RILIS SURVEI: Pengumuman hasil survei Surabaya Survey Center (SSC) tentang kontestasi Cagub-Cawagub setahun jelang Pilgub Jatim 2018 di Hotel Yellow, Surabaya, Rabu (12/7). (duta.co/suud)

SURABAYA | duta.co – Lembaga survei Surabaya Survey Center (SSC) merilis hasil penelitian sikap dan perilaku pemilih setahun menjelang Pilgub Jatim 2018. Hasilnya, Khofifah Indar Parawansa kandidat paling populer (90%), Tri Rismaharini paling akseptabel (disuka) 75,80%, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) paling elektabel 26,60%.

Survei dilakukan 10-30 Juni 2018 di 38 kabupaten/Kota di Jatim menggunakan metode multistage random sampling dengan responden 800 orang dan margin of error 3,5 % dengan tingkat hasil kepercayaan 95%.

Hasilnya menunjukkan bawah Saifullah Yusuf atau akrab disebut Gus Ipul menempati posisi tertinggi dalam top of mind publik Jatim. Dalam pertanyaan terbuka, seandainya Pilgub Jatim dilaksanakan saat ini, siapakah yang Anda pilih sebagai gubernur, setidaknya ada 5 (lima) kandidat yang diperhitungkan publik untuk berkompetisi sebagai Cagub Jatim.

Menurut Moh Edi Marzuki penelitisi SSC, Selain Gus Ipul yang mendapat dukungan publik sebesar 26,3%, muncul juga nama Tri Rismaharini dengan 22,1% dukungan dan Khofifah Indar Parawansa dengan 13,9% pendukung. Disusul kemudian oleh Abdullah Azwar Anas dengan 3,5% pemilih dan La Nyalla M Mattalitti dengan 2,3% pendukung.

Sedangkan nama-nama lain yang muncul, seperti Abdul Halim Iskandar, Hasan Aminuddin, Mahfud MD, Anang Hermasyah, Imam Nahrawi, Nurhayati Ali Assegaf dan yang lainnya masih cukup jauh elektabilitasnya dibanding kelima kandidat di atas.

“Rata-rata perolehan dukungan mereka di kisaran angka 2% ke bawah,” ujar Moh Edi Mazuki saat rilis hasil survei kontestasi Cagub-Cawagub jelang Pilgub Jatim 2018 di Hotel Yellow, Surabaya, Rabu (12/7) kemarin.

Yang dimaksud Top of Mind, kata Marzuki adalah apa yang secara tidak sadar ada di puncak daftar pikiran seseorang. Apa dan siapa yang diingat pertama kali, dianggap paling penting dan sebagainya. Dalam konteks pemilihan gubernur, selama ini calon gubernur diberbagai daerah banyak didominasi oleh nama-nama tokoh nasional yang beredar di Jakarta karena popularitas dan modal politiknya.

“Di Jatim ternyata lain, top of mind publik didominasi oleh tokoh-tokoh lokal Jatim. Hal ini tentu positif bagi perkembangan stok kepemimpinan lokal karena nama- nama tokoh lokal terbukti lebih dikenal masyarakat,” ungkap Moh Edi Mazuki.

Nama-nama yang terungkap dalam survei ini sudah dikenal publik Jatim dan akan sulit untuk digeser dengan nama-nama baru dalam peta persaingan Pilgub Jatim. “Bisa jadi untuk kandidat gubernur, ketiga nama teratas akan sulit dikejar dan ditandingi calon baru di Jatim,” tambah pria yang juga dosen di Univesitas Yudharta ini.

Jika dihubungkan dengan peta kontestasi maka usulan nama gubernur sepertinya sudah mengerucut dan sulit berubah. Justru yang ramai dalam kontestasi Pilgub Jatim adalah usulan nama-nama calon wakil gubernur yang akan mendampingi ketiga calon yang disebut publik tersebut.

 

Khofifah Paling Populer

Sementara itu Direktur SSC Mochtar W Oetomo menambahkan, hasil riset juga menunjukkan bahwa Khofifah Indar Parawansa adalah kandidat paling populer (90%) oleh publik. Sementara Tri Rismaharini adalah kandidat paling akseptabel (disuka) 75,80%, dan Gus Ipul adalah kandidat yang paling elektabel (dipilih) 26,60%.

“Ini menunjukkan sebuah fakta bahwa antara popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas tidak selalu berbanding lurus dan linier. Tren ini semakin membuat strategi kontestasi semakin penuh tantangan dan kompleks,” ungkap dosen Universitas Trunojoyo (Unijoyo) Madura ini.

Menurut Mochtar, popularitas lebih banyak didorong oleh publisitas media, tidak heran jika politisi artis seperti Anang Hermansyah bisa menempati posisi 4 karena dikenal oleh 67,3% publik Jatim berada di bawah Khofifah Indar Parawansa (90%), Saifullah Yusuf (84,6%) dan Tri Rismaharini (79,8%).

Sementara dalam hal aseptabilitas Tri Rismaharini memimpin dengan 75,8%. Disusul dengan Gus Ipul dengan 75,5% dan Khofifah dengan 67,9%. Kemudian untuk elektabilitas teratas ditempati Gus Ipul dengan 26,6%, disusul Tri Rismaharini 24,1% dan Khofifah dengan 16,8%. Baru disusul Abdullah Azwar Anas dengan 5,5% dukungan dan La Nyala M Mattalitti dengan dukungan 4,40%.

“Temuan ini sekaligus mengkonfirmasi bahwa seseorang dikenal, disukai masih belum cukup untuk bisa dipilih. Variabel elektabilitas semakin kompleks untuk bisa diprediksi dan semakin membutuhkan pemahaman dan perlakuan strategik yang berbeda. Kandidat tentu harus dan dituntut untuk bisa menerapkan strategi yang tepat jika ingin memenangkan konstestasi Pilgub Jatim,” jelas Mochtar.

 

Gus Ipul Unggul di Simulasi

Yang menarik, lanjut Mochtar, Gus Ipul bukan hanya unggul dalam elektabilitas tapi juga dalam berbagai simulasi. Dalam simulasi 5 kandidat teratas, terlihat elektabilitas Saifullah Yusuf mencapai 28,6%, disusul Tri Rismaharini 26,4%, Khofifah 21,5%, Abdullah Azwar Anas  5,3%, dan La Nyalla M Mataliti meraih 4,7%. Sedangkan yang belum menentukan pilihan sebesar 13,5%.

Berikutnya dalam simulasi 4 kandidat, lanjut Mochtar nama Gus Ipul juga masih tertinggi dengan dukungan 30%, disusul Tri Rismaharini 28,2%, Khofifah 22,5%, dan Abdullah Azwar Anas 6,3%, serta yang belum menentukan pilihan mencapai 12%. “Bahkan dalam simulasi 3 kandidat urutannya juga tetap sama, yaitu Gus Ipul 32%, Tri Rismaharini 30,4%, dan Khofifah 22,50%, serta yang belum menentukan pilihan sebanyak 15%,” bebernya.

Ia berharap melalui hasil simulasi ini, para Cagub bisa   mengetahui perbedaan dan perpindahan suara akan berpindah atau melimpah kepada calon mana. “Para kandidat dan tim sukses dapat merencanakan dan melaksanakan kampanye yang tepat akan menjadi faktor penentu kompentisi. Di samping efektifitasnya kerja mesin politik, isu yang bergulir dan pengambilan momentum yang tepat,” imbuhnya.

 

Calon Parpol di Cawagub

Masih di tempat yang sama, Surochim Abdussalam peneliti SSC lainnya menyatakan bahwa hasil survei juga  menunjukkan fakta bahwa bursa Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jatim dipenuhi kandidat-kandidat dari kader partai politik. Dalam simulasi 24 kandidat elektabilitas Cawagub tertinggi adalah Abdullah Azwar Anas 12,90%, Kusnadi 7,50 %, La Nyala Mataliti 7,40%.

Disusul pada posisi keempat, Anang Hermasyah 6.90%, Abdul Halim Iskandar 6,00%, Imam Nahrawi 5.80%, Nurhayati Assegaf 5.50%. Kemudian Masfuk 4.60%, Emil Dardak 3.90%, Edy Rumpoko 3.00%, Rendra Kresna 2.90%, Suyoto 2.90%, Said Abdullah 2.90%, Budi Sulistiyo 2.80%, dan Hasan Aminuddin 2.60%. Selanjutnya diurutan ke 16 ada nama Supriyatno dengan dukungan 2.10%,  disusul Anwar Sadad 2.00%, Anton Setiadji 1.30%, Wahid Wahyudi 0.90%, Renville Antonio 0.50%, Musyaffa’ Noer 0.30% dan terakhir yang belum menentukan sebesar 14,20%.

“Peta cawagub ini bermanfaat untuk menjaring calon nama nama cawagub yang memiliki peluang untuk mengikuti kontestasi pilkada Jatim. Dari data ini kita bisa melihat bahwa calon-calon lokal paling banyak diinginkan oleh publik Jatim sekaligus menujukan bahwa stok dan regenerasi pemimpin lokal masih berjalan baik,” jelas Surochim.

Melihat hasil survei ini juga dapat direkapitulasi bahwa sebagian besar calon itu berasal dari partai politik dengan distribusi sebagai berikut. PDIP : Abdulah Azwar Anas, Kusnadi, Edi Rumpoko, Said Abdullah, Budi Sulistio. PAN : Anang Hermansyah, Masfuk, Suyoto. Gerindra: Supriyanto dan Anwar Sadad. Demokrat: Nurhayati dan, Renville.

PKB: Abdul Halim Iskandar dan Imam Nahrawi. NasDem : Hasan Aminudin dan Rendra Krisna.Sedangkan dari PPP hanya ada nama Musyaffa’ Noer.

Kalau dikerucutkan, lanjut Surochim kandidat Cawagub yang paling diinginkan publik Jatim adalah Abdullah Azwar Anas yang memiliki elektabiitas sebesar 12,9% dan Kusnadi sebesar 7,5%. Mereka berdua mengungguli cawagub yang lain. Seperti La Nyala 7,4%, Anang Hermansyah 6,9%, Abdul Halim Iskandar 6%, maupun Imam Nahrawi 5,8%.

“Munculnya nama Azwar Anas sebagai kandidat cawagub paling diinginkan publik karena saat ini ia menjabat sebagai bupati yang cukup berprestasi dan inovatif. Prestasinya dikenal masyarakat luas di level nasional. Sedangkan Kusnadi saat ini menjawab sebagai ketua DPD PDIP Jatim, wakil ketua DPRD Jatim dan dikenal sebagai politisi yang mudah bergaul dan sederhana,” papar Surochim.

 

Swing Voters Masih Tinggi

Kendati nama kandidat Cagub Jatim dikuasai tiga nama, bukan berarti peluang Cagub baru bisa memenangkan Pilgub Jatim mendatang sudah tertutup. Alasannya, kata Dirut SSC Mochtar, pemilih liar di Jatim sangat tinggi mencapai 76%, sehingga Pilgub Jatim 2017 masih sangat cair.

Berdasarkan hasil survei, angka swing voters, pemilih yang masih mungkin berubah mencapai angka 48.40% sementara angka undecided voters (belum menentukan pilihan) sekitar 28%. Ini mengindikasikan bahwa pilihan publik masih cukup cair dan dinamis. Mencermati data ini maka Pilgub Jatim akan semakin menarik dan akan terjadi beragai kemungkinan karena terjadinya perubahan-perubahan karena berbagai faktor.

“Faktor kinerja, rekam jejak dan program kerja menjadi faktor penting yang bisa merubah pilihan publik. Pemilih Jatim yang masih liar mencapai angka 76% itu juga bisa menjadi peluang bagi Cagub baru memenangkan Pilgub Jatim,” tegas Mochtar W Oetomo.

Melihat data itu, lanjut Mochtar, maka kemampuan para kandidat dan juga parpol dalam merencanakan dan melaksanakan kampanye yang tepat akan menjadi faktor penentu pemenangan kompetisi. Di samping efektifitasnya kerja mesin politik, isu yang bergulir dan pengambilan momentum yang tepat. Apalagi sebagian besar publik memutuskan pilihannya pada masa kampanye dan pada masa tenang.

“Ini artinya perencanaan dan pelaksanaan kampanye yang strategik menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh para kandidat,” pungkasnya.

 

Kritik Sukowidodo

Sukowidodo, pengamat komunikasi politik dari Unair Surabaya yang turut menjadi panelis menyatakan bahwa penelitian dengan metode kualitatif itu menyamaratakan subyek. Padahal realitas di lapangan suara seorang kiai tentu berbeda dengan suara orang biasa, sehingga kualitatif itu cenderung pada persepsi.

“Yang jelas, kandidat Cagub yang muncul saat ini mengalami prefering dan cenderung stagnan karena hampir semua partai belum memastikan siapa yang akan didukung dan dicalonkan. Ini membuka peluang munculnya calon baru dan bisa menyalip nama-nama calon yang sudah lebih dulu muncul ke publik,” pungkas Sukowidodo. ud

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry