Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama (ist)

JAKARTA | duta.co – Menurut survei terbaru Lembaga Media Survei Indonesia (Median), elektabilitas pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilgub DKI Jakarta 2017 mengungguli Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Menariknya, Anies-Sandi diuntungkan responden ‘asal bukan Ahok’ yang mencapai 25,9 persen. Wow!

Menurut survei Median, elektabilitas Anies-Sandi sebesar 46,3 persen, sedangkan Ahok-Djarot 39,7 persen. Sementara itu jumlah responden yang belum menentukan pilihan sebesar 14 persen.

“Saat ini memang posisinya Anies-Sandi unggul sementara dengan 6 persen, tapi ada dua hal yang harus kita ingat. Jumlah undecided masih 14 persen, artinya orang yang pada putaran pertama kemarin memilih Agus-Sylvi tidak serta-merta memilih Anies-Sandi. Kompetisi masih panjang, jadi masih membuka peluang untuk siapa pun memenangkan kompetisi, termasuk untuk Ahok, hal ini berkaca dari survei naik-turun suara itu sangat dinamis,” kata Direktur Eksekutif Median Rico Marbun pada acara yang berlangsung di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Senin (6/3).

Survei dilakukan terhadap 800 responden pada 21-27 Februari 2017 dengan menggunakan metode multistage random sampling dan proporsional atas populasi kotamadya dan gender. Margin of error survei sebesar 3,4 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Berdasarkan data survei yang disebutkan, tren suara menunjukkan ada kenaikan suara dari pasangan Anies-Sandi dan sedikit penurunan dari pasangan Ahok-Djarot. Rico mengatakan salah satu alasan suara untuk Anies-Sandin naik adalah 1/3 pemilih Agus-Sylvi di putaran pertama memilih Anies-Sandi pada putaran kedua.

“Dari 100 persen pemilih Agus-Sylvy di putaran pertama, ada 10 persen yang memilih Ahok-Djarot di putaran kedua, 35 persen memilih Anies-Sandi dan 55 persen undecided,” tuturnya.

 

Semangat ‘Anti-Ahok’

Lebih lanjut disebutkan, pada putaran kedua, pemilih Ahok-Djarot dan Anies-Sandi di putaran pertama relatif tetap pada pilihan mereka. Selain itu, naiknya suara untuk Anies-Sandi juga dipengaruhi oleh adanya gelombang semangat untuk memilih asal bukan Ahok yang mulai muncul.

“Ini yang paling baru, yang belum pernah kami temukan dalam survei-survei sebelumnya, adanya pernyataan yang memilih Anies-Sandi, mereka mau memilih asal bukan Pak Ahok. Ada kelompok anti-Ahok yang mulai mengekspresikan dirinya,” kata Rico.

Menurut Rico, dari total responden, 25,9 persennya memilih Anies-Sandi atas dasar alasan asal bukan Ahok. Adapun 27,1 persen responden lainnya menyatakan pilih Anies-Sandi karena seagama. Faktor kompetensi 13,3 persen. Faktor framing personal 8,6 persen responden. Kinerja mesin partai politik 5,7 persen responden. Diikuti faktor lain di bawah 5 persen, seperti programnya bagus, santun, berpengalaman dan terbukti, serta alasan lainnya.

Jadi, warga mendukung Anies-Sandiaga bukan atas dasar kemampuan mereka semata. “Lebih dari setengah responden survei kami memilih Anies-Sandi karena variabel non-kandidat menurut saya, yaitu isu agama dan isu ‘asal bukan Ahok’ (sapaan Basuki). Ini bukan isu kompetensi kandidat kan,” ujar Rico Marbun.

Survei Elektabilitas versi Median

Anies-Sandi                        46,3%

Ahok-Djarot                       39,7%

Belum tentukan pilihan 14%

 

Alasan Memilih Anies-Sandi

Asal bukan Ahok              25,9%

Karena seagama               27,1%

Kompetensi                       13,3%

Framing personal               8,6%

Kinerja mesin Parpol        5,7%

Faktor lain                                5%

Yang Tak Disuka dari Ahok

Berdasarkan hasil survei, hal itu berbeda dengan alasan warga Jakarta memilih pasangan Basuki-Djarot. Rico menyampaikan, alasan paling dominan warga memilih Basuki Djarot adalah sudah teruji kompetensinya 41,2 persen.

Sementara itu, 34,5 persen responden lainnya memilih Basuki-Djarot karena framing personal (bersih korupsi), dan 8,8 persen responden karena kinerja mesin partai politik.

Kemudian, ketika ditanya apa yang tidak disukai dari Basuki-Djarot, sebanyak 28 persen responden menyebutkan soal tidak bisa menjaga kata-kata. Disusul dengan soal kasus dugaan penodaan agama sebanyak 10,7 persen, arogan sebesar 9,3 persen, dan lainnya.

“Total tone negatif soal Ahok-Djarot masih tinggi, kalau ditotal sekitar 65,7 persen. Sedangkan tone negatif untuk Anies-Sandi hanya 17 persen, dengan faktor belum terbukti kinerjanya yang disampaikan 7 persen responden,” tutur Rico.

Ahok-Djarot akan bersaing dengan Anies-Sandi pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. Kampanye putaran kedua Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung pada 7 Maret-15 April, sementara pemungutan suara pada 19 April.

 

Jadikan Ahok Penasihat

Sementara itu, pasangan Anies-Sandiaga  berjanji menggandeng semua gubernur terdahulu sebagai penasihat. Gubernur petahana Ahok juga akan dilibatkan bila Anies-Sandi terpilih memimpin Jakarta.

“Yang saya tangkap waktu beliau (Sutiyoso) menjadi gubernur, gubernur sebelumnya beliau jadikan penasihat. Dan menurut saya, ini mestinya di kepemimpinan Mas Anies dan Sandi kita akan merangkul supaya ada continuity, nggak artinya sebagai gubernur ganti, terus yang sebelumnya hilang,” kata Sandiaga setelah bertemu dengan Sutiyoso di Cibubur, Jawa Barat, Senin (6/3).

Sandiaga mengatakan akan menjalin hubungan baik dengan semua pemimpin dan para pejabat yang pernah duduk di pemerintahan. Hubungan baik itu juga akan dijalin dengan Ahok.

“Tentu semuanya, terutama Pak Basuki, yang paling ujung kan dia, jadi pastinya kita akan kita (rangkul). Kita jangan pernah lupakan orang yang sudah berjasa gitu. Hasil pembangunan itu ke sana bukan hasil sekarang, tapi kan hasil kerja keras dari pendahulu,” katanya.

Sementara itu, Anies sangat setuju dengan pernyataan Sandiaga. Dia mengatakan perlu belajar dari pemimpin terdahulu untuk menghindari masalah sama yang bisa terulang.

“Memang secara struktur tidak ada. Tapi ditempatkan sebagai orang yang pernah berkarya, memimpin, dan dari mereka kami bisa dapat pengalaman. Pengalaman penting dalam konteks memimpin Jakarta,” kata Anies.

Pertemuan dengan Sutiyoso itu berlangsung secara tertutup. Anies mengatakan bahwa pihaknya selalu menjalin komunikasi dengan mantan pemimpin Jakarta. “Kami ingin memulai menjalin silaturahmi dengan pendahulu. Sebenarnya yang lain juga tapi ada yang masih di luar kota dan di Berlin juga,” ucapnya.

Sandiaga mengatakan bahwa ia diberi pesan agar menghargai sebuah ide dalam membangun Jakarta. Sutiyoso juga berpesan agar menghargai keberagaman di Jakarta.

“Pesan beliau jangan pernah mengolok-olok sebuah ide, dulu busway yang diolok-olok, jadi primadona. Kemudian harapannya adalah bahwa warga Jakarta tidak terpecah belah dan bersatu karena beliau menjabat 10 tahun. Gonjang-ganjing sangat sedikit, tapi banyak yang dicapai. Intinya, hargailah para pendahulu kita,” kata Sandiaga. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry