Dosen Unusa berfoto bersama usai edukasi tentang Kesehatan psikologis dan spiritual bagi penderita diabetes mellitus di Posyandu Lansia Mahatma Surabaya. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co — Posyandu Lansia Mahatma yang berlokasi di RW 03 Manukan Kulon, Surabaya, menjadi saksi pelaksanaan program pengabdian masyarakat yang dilakukan dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Pengmas bertajuk Spiritual Group Therapy (SGT) sebagai Strategi Peningkatan Kemandirian, Kesehatan Psikologis, dan Kesejahteraan Spiritual Lansia Penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 ini dilakukan Siti Nur Hasina, M. Shodiq dan Umdatus Soleha dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK). Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas hidup lansia, khususnya dengan DM tipe 2.

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit yang paling banyak diderita lansia, dengan angka prevalensi yang terus meningkat. Di Indonesia, prevalensi DM tipe 2 pada lansia sekitar 6,2% dan diperkirakan meningkat signifikan ke depan.

Lansia dengan DM memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi serius seperti penyakit jantung, gagal ginjal, gangguan penglihatan, bahkan amputasi, yang sangat menurunkan kualitas hidup mereka.

Untuk mencegah komplikasi berat, lansia perlu menguasai manajemen pengendalian diabetes secara mandiri (self care management) dan melakukan deteksi dini terhadap gejala DM.

“Pengabdian masyarakat dapat menjadi media penyuluhan dan edukasi yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran lansia terhadap pentingnya pengelolaan diri dalam menjaga kadar gula darah tetap normal,” kata Siti.

Selain aspek fisik, pendampingan lansia penderita DM tipe 2 juga harus memperhatikan kesehatan psikologis dan kesejahteraan spiritual mereka. Karena stres dan gangguan kejiwaan dapat memperburuk kondisi diabetes, pendekatan seperti Spiritual Group Therapy sangat penting untuk meningkatkan kemandirian, ketenangan jiwa, dan kualitas hidup secara holistik.

Kegiatan SGT difokuskan pada pemberdayaan lansia agar mampu mengelola kondisi kesehatannya secara mandiri dan meningkatkan aspek psikologis dan spiritual. Terapi spiritual berkelompok ini dilakukan melalui diskusi, pendampingan psikologi, dan kegiatan ibadah bersama yang membangun rasa kebersamaan dan saling mendukung antar sesama lansia.

Ketua Posyandu Lansia Mahatma, Tukirin mengungkapkan rasa syukur atas pelaksanaan program ini:

“Program ini sangat bermanfaat bagi para lansia di wilayah kami. Mereka menjadi lebih semangat, punya tujuan baru, dan saling mendukung dalam pengelolaan diabetes. Pendekatan spiritual benar-benar membantu menenangkan hati mereka, sehingga mengurangi stres. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut,” jelasnya.

Salah satu lansia peserta, Jono (72 tahun), juga berbagi pengalaman positifnya. Dia mengaku lebih tenang, bisa mengontrol emosi, dan lebih percaya diri untuk mengelola penyakit diabetesnya. “Banyak hal baru yang saya pelajari, khususnya tentang pentingnya berdoa dan selalu berpikir positif. Teman-teman lansia yang lain juga semakin rukun dan saling membantu,” tuturnya.

Ketua RW. 03 Manukan Kulon Surabaya, Nonot Suryono turut memberi apresiasi. Dia mengatakan mendukung penuh inovasi seperti SGT ini karena manfaatnya sangat terasa. “Lansia menjadi lebih mandiri, sehat secara mental, dan lebih sejahtera secara spiritual. Kami berharap Posyandu dan perguruan tinggi terus bersinergi untuk program-program berbasis kebutuhan masyarakat seperti ini,” katanya,

Harapan kedepan Dengan keberhasilan pelaksanaan Spiritual Group Therapy di Posyandu Lansia Mahatma, diharapkan model ini dapat diadopsi di berbagai wilayah lain di Surabaya. Dukungan dari semua pihak, mulai dari tenaga kesehatan, keluarga, hingga tokoh masyarakat, menjadi kunci keberlanjutan dampak positif dari program ini.

Kegiatan ini digelar berkat dana hibah dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Republik Indonesia. ril/hms

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry