SURABAYA | duta.co – Mudah bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) menyikapi politisasi organisasi yang kian masif. Tidak perlu gontok-gontokan, tidak perlu eker-ekeran, tidak perlu saling menyalahkan. Cukup men-takzir para politisi atau pengurus NU yang menjadikan organisasi ini sebagai alat merebut jabatan.

Jadi? “Gampang! Cukup takzir Kiai Ma’ruf di Pilpres 2019! Ketika Rais Aam melepas baiat, memilih menjadi Cawapres, maka,  warga NU atas nama muassis (pendiri) harus bersikap, men-takzir (menghukum red.) dengan tidak memilihnya,” jelas H Agus Solachul A’am Wahib, Ketua Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin (BKSN) kepada duta.co saat hadir di acara bedah buku “NU Menjadi Tumbal Kekuasaan, Siapa Bertanggungjawab?” Selasa (26/2/2019) di Graha Astranawa, Surabaya.

Takzir adalah hukuman bagi santri yang melanggar aturan. Menurut Gus A’am Wahib, panggilan akrabnya, pengurus NU itu ibarat santri muassis NU, Mbah Hasyim (KH Hasyim Asy’ari) dan  Mbah Wahab (KH Wahab Chasbullah) dan muassis lainnya.

“Nah kalau mereka (pengurus NU) itu melakukan pelanggaran, maka, sebagai santri harus menerima hukuman, dipares (takzir). Hukuman paling efektif adalah dengan tidak memilihnya,” tegasnya.

Masih menurut Gus A’am, keinginan men-takzir pengurus NU yang berpolitik ini, sudah mencuat saat halaqah V Komite Khitthah 1926 NU (KK26 NU) di PP At-Taqwa, Cabean, Pasuruan.

Saat itu hadir KH Tholchah Hasan, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah), KH Abdulloh Siroj (anggota Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri), KH Suyuthi Toha (santri Mbah Maemoen Zubair), KH Abdullah Muchit, Prof Dr Ahmad Zahro, H Choirul Anam (Cak Anam), Prof Dr Rahmat Wahab, Prof Dr Nasihin, KH Luthfi Basori (Gus Luthfi).

Sosialisasikan ‘Takzir’ ke Warga NU

“Setelah Kiai Tholchah memberikan taushiyahnya, para kiai kemudian menyampaikan unek-uneknya. Kiai Hamim, misalnya, memberikan solusi untuk menghadapi para pelanggar khitthah, menurutnya, cukup ditakzir. Dengan begitu pengurus NU tidak seenaknya sendiri,” jelasnya.

Hari ini, tambah Gus A’am Wahib, dalam bedah buku ‘NU Menjadi Tumbal Kekuasaan’ yang ditulis Cak Anam, mencuat kembali keinginan takzir ini. “Kita akan sosialisasikan ke warga nahdliyin, kalau ada pengurus NU berpolitik jangan diikuti, itu sama halnya merusak NU dari dalam,” tegasnya. (MKY)