SURABAYA | duta.co – Kalian pasti tak asing lagi dengan Kampung Budaya Polowijen (KBP)? Ya, KBP merupakan salah satu kampung tematik budaya di kota Malang, yang beken dengan tari Topeng Malangan dan tari-tarian lainnya.

Bicara jam terbang? tak diragukan lagi, para penarinya kerap memenuhi undangan stakeholders untuk pentas tari di pelbagai tempat.

Rabu (23/1), dua penari cantik KBP mementaskan tari Putri Jawi dalam Workshop Pemetaan Kurikulum Akuntansi se-Indonesia dan Rapat Kerja IAI Kapd di Aula Fajar, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.

Dalam pentasnya, dua penari cantik itu mampu memukau para pengurus IAI Kapd seluruh Indonesia dari Aceh sampai Papua yang berjumlah sekitar 150 dosen.

Saking antusiasnya, para peserta secara spontan memberikan aplaus sebagai wujud apresiasi terhadap dua penari itu.

Para peserta mengaku sangat terhibur dengan pentas tari Putri Jawi. Berbagai komentar pun berdatangan.

Antara lain, Ketua Forum Dosen Akuntansi Publik, Dr. Harnovinsah. Menurutnya, kegiatan ini jadi penuh warna, karena disambut oleh tarian pembuka dari penari yang juga dosen Akuntansi dan pengurus IAI Kapd.

“Ini bukti bahwa dosen Akuntansi tidak hanya belajar hitung-hitungan angka tetapi juga belajar seni,” ujarnya.

Dosen FEB Universitas Padjajaran Bandung, Dr. Dini Rosdini bilang, dosen Akuntansi yang ikut berkontribusi dalam pelestarian budaya menjadi contoh yang baik bagi dosen lainnya sebagai bentuk Tri Darma Perguruan Tinggi.

Direktur P3 Indonesia Banking School, Dr. Istianingsih menilai, akuntan bisa menari itu seperti halnya akuntansi yang menjaga keseimbangan antara debit dan kredit.  “Keren banget nih! Penari pun harus menjaga keseimbangan olah raga dan olah rasa,” katanya.

Sekjen IAI Kapd, Reskino mengapresiasi seorang akuntan yang dengan lemah gemulai memadukan gerakan tari. “Ibarat angka-angka yang ada dalam laporan keuangan,” ujarnya.

Lantas, siapa dua penari cantik KBP yang mampu memukau para peserta workshop? Mereka adalah Ana Sopanah dan Rerewicita.

Ana Sopanah adalah Kepala Jurusan Akuntansi Universitas Widya Gama Malang. Doktor muda ini juga tercatat sebagai pengurus IAI Kapd.

Sementara, Rerewicita adalah pengelola sanggar seni Sumberawan Malang. Keduanya adalah pegiat seni budaya di Kampung Budaya Polowijen yang konsisten melestarikan seni budaya Nusantara.

Dimintai tanggapan tentang pementasannya, Ana mengaku terhormat dan senang sekali bisa menari di depan para Profesor dan Doktor Akuntansi. “Melalui tari saya mengajak para dosen untuk cinta budaya dan melestarikan budaya lokal yang ada,” kata Ana.

Demikian juga dengan Rerewicita. Bagi dia, pentas tari di acara besar sungguh menyenangkan, dan ia merasa beruntung sekali bisa menampilkan tarian tari Putri Jawi.

“Saya bisa memperlihatkan seberapa kayanya kita orang Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan. Dan, kita harus bisa melestarikan budaya, salah satunya seperti yang saya lakukan yaitu menari,” ungkapnya.

Ana menambahkan, tari Putri Jawi itu mengisahkan tentang salah seorang putri dari kerajaan Majapahit yang lari dari kerajaan karena dilamar oleh seorang Adipati Blambangan yaitu Kebo Suwayuwo.

“Makna filosofisnya, biar pun seorang putri raja, tapi karena keteguhan hati dan kesetiaan akan janjinya, maka dia rela meninggalkan kemewahan hidup demi ketentraman lahir batinnya,” imbuhnya.

Adapun tujuan digelarnya workshop ini untuk mengevaluasi kurikulum sesuai dengan revolusi industri 4.0. Ketua IAI Kapd Prof. Dian Agustia, SE., M.Si. Ak., CA., menegaskan bahwa dosen Akuntansi harus mempunyai soft skill selain hard skill.

“Kami berpesan agar seluruh pengurus untuk selalu koordinasi diantara bagian yaitu Forum Prodi dan Forum Keilmuan, seperti Aliansi Jurnal untuk terus berkaya demi kemajuan bangsa,” tukas dekan FEB Unair itu. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry