VIRAL: Tagar #2019GantiPresiden di Medsos mengilhami Haji Anton Umar berjualan barang bertagar viral tersebut di tokonya di Kawasan Tanah Abang, Jakarta. (ist)

JAKARTA | duta.co – Tagar #2019GantiPresiden yang viral di media sosial bukan guyonan. Hal itu terbukti dari hasil survei Media Survei Nasional (Median) soal elektabilitas Capres-Cawapres menjelang Pilpres 2019 yang dirilis di Jakarta, Senin (16/4). Terungkap, 46,37 persen responden menginginkan Pilpres 2019 jadi ajang mengganti presiden. Namun 45% responden lainnya menginginkan Jokowi kembali memimpin untuk periode kedua. Masih ada 8,41% responden yang tidak menjawab.

Survei ini dilakukan pada 24 Maret-6 April 2018, menggunakan 1.200 responden yang merupakan warga yang memiliki hak pilih. Margin of error sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sampel survei dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel yang ada.

Meski demikian, elektabilitas Jokowi mengalami kenaikan dibanding survei yang dilakukan pada Februari 2018. Elektabilitas Jokowi saat ini 36,2% atau naik sekitar 1,2% dibanding periode survei sebelumnya. Posisi Jokowi juga masih Capres terkuat saat ini.

Survei Median dengan pertanyaan semiterbuka menunjukkan elektabilitas 10 Capres terkuat saat ini sebagai berikut: Joko Widodo 36,2%, Prabowo Subianto 20,4%, Gatot Nurmantyo 7%, Jusuf Kalla 4,3%, Anies Baswedan 2,0%, Muhaimin Iskandar 1,9%, Agus Harimurti Yudhoyono 1,8%, Anis Matta 1,7%, Hary Tanoesoedibjo 1,6%, dan TGB Zainul Majdi 1,5%.

 

Anies Cawapres Terkuat

Menurut survei Median pula, belum ada nama yang terlalu kuat sebagai Cawapres. Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo masih di atas. Sudarto, mengatakan, nama Gubernur DKI Anies Baswedan menduduki peringkat pertama dengan raihan 6,2%. Sedangkan mantan Panglima TNI (purnawirawan) Jenderal Gatot Nurmantyo duduk di posisi kedua dengan raihan 5,4%.

“Prabowo Subianto menyusul dengan raihan 4,9%, kemudian Cak Imin 4,7%, di bawahnya AHY 3,8% dan Wiranto serta Harry Tanoesoedibjo meraih 3,7%,” ucapnya.

Selain itu, ada nama kader PKS Anis Matta dengan raihan 3%, Gubernur NTB TGB Zainul Majdi 2,5%. Menteri KKP Susi Pudjiastuti dan Rizieq Shihab meraih 2%. Khofifah Indar Parawansa meraih 1,7%.

“Tri Rismaharini, Sri Mulyani meraih 1,3%. Surya Paloh 1,1%, Fahri Hamzah dan Puan Maharani 1%. Aher serta Zulkifli Hasan 0,9%, Chairul Tanjung 0,7%. Kemudian Yusril Ihza Mahendra, Rizal Ramli dan Airlangga Hartarto 0,6%. Moeldoko dan Hendropriyono 0,4%,” tutur Sudarto.

Sementara, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil 0,2%. Disusul Tommy Suharto, Tito Karnavian, Oesman Sapta Odang, Romahurmuziy, dan Luhut Binsar Pandjaitan meraih 0,1%. “Sedangkan yang belum memilih atau yang belum menentukan pilihan 42,5%,” tukasnya.

Dia menjelaskan, masih banyaknya bakal Cawapres yang belum meraih suara di atas 10 persen, jelas menunjukkan masyarakat belum fokus mencari sosok Cawapres di 2019. “Masyarakat belum fokus siapa Cawapres. Hanya siapa capresnya,” kata Sudarto.

 

Bagai Minyak dan Air

Sudarto mencoba memasangkan Jokowi dengan sembilan nama Cawapres dalam survei tersebut. Di antaranya, Prabowo Subianto, Gatot Nurmantyo, Jusuf Kalla, Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, agus Harimurti Yudhoyono, Anis Matta, Hary Tanoesoedibjo, dan TGB M Zainul Majdi.

Dia menuturkan, dari konstituen Prabowo, sebanyak 16,7 persen bersedia jika mantan Danjen Kopassus itu berdampingan dengan Jokowi. Sedangkan yang tak bersedia 66,7 persen. Dan tidak menjawab 16,7 persen.

“Masalahnya kedua konsisten terpecah. Seperti minyak dan air. Masing-masing punya konstituen yang tidak suka. Sehingga agak susah. Tapi dalam politik semua bisa terjadi,” ucap Sudarto.

Yang menarik, masih kata dia, adalah Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Konstituennya 100 persen bersedia jika Cak Imin berduet dengan Jokowi. “Kita melihat upaya dia membangun image, siap jadi Cawapres. Di daerah-daerah banyak balihonya. Selain itu, Cak Imin memang bagian dari koalisi Jokowi. Sehingga 100 persen pendukung Cak Imin itu mau,” tegas Sudarto.

Sedangkan untuk peluang Gatot bersama Jokowi, para konsitituen yang mendukung hanya 16,7 persen. Sedangkan pendukung Gatot yang menolak 66,7 persen dan tidak jawab 16,7 persen. Untuk Jusuf Kalla bersama Jokowi, konsitituen yang sepakat 31,4 persen. Mereka yang tak bersedia juga sebesar 31,4 persen. Sedangkan yang tak jawab 37,1 persen.

Untuk Anies, konstituen yang sepakat jika disandingkan dengan Jokowi hanya 21,7 persen, mereka yang tak sepakat 45 persen dan 33,3 persen tidak jawab.

Sebanyak 52,8 persen konstituen AHY sepakat jika disandingkan dengan Jokowi. Mereka yang tidak sepakat sebesar 22,2 persen, dan 25 persen tidak menjawab.

Untuk Anis Matta, konstituen yang sepakat jika dipasangkan dengan Jokowi hanya 18,5 persen. Sedangkan 66,7 persen tidak setuju. Mereka yang tak jawab 14,8 persen.

“Untuk Harry Tanoe yang sepakat 66,7 persen, tidak sepakat 25 persen, tak jawab 8,3 persen. Dan TGB, yang sepakat 17,4 persen, tidak sepakat 65,2 persen, dan 17,4 persen,” ucap Sudarto.

 

Yakin Jokowi Menang 65%

Terpisah, politisi Golkar Idrus Marham meyakini Jokowi kembali jadi pemenang di pemilihan Presiden 2019 mendatang. Dia prediksi, Jokowi menang dengan perolehan suara 65 persen.

“Kita punya keyakinan bahwa Jokowi dengan prestasi yang ada, peluangnya besar untuk memenangkan lebih dari 60 persen. Bahkan kita targetkan sampai 65 persen,” katanya di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (16/4).

Mengenai wacana Prabowo akan menjadi Cawapres Jokowi, Idrus menanggapi santai. Dia menyerahkan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu untuk menentukan calon wakilnya. “Ya tergantung Pak Jokowi dong. Yang punya pasangan kan Pak Jokowi. Kita dari Golkar sudah menyerahkan ke Pak Jokowi,” ujar mantan Sekjen Partai Golkar ini.

Idrus menambahkan, meski nanti Jokowi lebih memilih Prabowo dari pada Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto untuk menjadi pendampingnya di Pilpres 2019, Golkar tetap memberikan dukungan. “Partai Golkar tidak akan mempengaruhi dukungan, apa pun kebijakan Pak Jokowi terkait Cawapres itu. Karena kita yakin pilihan Pak Jokowi itulah yang terbaik untuk bangsa,” jelasnya.

Namun demikian, Idrus memprediksi Prabowo tidak akan menjadi Cawapres Jokowi. Pasalnya beberapa waktu lalu Prabowo sudah menyatakan siap maju sebagai calon presiden di Pilpres 2019.

 

Diprediksi Angkat Gatot

Terpisah, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil tak yakin Prabowo Subianto bakal maju di Pilpres 2019. Prabowo diprediksi menyerahkan tiket calon presiden kepada sosok lain. “Saya punya analisis itu tiket akan diberikan ke orang lain. Yang paling berkesempatan untuk mendapatkan itu adalah Gatot Nurmantyo,” kata Nasir di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/4).

Dia beralasan Prabowo dinilai telah kehabisan logistik. Nasir menyebut logistik Prabowo terkuras saat Pilpres 2004 lalu. “Saya enggak tahu selama lima tahun ini dia sudah mendapatkan logistik balik atau tidak. Tapi saya punya firasat Prabowo tidak maju,” ujar Nasir.

Nasir, menambahkan kader di daerah justru meminta PKS tak mengusung Prabowo Subianto. Kader di daerah meminta partai besutan Sohibul Iman itu mengusung Gatot. “Itu yang saya katakan tadi,” ujar Nasir.

Sebelumnya, Ketua Dewan Syuro PKS Hidayat Nur Wahid mengatakan partainya masih membuka ruang dengan Partai Gerindra untuk sosok Capres. Tidak menutup kemungkinan kedua partai mengusung calon selain Prabowo.  “Ya, selama itu belum didaftarkan, peluang (calon lain) itu masih tetap ada, dan pengalaman selama ini begitu,” kata Hidayat.hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry