WNI DI SURIAH: WNI Tenaga Kerja Wanita di Suriah, rata-rata mereka menjadi asisten rumah tangga. (merdeka)

JAKARTA | duta.co – Konflik Suriah yang terjadi belakangan ini tidak membuat warga negara Indonesia (WNI) jera untuk datang ke negara tersebut. Bahkan, berdasarkan data terakhir yang tercatat oleh Kementerian Luar Negeri RI masih ada ribuan WNI yang berada di negara tersebut.

“Sampai saat ini masih ada sekitar 2.000 WNI di Suriah. Sebagian besar dari mereka masuk ke sana dengan cara yang ilegal karena sudah berlaku moratorium,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nassir di Gedung Kementerian Luar Negeri Jakarta Pusat, Jumat (20/4).

Damaskus baru saja dibombardir ratusan misil Amerika Serikat dan sekutunya, Prancis dan Inggris. AS dan sekutunya beralasan menghancurkan tempat-tempat penelitian senjata kimia rezim Presiden Bashar al-Assad. Hal ini sebagai ‘balasan’ atas serangan senjata kimia rezim Suriah di Kota Douma yang disebut-sebut menewakan 80 militan.

Tata menuturkan, pemerintah hingga saat ini berusaha memulangkan para WNI dari Suriah. Namun, para WNI itu masih berkeras tetap tinggal di wilayah konflik. Karena itu, pihak KBRI terus berupaya menjaga komunikasi dengan mereka agar apabila ada satu hal buruk menimpa WNI itu, maka pemerintah bisa melakukan penanganan lebih awal.

“Sejak 2011 sampai saat ini, kita terus melakukan repatriasi. Selain itu, KBRI pun berusaha terus berkomunikasi dengan WNI di sana untuk menginformasikan apabila ada hal-hal darurat, maka mereka sudah tahu sebelum kejadian. Seperti pada insiden pengeboman Sabtu lalu, pihak KBRI secara intensif berkomunikasi dengan WNI dan mereka meminta memanfaatkan hotline KBRI Damaskus atau Kemenlu jika terjadi sesuatu,” tuturnya.

Meski demikian, kata Tata, sejauh ini belum ada WNI yang menjadi korban kejahatan perang di Suriah. Sebab, dalam perang-perang tersebut biasanya targetnya sudah ditentukan. “Korban WNI tidak ada. Seperti laporan yang kami dapat dari dubes, target bom kemarin itu sudah sangat spesifik yakni militer,” paparnya.

Tata sendiri tak bisa menjelaskan alasan para WNI masih tidak mau pulang ke negara asal meski pemerintah terus mendesak mereka. “Kalau alasan mereka bertahan di Suriah silakan tanya ke WNI itu sendiri. Yang jelas kami sudah minta mereka untuk keluar dan pulang ke Indonesia. Para WNI ini kebanyakan bekerja sebagai asisten rumah tangga,” pungkasnya.

Suriah Punya Sisa Senjata Kimia

Sementara itu, Pentagon menyebut rezim Suriah masih memiliki sisa persenjataan kimia pasca-serangan udara yang dilancarkan AS beserta dua negara sekutunya, Inggris dan Prancis. Direktur Staf Gabungan Militer AS Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan, rezim Presiden Bashar al-Assad masih dapat melakukan serangan dengan sisa senjata kimia yang tersimpan di berbagai lokasi di Suriah.

“Mereka masih memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan terbatas di masa depan,” kata McKenzie kepada wartawan di Pentagon, Kamis (19/4).

Meski meyakini rezim Assad masih menyimpan sisa senjata kimia, Washington mengaku tak melihat adanya indikasi akan serangan baru yang sedang direncanakan. “Namun saat mereka (Suriah) berpikir untuk melakukan serangan itu, mereka harus melihat ke belakang dan mencemaskan kami yang akan melihat rencana mereka dan kemampuan yang kami miliki untuk menyerang mereka lagi jika diperlukan,” tambah McKenzie dilansir AFP.

AS bersama sekutunya telah menembakkan hingga lebih dari 100 misil jelajah ke tiga situs milik Suriah, termasuk pusat penelitian di Damaskus, pada Jumat (13/4) pekan lalu. Ketiga situs yang menjadi target itu diyakini memiliki keterkaitan dengan program persenjataan kimia milik rezim Suriah.

“Serangan telah mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan di ketiga lokasi. Kami percaya mungkin ada sejumlah klorin dan mungkin sarin di semua situs yang ditargetkan,” kata jenderal bintang tiga itu.

“Melalui serangan itu kami tidak berpikir untuk mengubah keseimbangan strategis dalam konflik di Suriah. “Kami hanya ingin memberi pesan bahwa itu adalah perbuatan yang salah, menyerang menggunakan gas terhadap wanita dan anak-anak,” kata McKenzie.

Sebelumnya diberitakan, Rusia telah menyimpan bukti yang dapat mengungkapkan bahwa serangan gas kimia di kota Douma adalah sebuah tipuan. Moscow bahkan menjanjikan bakal memaparkan bukti tersebut di depan Dewan Keamanan PBB dalam pertemuan selanjutnya. hud, mer, afp

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry