Nohara (tengah) sedang membuat motif batik jumput dipandu mahasiswa UKWMS saat acara membatik, Kamis (8/2). duta,co/istimewa

SURABAYA | duta.co  – Kerjasama dengan kampus asing perlu dilakukan. Selain untuk memberikan nilai lebih pada kampus tersebut juga memberikan pengalaman berharga bagi kedua belah pihak. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) salah satunya.

Perguruan tinggi yang memiliki tiga lokasi kampus ini pun menggandeng dua perguruan tinggi asing yakni asal Osaka Institute of Technology (OIT) dan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST).

Kerjasama ini sudah dua tahun dirajut. Bahkan, mereka sudah saling mengunjungi. Di tahun ini, kedua kampus asing ini kembali mengunjungi UKWMS. Selama seminggu dua orang mahasiswa serta satu dosen asal Osaka Institute of Technology (OIT) Jepang dan lima mahasiswa dari National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) datang ke kampus UKWMS.

Mereka mengunjungi beberapa laboratorium dan jurusan-jurusan di UKWMS. Kali ini mereka sengaja datang untuk ‘membatik’. Selain itu untuk melaksanakan sistem pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) selama tujuh hari yang mengangkat tema ‘The Challenge of Preserving Batik as a Local Cultural Heritage in the Midst of Disruptive Digital Era’.

Kerjasama yang diinisiasi oleh Fakultas Teknik ini turut melibatkan Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Bisnis serta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta Fakultas Filsafat di UKWMS.

Profesor Masahiro Muraoka yang berasal dari OIT menyatakan bahwa ia merasa sangat senang dapat berkunjung kembali ke UKWMS dalam rangka PBL. “Tahun lalu saya dan mahasiswa belajar banyak tentang durian, dan saya yakin bisa belajar lebih banyak lagi tentang batik Indonesia kali ini,” ujarnya.

Bersama Prof. Masa, adalah Nohara Katayama dan Noe Tamaki selaku mahasiswa peserta. Delegasi dari NTUST adalah Liu Jia Hua, Su Chia Sheng, Lee Pei Ju, Wu Xin Ping dan Liao Tzu Yu, rata-rata sedang menjalankan tahun kedua dan ketiga dalam masa perkuliahan mereka.

“Ini merupakan kali kedua PBL diadakan dan jika tahun lalu delegasi-delegasi ini kami ajak untuk ‘mabuk durian,’ kali ini kami ingin mengenalkan betapa indah, mendalam dan bermanfaatnya kesenian batik Indonesia ini,” ujar Erlyn Erawan, Psy.D. selaku Kepala Kantor Urusan Internasional UKWMS.

Lebih lanjut, Erlyn menambahkan bahwa UKWMS merasakan keprihatinan karena ‘anak-anak zaman now’ yang lebih banyak menghabiskan waktu menggunakan gawai mereka. Digitalisasi memang perwujudan kemajuan peradaban manusia, namun di sisi lain generasi muda tetap perlu diajak untuk menghargai betapa kaya dan berharganya warisan budaya bangsa ini.

Karena itu, PBL juga diwujudkan dalam bentuk pemberian seminar singkat mengenai motif-motif batik khas kedaerahan, mulai dari filosofinya, hingga pemaparan tentang resiko kesehatan yang dihadapi oleh para pengrajin batik tulis. Setiap seminar selalu dilanjutkan dengan ajang diskusi untuk mencari solusi bagi setiap permasalahan yang didapati dari proses industri Batik Indonesia.

Pada hari ketiga PBL para tamu bergabung langsung dalam praktikum pemanfaatan pewarna alami dari bahan alam asli Indonesia seperti kayu secang, teh, kopi, daun suji, daun jati, kunyit, daun jambu, sabut kelapa dan bunga telang untuk membuat batik dengan teknik ikat celup di Fakultas Farmasi UKWMS.

“Kami ingin memperkenalkan salah satu faktor dalam ‘Batik’ dan proses ‘Membatik’ yaitu pewarna alami dari kekayaan alam Indonesia yang menjadi ciri khas dan kelebihan Batik Indonesia,” ungkap Dr. F.V. Lanny Hartanti, S.Si., M.Si. sebagai pemateri dan instruktur praktikum.

Dalam praktikum bersama ini, seluruh peserta PBL sebanyak 27 orang dari tiga universitas dan tiga negara tersebut belajar mengenai pewarna alami, metode preparasi pembuatannya, serta kelebihan dan kekurangan pewarna alami dibanding perwarna sintetis.

Mempraktikkan pewarnaan kaos dengan pewarna alami menggunakan teknik ikat-celup atau tie-dyes, para mahasiswa ini dapat merasakan secara langsung pengalaman menjadi pengrajin batik Indonesia dalam versi sederhana. Tujuan dari praktikum ini adalah memperkenalkan salah satu faktor dalam ‘batik’ dan proses ‘membatik’ yaitu pewarna alami dari kekayaan alam Indonesia yang menjadi ciri khas dan kelebihan Batik Indonesia.

 “Saya tidak menyangka bahwa pewarna alami yang digunakan untuk membuat batik hari ini ternyata juga bisa dipergunakan untuk membuat kosmetika seperti lipstik, blush on dan eye shadow, sungguh menarik dan luar biasa,” ujar Lee Pei Ju, seorang peserta PBL dari Taiwan. end/bbs

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry