DITEMBAK: Suliono, mahasiswa asal Banyuwangi yang menyerang Gereja Ludwina, Seleman, DIY, Sabtu (10/2) lalu. (ist)

YOGYAKARTA | duta.co – Suliyono (23) menginap empat hari di musala sebelum melakukan serangan terhadap Gereja St Lidwina, Gamping, Sleman. Tujuannya sebenarnya pulang ke rumah orangtuanya di Banyuwangi, namun mahasiswa yang tinggal di Magelang, Jateng, itu malah mampir untuk melakukan serangan tersebut, Minggu (12/2).
“Rencana awal itu pelaku mau pulang ke Banyuwangi namun justru melakukan aksi penyerangan gereja,” kata Kapolda DIY Brigjen Ahmad Dofiri di kantornya, Senin (12/2/2018).
Polisi menemukan bukti CCTV selama Suliono beraktivitas di musla dekat Gereja Lidwina. “Letak musala dekat gereja atau jauh, tidak perlu saya jelaskan ya,” ujar perwira tinggi berpangkat bintang satu tersebut.
Pedang yang dipakai Suliono untuk melakukan serangan hingga melukai sejumlah orang didapatkandengan cara membeli ketika tiba di Yogya. Uang untuk membeli pedang didapatkannya dari menjual telepon genggam alias HP. “Itu juga benar, tapi saya tidak bisa buka semuanya karena masih menjadi materi penyidikan petugas,” katanya.
Ahmad Dofiri mengatakan, untuk mengungkap apakah pelaku terkait jaringan terorisme atau tidak, penyidik juga dikirim ke rumah orang tua pelaku. Termasuk ke tempat belajar pelaku di Magelang. “Sebelas saksi kita periksa dan ada penyidik yang sedang melakukan lidik di Banyuwangi dan Magelang. Tentunya bekerja sama dengan kepolisian setempat,” ujarnya.
Dari informasi yang dihimpun, Suliono diketahui pernah menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi di Sulawesi. “Jadi hari ini (kemarin-red) pelaku akan diperiksa penyidik sehingga ada titik terang motif pelaku termasuk jaringan teroris atau tidak,” tutur Ahmad Dofiri.
Seperti diketahui, Suliono menyerang sejumlah orang yang sedang melaksanakan misa di dalam gereja. Penyerangan brutal itu menyebabkan lima jemaat gereja terluka. Suliono diringkus polisi setelah dilumpuhkan dengan tembakan.
Sebelumnya Kapolri Jenderal Pol HM Tito Karnavian kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (12/2) mengatakan, tersangka juga pernah membuat paspor untuk berangkat ke Suriah. Akan tetapi, hal itu tak berhasil dia lakukan. “Akhirnya (tersangka) melakukan amaliyah untuk menyerang orang ‘kafir’ versi dia. Sangat mendekati bahwa yang bersangkutan adalah sosok yang radikal,” lanjut Kapolri. ags, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry