
BEBERAPA tahun terakhir ini banyak sekali bermunculan istilah-istilah yang mengelompokkan masyarakat ke dalam usia-usia tertentu seperti baby boomers, generasi X, generasi Y (milenial) dan generasi Z.
Belakangan juga muncul istilah generasi Alpha. Dan generasi Betha. Dari perubahan Zaman ini banyak menghasilkan karakter dan kepribadian manusia yang berbeda-beda.
Hal ini dapat terlihat dari ciri khas masing-masing generasi yang dikelompokkan di dalamnya.sebagai dosen dari generasi Y (generasai lama ) mau tidak mau harus mengikuti perkembangan jaman yang begitu pesat yang dulu pola mengajar dilakukan dikelas dengan tatap muka langsung dengan ceramah panjang sesuai waktu yang telah disepakati dan diikuti dengan diskusi terbatas dan tugas tulis.
Generasi Z yang terlahir ditengah pesatnya perkembangan teknologi digital sehingga menjadikan mereka terbiasa mendapatkan informasi secara instan dengan mengakses di internet,media sosial maupun dari smartphone.
Hal itu menjadikan perubahan tata cara pembelajaran yang generasi sebelumnya full tatap muka di kelas tetapi dengan perkembangan jaman menjadikan perkuliahan bisa memanfaatkan kemajuan teknologi dan dapat dilakukan dimana saja seperti zoom,gmeet.
Dosen dari generasi Y juga lebih memanfaatkan teknologi yang ada mulai pengumpulan tugas tidak menggunakan hard file tetapi dapat dikumpulkan di drive,by wa ,by email maupun platform lainya sehingga memudahkan tanpa harus mengumpulkan secara tatap muka.
Pada akhirnya, perbedaan gaya belajar dan mengajar antara dosen gen Y dan mahasiswa Gen Z bukan lagi menjadi hambatan, melainkan menjadikannya sebuah peluang. Dengan memahami kebutuhan dan karakteristik dari Gen Z, kita bisa menjadi dosen yang tidak hanya relevan dengan perkembangan zaman, tetapi juga mampu membekali generasi baru ini dengan keterampilan yang nantinya mereka butuhkan di masa depan Ketika sudah terjun kemasyarakat.
Dari sini maka sangat pentingnya memadukan antara peran mengajar serta mendidik, seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara, proses pendidikan harus memerdekakan manusia dari belenggu baik fisik maupun mental.
Mahasiswa harus lebih dipersiapkan untuk menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, dan beretika. Menjadi dosen Gen Y di tengah mahasiswa Gen Z adalah tantangan sekaligus kesempatan untuk berkembang. Semoga kita mampu menyesuaikan diri dan terus memberikan pendidikan yang berkualitas.
Tanpa diketahui tantangan kedepannya dalam pembelajaran berbasis teknologi digital adalah menjaga disiplin dan etika digital. Mahasiswa Gen Z sangat akrab dengan dunia digital, tetapi sering kali belum memahami etika dalam menggunakannya di lingkungan akademisi.
Contohnya, plagiarisme semakin meningkat karena akses yang mudah ke informasi. Banyak mahasiswa yang tidak menyadari bahwa mencuplik atau copy paste karya orang lain tanpa mencantumkan nama penulis asli atau sumber rujukan adalah pelanggaran akademik.
Selain itu, dalam kelas berbasis daring, masalah seperti ketidak fokusan memperhatikan sebuah materi karena peluang multitasking dengan media sosial selama kelas berjalan, menonaktifkan kamera sehingga dosen kesulitan mengukur sejauh mana mahasiswa mendengarkan selama kelas daring berlangsung, dan tidak jarang mahasiswa makan, minum, tidur, hingga merokok di kelas daring.
Dosen Gen Y dituntut untuk tidak hanya memberikan materi, tetapi juga mendidik mahasiswa tentang tanggung jawab etis di dunia digital. Dosen Gen Y harus tetap menciptakan keseimbangan antara memberikan pembelajaran yang menarik dan menjaga disiplin akademis.
Mahasiswa Gen Z mungkin merasa cepat bosan dengan metode tradisional, tetapi menjaga substansi dan kedalaman materi tetap menjadi prioritas untuk memastikan kualitas pemahaman mahasiswa bukan hanya sekedar kecepatan akses informasi. Sebagai dosen gen Y tugas kita adalah mengubah metode ini agar lebih relevan tanpa mengorbankan esensi dari pendidikan itu sendiri sehingga effort dari output mahasiswa tetap dalam kualitas yang mumpuni. *