Tampak jenazah Almarhumah Hamidah ketika sampai di rumah duka di Baru Ampar Cermee Bodowoso. Hamidah meninggal saat berdoa di pendopo makam KH. Hasyim Asy’ari dan Gus Dur pada Rabu (25/04/2018) pukul 15.00 WIB. (FT/tebuirengonline)

JOMBANG | duta.co – Hamidah namanya. Rabu (25/04/2018) sekitar pukul 15.00 WIB. Ia dan rombongan dari Bondowoso berziarah ke maqbarah Masyayikh Tebuireng dalam rangkaian ziarah wali lima, menggunakan mobil elf. Berangkat dari rumah, sehat-sehat saja, tidak ada keluhan sama sekali. Tiba-tiba perempuan paro baya itu meninggal saat berdoa di pendopo makam Pendiri NU dan makam Gus Dur, Presiden ke-4 RI.

Salah satu tim Griya Sehat makam Gus Dur, Azwani, seperti dilaporkan tebuireng.onlibe menuturkan, rombongan bukan berasal dari satu desa, tetapi dari satu kecamatan, yaitu Kecamatan Cermee. Sedangkan Hamidah berasal dari Dusun Marongki, Desa batu Ampar, Kecamatan Cermee, Bondowoso.

“Kabar awal dari Situbondo, pas kita antar ternyata rumahnya di pedalaman Bondowoso,” cerita Azwani.

Menurut Azwani, rombongan Hamidah  sebelum sampai di Tebuireng, sempat berhenti di Masjid Jami’ Diwek. “Saat di Masjid Diwek, kata salah satu anggota rombongan, Hamidah terlihat terburu-buru ingin segera datang berziarah ke makam Mbah Hasyim, entah kenapa. Padahal rombongan mau mampir Shalat Dzuhur dulu di masjid itu,” tambah Azwani.

Sesampainya di Tebuireng, masih belum ada tanda-tanda yang aneh dari Hamidah, terutama dari segi fisik. Sebab, anggota rombongan melihatnya masih sehat dan bugar. Apalagi Hamidah tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius.

Saat berdoa bersama yang lainnya di pendopo makam, Hamidah juga ikut membaca tahlil. Namun, sampai pada bacaan doa tahlil, Hamidah sempat berujar bahwa dirinya lelah, tidak kuat, dan ingin istirahat dulu. Seketika Hamidah tidak sadarkan diri. Sontak anggota rombongan dan peziarah lain panik dan membawa Hamidah ke Griya Sehat Makam Gus Dur yang tidak jauh dari area makam.

“Saat dicek tim kami, Bu Hamidah sudah tidak bernafas lagi. Nadinya tidak berdenyut. Tim kami langsung memastikan bahwa Bu Hamidah sudah tidak ada,” ungkap Azwani. Ia menceritakan, setelah dinyatakan meninggal, keluarga yang saat itu ikut, yaitu suami dan anaknya yang masih kecil, tidak langsung percaya.

“Si suami ini nggak pecaya, bahkan masih memijat-mijati istrinya terus dan ngotot ngomong kalau istrinya masih hidup dan cuma pingsan saja. Akhirnya ada keluarga Tebuireng yang kebetulan adalah seorang dokter ziarah juga, kami langsung minta tolong ngecek, apa benar-benar sudah meninggal, ternyata benar,” tambahnya.

Tim Respon Cepat (TRC) Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) membantu memulangkan jenazah dengan mobil ambulan ke rumah almarhumah di pedalaman Bondowoso. Jenazah diantar langsung oleh empat pimpinan LSPT, yaitu Direktur, Afif Abdul Rokhim, Azwani sendiri sekalu Manajer Dakwah, Manajer Griya Sehat, Taufiq Zuhri, dan Manajer Program, Rusdi.

“Semoga Bu Hamidah husnul khatimah. Beliau meninggal saat membaca tahlil di depan pusara makam ulama besar dan kekasih Allah. Tidak semua orang mendapatkan kematian yang seperti itu,” pungkas Azwani.

Direktur LSPT, Afif Abdul Rokhim, menambahkan bahwa LSPT membantu biaya administrasi, mulai dari ambulan dan lain-lain. Dana tersebut, lanjut Afif, berasal dari sumbangan donatur dan kotak infaq Makam Gus Dur. “Kami bantu keluaga Hamidah, karena jauh. Itulah salah satu manfaat infaq makam Gus Dur yang manfaatnya kembali ke masyarakat,” ungkapnya. (M. Abror Rosyidin)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry