“Nurani yang baik akan memicu kemauan dan akal budi yang baik, kemampuan kritis dengan diri sendiri, dan toleransi serta saling menghargai…,”

Oleh: Alfian Nur Satrio Ajie, S.M*

PEMERINTAH Indonesia memiliki tugas untuk menyambut bonus demografi. Bila pengelolaan generasi remaja dan anak-anak saat ini meleset akan berakibat fatal, beban pemerintah akan semakin berat. Pendidikan sebagai wahana mengelola potensi memiliki tugas yang tidak mudah.

Geser Generasi Tua

Merujuk data Badan Pusat Statistik pada tahun 2020 yang merelease jumlah penduduk. Disebut sekitar 25,87% adalah generasi milenial dan 27,94% merupakan generasi Z. Generasi milenial adalah istilah bagi anak yang lahir mulai tahun 1980-1996. Generasi ini dalam dunia kerja telah banyak menggeser posisi Middle Manager Level. Sedangkan generasi X yang lahir rentang waktu tahun 1965-1980 telah mulai tersingkir dari kontestasi.

Sama seperti Generasi Millenial yang telah banyak menggantikan peranan orang tua dalam banyak posisi jabatan manager dalam sebuah perusahaan, Generasi Z yang lahir rentang tahun antara 1997-2012 juga diprediksi demikian.

Namun, prediksi tersebut tentunya juga tidak lepas dari pendidikan yang inovatif dan kekinian sehingga generasi terbaru ini akan memegang peranan penting dan memberi pengaruh terhadap perkembangan perusahaan di masa mendatang.

Menarik jika mengkaji peningkatan populasi generasi milenial dan generasi Z. Menurut hemat penulis, keterlibatan karir generasi milenial dan generasi Z juga akan semakin tinggi. Praktis, perusahaan harus siap menyambut mereka. Sebab dua generasi baru ini merupakan aset untuk keberlangsungan dunia bisnis di masa mendatang.

Pembentukan budaya baru yang membuat para milenial merasa nyaman dalam bekerja menjadi tuntutan yang harus terpenuhi agar mereka mau terlibat dalam perusahaan. Ringkas kata, pola keseimbangan antara hak dengan kewajiban harus berjalan secara profesional. Pola komunikasi dan open management juga mutlak terealisasikan.

Di lain sisi, kemampuan teknologi berada dalam genggaman generasi milenial dan Z. Jika tidak mengelola mereka, maka akan menjadi kompetitor baru. Sebab, teknologi digital telah memangkas jarak antar individu. Pola ekonomi manual model pasar tradisional juga kian ditinggalkan.

Kepemimpinan Generasi Tua

Dale Carnegie dalam riset “Employee Engagement among Millennials” tahun 2016 menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) kunci pendorong untuk memaksimalkan keterlibatan karyawan di kalangan milenial yaitu keselarasan nilai, penghargaan dan pengakuan yang adil, dan komunikasi yang transparan. Oleh karena itu, peran pendampingan generasi X mutlak diperlukan.

Generasi X harus mampu menyesuaikan budaya dan karakter generasi millenial dan Z. Untuk dapat memimpin mereka, generasi X harus pandai menerapkan strategi humble leadership dalam memimpin. Karakter pimpinan yang humble leadership merupakan tipe kepemimpinan yang menunjukkan rasa hormat, dan bertanya bagaimana mereka dapat melayani karyawan.

Mudassar Ali (2020) dalam buku hasil penelitiannya yang berjudul “Impact of humble leadership on project success: the mediating role of psychological empowerment and innovative work behavior” menemukan bahwa pemimpin yang rendah hati itu tipe pemimpin yang efektif karena pengikut mereka mendapatkan harga diri, keterampilan, kemampuan dan motivasi.

Sejalan dengan temuan tersebut, menarik untuk mengetahui bagaimana mengembangkan sifat rendah hati dalam menjalankan peran pemimpin. Nurani yang baik akan memicu kemauan dan akal budi yang baik, kemampuan kritis dengan diri sendiri, dan toleransi serta saling menghargai, menjadi pedengar aktif dan afektif, juga memiliki pengamatan yang netral.

Menguatkan landasan tersebut, penulis memetik firman Allah SWT “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (Q.S. Al-Maidah;2).

Dengan kepemimpinan humble leadership yang mengutamakan kolaborasi maka besar kemungkinan perusahaan akan memiliki tim yang solid dari lintas generasi. (*)

*Alfian Nur Satrio Ajie, S.M,  adalah Mahasiswa Beasiswa CSR Magister Manajemen, Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry