Tampak bendera tauhid HTI yang beda bentuk dengan bendera ISIS (foto bawah) tetapi sama-sama diklaim sebagai panji Rasulullah saw. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Yuana Ryan Tresna, aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Pengasuh Majelis Kajian Hadits Khadimus Sunnah Bandung, menjawab catatan Prof Dr H Nadirsyah Hosen LLM MA (Hons) PhD, perihal bendera Rasulullah, agar umat Islam jangan mau dibohongi ISIS dan HTI.

Yuana Ryan  menulis jawaban bertajuk ‘Tanggapan terhadap Nadirsyah Hosen terkait Hadits Panji Rasulullah’. Setidaknya ada sembilan catatan Yuana Ryan untuk menjawan kulwit  H Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir sebagaimana diunggah duta.co. Salah satunya memprotes penempatan HTI yang disejajarkan dengan ISIS.

“Menggandengkan nama HTI dengan ISIS sebagai simbol pembawa rayah dan liwa’ sangat tidak fair. Tercium aroma untuk mengelompokkan HTI semisal dengan ISIS yang sudah dicitrakan buruk. HTI dan ISIS tentu saja sangat berbeda, baik pemikiran maupun metode dakwahnya. Terlebih lagi, rayah dan liwa’ adalah simbol umat Islam, dan sudah menjadi milik semua kelompok, bukan hanya HTI,” tulis Yuana Ryan sebagaimana diterima redaksi duta.co, Senin (03/04/2017).

Masih menurut Yuana Ryan, membaca kultwit Nadirsyah Hosen (selanjutnya disingkat NH) terkait panji dan bendara Rasulullah sungguh sangat disayangkan karena hal tersebut lagi-lagi keluar dari seorang profesor, sebagai seorang pemilik strata tertinggi dalam lingkungan akademik.

“Ini bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya Nadirsyah Hosen juga membuat banyak komentar yang tergesa-gesa seperti masalah hadits kabar gembira khilafah, soal aksi bela Islam, dan kebolehan pemimpin kafir. Terakhir NH bicara soal panji dan bendera Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,” tegasnya.

“Mencermati gagasan dan komentar-komentar NH selama ini, telah mengantarkan saya pada suatu kesimpulan, kalau NH tidaklah ahli-ahli banget dalam soal agama, seperti dalam bidang hadits, tafsir, dan ushul fiqih,” simpulnya.

Berikut adalah sebagian catatan Yuana Ryan yang disampaikan untuk NH.

Pertama, terdapat banyak hadits sahih yang menyebutkan bahwa rayah (panji) Rasul berwarna hitam dan liwa’ (bendera)nya berwarna putih, seperti,
hadits riwayat Imam Tirmidzi, hadits riwayat Imam Nasa’i dengan redaksi yang berbeda.

Selain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Nasa’i dari Jabir, hadits itu juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi, Thabarani, Ibnu Abi Syaibah, dan Abu Ya’la. Hadits ini sahih. Secara jelas dikatakan bahwa warna rayah adalah hitam dan liwa’ adalah putih. Dalam hal ini Imam Tirmidzi memberikan catatan untuk hadits yang ia riwayatkan. Hadits-hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak kitab hadits, di mana semuanya berujung pada rawi shahabat Jabir dan Ibnu Abbas ra.

“Mengatakan bahwa panji dan bendara Rasulullah yang dikampanyekan oleh HTI adalah rekaan semata, adalah bentuk kelancangan kepada Rasulullah dan para ulama yang sudah membahas hal ini ketika mereka semua menjelaskan hadits-hadits di atas dalam kitab syarah dan takhrijnya. Sebut saja seperti shahib Kanz al-Ummah, Majma’ al-Zawa’id, Fath al-Bari li Ibni Hajar, Tuhfah al-Ahwadzi, Umdah al-Qari, Faidh al-Qadir, dll.” tulisnya.

Belum lagi, tambah Yuana Ryan, ada banyak hadits sahih lain yang berbicara terkait rayah dan liwa’. Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, tentu saja dengan status sahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hiban, Baihaqi, Abu Dawud Thayalisi, Abu Ya’la, Nasa’i, Thabarani, dll.

“Saya tidak perlu menjelaskan kesahihan hadits-hadits di atas, karena perkaranya sudah jelas. Saya hanya akan menjelaskan beberapa hadits yang disebut dha’if saja oleh NH,” tambahnya.
Kedua, memang ada beberapa hadits yang berbicara rayah dan liwa’ dengan status hadits yang dipersoalkan oleh para ulama. Jadi, ungkapan NH dalam twiternya, ‘Secara umum hadits-hadits yg menjelaskan warna bendera Rasul dan isi tulisannya itu tidak berkualitas sahih’ adalah ungkapan yang tidak bertanggung jawab dan ‘kurang piknik’ pada kitab-kitab hadits.

Ketiga , soal warna, hadits-hadits sahih menyebutkan bahwa warna rayah adalah hitam dan liwa’-nya adalah putih. Adapun hadits-hadits yang menyebutkan warna lain seperti kuning dan merah, memang ada, tetapi kualitasnya dha’if dan ada yang sifatnya sementara.

Yuana Ryan juga menilai bahwa NH rupanya hanya kritik dalil (hadits) panji dan bendera Rasululah, tetapi tidak menggugat dalil bendera negara bangsa yang tidak punya dalil sedikitpun, walau hanya atas  yang dha’if.

“Maka bersikap adil-lah wahai professor. NH lebih nyaman di bawah bendera ashabiyyah dari pada di bawah panji tauhid. Cukuplah hadits riwayat Imam Muslim berikut sebagai pengingat,” tegasnya.

 

Langsung Dijawab Gus Nadir

Jawaban Yuana Ryan ini langsung ditanggapi Prof Dr H Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir. Disebut tidak ahli banget atau kurang piknik dalam bidang hadits, Gus Nadir tak masalah. Tetapi, diskusi, sebaiknya tidak menyerang pribadi.

“Bahwa, kultwit saya itu terbatas karena memang begitulah kondisi di twitter, dibatasi 114 karakter. Bukan dalam bentuk makalah. Makanya saya tidak urai dengan detail dan menyebutkan kutipan hadits, syarah atau takhrijnya,” jawab Gus Nadir.

Lebih dari itu, Rais Syuriuah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand serta dosen senior Monash Law School ini mengingatkan, jangan sampai pernyataannya dipelintir seolah bilang bendera Rasul dalam hadits itu rekaan sehingga terkesan dirinya lancang terhadap Rasul.

“Yang saya bilang rekaan itu adalah bentuk dan khat di bendera ISIS dan HTI. Karena tidak ada contoh konkret seperti apa bendera Rasul itu, maka mereka berimajinasi. Hasil imajinasi ISIS dan HTI ternyata berbeda, ini kenyataan,” tegasnya.

Di samping itu, bendera Rasul itu dipakai buat perang, bukan sebagai bendera negara. Sekarang HTI memakainya sebagai bendera negara khilafah di dalam NKRI. Ini berarti makar!

“Tanggapan Yuana Ryan justru membenarkan bahwa bendera Rasul hanya dipakai saat perang. Lagi-lagi membenarkan point saya di atas. Dan sama sekali tidak menunjukkan argumen bahwa liwa’ dan rayah ini dipakai sebagai bendera negara oleh Rasul, khulafa al-rasyidin dan setelahnya. Untuk membuktikannya gampang saja. Lihat di Ahkamus Sulthaniyah, Imam Mawardi: Apa ada bab khusus pembahasan tentang bendera negara? Tidak ada,” jawab Gus Nadir.

“Perbedaan saya dan Yuana Ryan, beliau menganggap riwayat Abu Syekh dari ibn Abbas soal tulisan di bendera Rasul itu sahih. Pendapat beliau ini berbeda dengan Ibn Hajar dalam Fathul Bari yang mengatakan sanadnya lemah sekali. Ibn Hajar juga memberi komentar menarik seputar hadits-hadits tentang bendera ini. Masalahnya, apa berani Yuana Ryan mengatakan Ibn Hajar ‘kurang piknik’ dalam kitab hadis?” tanyanya.

Yang mengejutkan, jelas Nadirsyah Hosen, Yuana Ryan justru menguatkan pendapatnya bahwa HTI telah berbuat makar dengan mengibarkan bendera HTI (jangan sebut bendera Rasulullah karena ini imajinasi mereka saja). Bendera HTI dikibarkan di NKRI. Itu sama dengan mengibarkan bendera OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang merupakan tandingan bendera Merah Putih.

“Kedok makar terbuka luas ketika beliau justru mempertanyakan tidak ada hadits nabi soal bendera Merah Putih milik NKRI. Ini berarti dia tidak mengakui bendera Merah Putih milik Indonesia. Ini makar!,” tutupnya. (kim)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry