
BANYUWANGI | duta.co – Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Majelis Dzikir Nurul Wathon (MDNW) al-Hambalangi, Selasa (7/1/25) bertandang ke Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur paling timur.
“Kami serahkan SK untuk DPC MDNW al-Hambalangi Banyuwangi. Alhamdulillah bisa sowan ke Musrsyidul Aam MDNW al-Hambalangi, KH Suyuthi Thoha,” demikian disampaikan KH Ahmad Khoiri Mahfud, SH, Ketua MDNW al-Hambalangi Jawa Timur, kepada duta.co, Selasa (7/1/25).
Menurut KH Khoiri, bulan ini (Januari) DPW Jatim terus melakukan konsolidasi. Pembentukan DPC se-Jatim. Di samping itu, tengah diagendakan sowan ke Forkopimda Jatim seperti Pangdam V/Brawijaya, Gubernur Jatim, Kapolda, Kejati, sampai Kepala Kemenag Jatim,” tegas Gus Khoiri, panggilan akrabnya, usai sowan KH Suyuthi Thoha.
Hal yang sama disampaikan KH Mukhlas Syarkun, Ketua Umum DPP Majelis Dzikir Nurul Wathon (MDNW) al-Hambalangi. Menurut Gus Mukhlas, panggilan akrabnya, konsolidasi organisasi terus dilakukan. “Janurai 2025 ini, harapan kami sudah tuntas kepengurusan DPW. Lalu, masuk Februari sampai Hari Raya pada akhir Maret 2025 diharapkan kepengurusan DPC sudah rampung,” tegasnya.
Bulan ini, tegasnya, DPW Riau, DPW Banten, DPW Jabar, Jatim, bahkan DKI sudah selesai. “Sumatera sudah ada dua DPW, begitu juga Kalimantan. InsyaAllah Januari ini rampung, dan antusiasme umat di bawah begitu besar. Mereka ingin terlibat, minimal ikut berdoa agar bangsa ini tertata dengan baik. Program pemerintah terkait pemberantasan korupsi dan juga swasembada pangan, harus sukses dan kita dikawal bersama,” terangnya.
Sosialisasi Keajaiban PUPUK Tetes
Soal swasembada pangan, tambahnya, MDNW al-Hambalangi juga bergerak dalam pupuk alami. Pupuk jenis ini, katanya, bisa bikin petani tertegun jika menyaksikan modal dan kualitas panennya.
“Kita sudah punya banyak demplot (Demontration Plot). Bahkan sampai Malaysia. Di negeri tetangga kita, produk ini diuji coba dengan lahan puluhan hektar, menggunakan 20 ribu liter Pupuk Tetes. Hasilnya, petani Malaysia sekarang menunggu kita,” tegasnya.
Menurut Gus Mukhlas, terobosan ini menjadi alternatif petani kita yang emoh dengan pestisida atau pupuk kimia. Selama ini, unsur tanah kita sudah ‘dibombardir’ dengan pupuk kimia. “Sederhana sekali, dan hasilnya sangat berlimpah. Petani bisa buat sendiri, tetapi, karena ada bahan baku yang harus dibeli secara banyak, maka, cenderung beli jadi,” tegasnya.
Salah satu bahan baku yang sulit mereka dapat dengan jumlah terbatas adalah tetes tebu (molase). “Mestinya kita bisa dapat harga tetas tebu (molase) cuma Rp4 ribu, tetapi, karena jumlahnya kecil bisa Rp10 ribu. Ini yang menjadi problem petani kita. Maka, harus ada home industri. Modalnya tidak begitu besar tetapi bisa menyelamatkan petani dan tanah kita,” ujarnya.
Soal panen, urainya, jangan tanya, dengan pupuk tetes (semprot) ini, 1 hektar yang biasanya hanya panen 9 ton, kini tembus 22 ton. “Kelemahan lain, teknis menyemprotnya masih terlalu sering, seminnggu sekali, sampai 6 kali dalam masa tanam. Kalau sudah berumur 60 hari, bisa bebas. MDNW al-Hambalangi juga konsentrasi masalah pertanian. InsyaAllah berkah,” pungkasnya. (mky)