“HTI (Hizbut Tahrir Indoensia) atau sering disebut kelompok radikal. HTI tidak punya negara sebagai induknya, karena ia lahir sebagai respon atas tumbangnya kekhalifahan Turky Utsmani.”

Oleh: Mukhlas Syarkun*

ADA pertanyaan menarik di facebook: Mana yang lebih berbahaya untuk NKRI antara Syiah, PKI dan HTI? Pertanyaan ini sangat relevan, karena ada yang berusaha ‘menggoreng’ isu ideologi radikal vs moderat dalam Pilpres 2019.

Namun jika kita membedah anatomi masing masing, maka, yang muncul seperti ini:

Pertama, Syiah. Ini adalah antitesa dengan sunni dari aspek historis, pemikiran teologis dan siyasa. Dalam syiah ada konsep imamah dan paham syiah kini telah tersetruktur dalam bingkai negara yaitu IRAN sebagai induk Syiah.

Kedua,  PKI atau komunis yang juga pernah menjadi kekuatan politik di republik ini. Ia telah tersetruktur dalam sebuah negara yaitu CINA yang selalu menjadi induk agenda komunis yang juga disebar diberbagai negara, meskipun telah berubah tetapi tetap terlihat watak dasarnya yaitu menghalalkan segala cara.

Ketiga,  HTI (Hizbut Tahrir Indoensia) atau sering disebut kelompok radikal. HTI tidak punya negara sebagai induknya, karena ia lahir sebagai respon atas tumbangnya kekhalifahan Turky Utsmani. Oleh karena itu, HTI hanya membawa gagasan kesana kemari seperti ‘gelandangan’, karena tak punya tempat berteduh (beda dengan syiah dan komunis punya tempat berteduh).

Radikal HTI disandarkan kepada ide khilafah. Dan semua itu ILUSI belaka, mengapa? Karena manusia telah diciptakan oleh Allah bersuku suku berbangsa bangsa … impossible untuk disatukan dalam bentuk (satu) khilafah. (al-hujarat :13)

Nah, jika dibandingkan, mana yang berpotensi membahayakan NKRI? Jawabannya jelas, PKI.

Komunis ini paling berbahaya, (trauma peristiwa Madiun tragedi 65) dan karenanya basis masa dan ideologi tentu masih ada dan juga sampai sekarang tetap dalam kendali negara Cina sebagai induk yang kini berambisi membangun koloni koloni baru diberbagai negara yang bisa dijadikan koloni, termasuk indonesia yang menjadi incaran sebagai lahan lumbung pangan dan pasar permanen.

Syiah? Juga berbahaya jika merujuk konflik timur tengah hampir semua dipicu oleh konflik sunni (wahabi) syiah. Hanya saja syiah di Indonesia kecil, wahabi juga kecil, maka potensi konflik juga kecil,  sebanding dengan sunni non wahabi, maka keberadaannya tidak cukup mencemaskan, meskipun tetap harus diwaspadai gerakannya agar jangan sampai membesar.

Sedangkan HTI hanya besar dalam gagasan dan cita cita, tapi tak akan dapat diwujudkan, karena gagasan khilafah itu ILUSI belaka, ia bagaikan gelandangan di mana mana diusir. Karena itu, menjadi lucu jika HTI dibuat nakut nakuti orang NU. Sebab dengan PKI yang punya induk negara saja tidak takut, apalagi dengan HTI.

Yogyakarta, 6 februari 2019
Mukhlas Syarkun adalah Pengurus Pusat  GP Ansor tahun 2000-2010

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry