SIDOARJO | duta.co – Kamis (31/10/24) dini hari, sudah masuk kiriman pengajian muslimat dengan lagu politik, ‘Iwak Pedo’. Durasinya pendek, hanya 00:32 detik. Isinya cukup miris, ‘Iwak Pedo, Sambel Tomat Campur Kelopo, Mugo-mugo Allah Ridho Mas Iin Dadi Bupatine Sidoarjo’. Begitu suara perempuan dalam pengajian Muslimat NU, yang konon berlangsung di Krembung, Sidoarjo.
Video yang sama juga muncul di grup-grup medsos warga Sidoarjo. Salah seorang jamaah muslimat memberi komentar singkat: ‘Pret’. Ada juga yang komen agak panjang. “Masak muslimatan ujungnya diajak dukung jagonya dalam Pilkada 2024. Hiii ngeri bu…., kok tidak mikir dampaknya ya… oalah duit-duit,” komentar salah seorang jamaah muslimat terbaca duta.co, Kamis (31/10/24) pagi.
Politisasi Muslimat NU ini, tidak boleh dibiarkan. Harus dilawan demi kemandirian jamiyah yang harus bersifat netral. Jamiyah ini bisa rusak, gara-gara ulah politik elit. “Jangan khawatir, kita tidak akan diam kok. Tunggu saja, pasti ada pelurusan, pencerahan. Kita sekarang ditekan agar pilih salah satu paslon. Ini yang mau kita lawan, muslimat NU itu, netral,” tambahnya.
Menurutnya, yang lucu justru membangun narasi berbalik, seakan Muslimat NU itu sedang ditekan, sedang dilarang. “Padahal yang menekan dia, dengan mewajibkan pilih ini dalam Pilkada 2024. Katanya sedang dilarang, padahal yang melarang AD-ART organisasi. Mereka ini merasa pintar, lalu jamaah dikiran tidak paham,” terangnya.
Koten Cak Sholeh
Selain video pendek ‘Iwak Pedo’ ada juga video pendek berdurasi 2:22 menit. Isinya Cak Sholeh yang dikenal sebagai sosok pemuda kritis, menjelaskan, bahwa, ada yang menyesalkan konten-konten Cak Sholeh terkait Pilkada Sidoarjo.
“Ya.. bahasane sinislah. (Begini) Cak Sholeh, kenapa sih kalau bicara Pilkada Sidoarjo kok kelihatan sekali menyerang Iin? (Padahal) itu salah satu calon kepala daerah atau calon Bupati Sidoarjo? Kemungkinan (pertanyaan sinis) ini (dari) pendukungnya Iin,” tegas Cak Sholeh.
Ngene lho rek (Begini teman red), tak jelasno, ujar Cak Sholeh. “Memilih calon pemimpin, (atau) memilih caleglah, kayak kemarin, kenapa saya berani maju menjadi calon DPR pusat? Ya karena saya merasa calon yang lain tidak bagus, tibak punya sejarah, tidak banyak bantu masyarakat, makanya, saya maju,” tegasnya.
Begitu pun ketika kalian memilih calon Bupati Sidoarjo. “Kamu harus kenal, kamu harus tahu rekam jejak calon. Pertanyaannya, apakah Mas Iin itu punya sejarah yang bagus? Banyak membantu masyarakat, ayo.. tunjukkan ke Cak Sholeh kalau memang kamu dekat dengan Mas Iin?,” tantangnya.
Menurut Cak Sholeh, ia sendiri kenal dekat dengan bapaknya. Banyak membantu orang. “Tapi kalau Mas Iin, sangat inklusif, senengane ngijeni (suka menyendiri red.). Tidak pernah itu, ketika jadi anggota DPRD Sidoarjo membantu tentang penggusuran, oooh itu ada penipuan tanah kavling yang sangat banyak terjadi. Dia belani? Tidak pernah. Jadi anggopta DPRD Jawa Timur juga tidak pernah saya lihat dia membantu masyarakat,” tegasnya.
“Lho kayak begini kamu dukung, kayak begini mau menjadi Bupati Sidoarjo. Tentu, menurut saya, tidak layak. Dari pada kita, (ingat) sudah tiga kali Bupati Sidoarjo kena kasus korupsi terus mau dipimpin orang yang tidak bagus, tidak mau bantu masyarakat, ya sama saja kita ini memberikan iki lho mengantarkan bupati ke KPK, kepolisian ke kejaksaaan. Ayo teman-teman kita cerdas sebagai pemilih, pilih pemimpin yang rekam jejaknya bagus, dan terbukti banyak membantu masyarakat,” pungkasnya.
Soal penilaian Cak Sholah, bahwa, Mas Iin belum pernah membantu masyarakat, sampai berita ini diturunkan, duta.co belum memperoleh jawaban dari yang bersangkutan. Sebab, menghadapi Pilkada 2024, apa yang disampaikan Cak Sholeh menjadi hal logis bagi para pemilih. (loe)