang bisa menurunkan kadar asam urat seseorang.

“Lengkuas itu mengandung senyawa ACA yang bisa menurunkan kadar asam urat,” ujarnya.

Sementara daun kersen, diakui Mifta panggilan akrab Miftachul Ismi selama ini dipercaya masyarakat bisa menurunkan asam urat.

“Masyarakat di daerah Bambe Gresik selalu mengkonsumsi ini. Daun kersen direbus, diambil air rebusannya dan diminum dua kali sehari satu gelas. Kalau rutin kadar asam urat normal,” jelas Mifta.

Pertama kali membuat Teh Kereng ini, kata Mifta memang melihat masyarakat Bambe yang rajin mengkonsumsi rebusan daun kersen.

“Kebetulan ada teman yang ibunya mengkonsumsi itu,” tukasnya.

Dari sana, timbul ide untuk menjadikan daun kersen itu lebih bermanfaat bagi orang banyak.

“Kita berpikir masak hanya direbus, bagaimana bisa dikonsumsi orang banyak terutama yang rumahnya jauh dan tidak ada daun kersen,” tutur Mifta.

Akhirnya dari diskusi, tercetus untuk mengeringkan daun kersen itu. “Tapi kembali lagi, harus ada campurannya supaya rasanya lebih berbeda,” tambah Mifta.

Dari referensi yang mereka dapat, akhirnya bahan campuran yang dipilih itu lengkuas. “Kita padukan dua bahan itu,” katanya.

Proses pembuatannya kata Mifta tidak sulit. Dua bahan itu dicuci bersih lalu dikeringkan.

Lengkuas terlebih dulu diserut agar bisa kering dengan cepat. Proses pengeringan membutuhkan waktu tiga hari di bawah terik matahari.

Teh Kreng dalam kemasan bok. DUTA/istimewa

Setelah dijemur, dua bahan itu dikeringkan kembali dengan diopen dengan suhu yang cukup panas. Tujuannya agar pengeringan benar-benar sempurna.

“Kalau kurang kering khawatir menjamur, tidak tahan lama,” tandas Mifta.

Setelah itu, lengkuas dihaluskan dengan cara diblender. Sementara daun kersen hanya dicincang kasar. Setelah itu baru dikemas dalam bentuk teh celup.

Mifta dan kawan-kawannya mengemas Teh Kereng ini dalam kemasan bok yang berisi 10 teh. Satu bok dijual dengan harga Rp 15 ribu.

Dari Rp 15 ribu itu, empat mahasiswa ini mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5 ribu.

“Kami sudah bisa memproduksi 44 bok dan terjual 40 bok. Penjualannya masih dari mulutke mulut dan online,” tukas MIfta.

Ke depan, setelah uji laboratorium produk ini selesai, Mifta dan kawan-kawannya akan menjualnya ke jaringan yang lebih luas.

Kreativitas ini pun diapresiasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).

Sehingga mereka mendapatkan hibah dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry