TOKOH RUJUKAN TERORIS: Aman Abdurrahman (ist)

JAKARTA | duta.co – Begitu bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jateng, pekan lalu, karena mendapatkan remisi lima bulan, Aman Abdurrahman alias Oman langsung dijemput Densus 88. Ada apa? Seberapa penting sosok Oman bagi radikalis Indonesia?

KEHILANGAN PENGIKUT: Abu Bakar Ba’asyir yang massanya direbut Aman Abdurrahman. (ist)

Peringatan Hari Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia seharusnya menjadi lembaran baru bagi terpidana kasus terorisme Aman Abdurrahman alias Oman. Remisi lima bulan dapat membebaskan Oman dari Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jateng, Kamis (17/8) pekan lalu.

Namun, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri tak mau memberikan waktu bagi Oman untuk mengirup udara segar di luar penjara. Densus 88 bergerak menjemput Oman empat hari jelang kebebasan dan membawanya menuju Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.

Densus 88 memeriksa Oman terkait serangan teror di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016. Dia diduga berperan dalam memberikan ide untuk melancarkan serangan teror yang terjadi di ‘jantung’ kota Jakarta tersebut.

Hingga akhirnya, Densus 88 resmi menetapkan sekaligus menahan Oman sebagai tersangka pada Jumat (18/8) lalu. Bom Thamrin merupakan kasus terorisme ketiga yang disangkakan polisi kepada Oman. Sebelumnya, pria kelahiran 5 Januari 1972 ini sudah dua kali terjerat kasus terorisme.

Kasus pertama, Oman ditangkap terkait bom rakitan yang meledak di rumah kontrakannya, Kampung Sindang Rasa, Kelurahan Suka Maju, Cimanggis, Depok, Jawa Barat pada 2004. Ia pun divonis tujuh tahun penjara terkait kasus ini.

Oman kembali tersandung kasus terorisme setelah terlibat dalam pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar pada 2010. Pengadilan pun memvonis Oman dengan pidana sembilan tahun penjara.

 

Pionir ISIS Indonesia

Pengamat terorisme dari Institute for International Peace Building Taufik Andrie mengatakan, Oman merupakan pendakwah seputar isu tauhid dan jihad yang mengagumi tokoh ideologi jihad pendukung Al Qaidah Abu Muhammad al-Maqdisi.

Menurut dia, sepak terjang Oman dalam dunia dakwah seputar tauhid dan jihad didukung dengan kemampuan berbahasa Arab yang baik. Oman pun mulai aktif berdakwah dalam kelompok Tauhid Wal Jihad pada 2004.

Namun, kelompok ini justru membawa Oman ke ranah pidana untuk pertama kali. Dia dan sejumlah rekannya dalam kelompok Tauhid Wal Jihad divonis pidana penjara dalam kasus peledakan bom rakitan di rumah kontrakan Oman di kawasan Cimanggis pada 2004

“Ketika aktif konsep Tauhid Wal Jihad kemudian diajak terlibat dalam pelatihan perakitan bom di 2004. Rumah kontrakan Oman di Cimanggis meledak sebelum waktunya, kemudian dia dan beberapa orang rekannya ditetapkan sebagai tersangka,” kata Taufik ketika dikutip dari CNNIndonesia.com.

Bersama rekan-rekannya, Oman kemudian mendekam di dalam penjara hingga 2008. Menurut dia, Oman aktif menerjemahkan buku atau tulisan karya Abu Muhammad al-Maqdisi ketika berada di dalam penjara. Buku atau tulisan tersebut kemudian Oman edarkan di kalangan militan secara luas.

Taufik menuturkan, hal tersebut membuat Oman menjadi terkenal. Oman dibanjiri panggilan untuk mengisi ceramah di berbagai tempat. Oman pun membawa Tauhid Wal Jihad menjadi kelompok lebih formal yang aktif melakukan propaganda dan memproduksi naskah terjemahan yang diedarkan lewat fotokopi atau pun situs internet millahibrahim.com.

Setelah itu, Oman mengikuti pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar, pada 2010. Taufik mengatakan, Oman berperan dalam mendanai dan mengirimkan sejumlah pengikutnya dalam pelatihan ini.

Keterlibatan itu ternyata membawa Oman ke ranah pidana untuk kedua kalinya. Dia divonis sembilan tahun penjara.Dalam kesempatan kedua di penjara ini, Oman kemabali aktif dalam melakukan penerjemahan. Kali ini, ia menerjamahkan buku lebih banyak dan tidak sebatas karya Abu Muhammad al-Maqdisi.

Kegiatan Oman di dalam penjara ternyata terpantau oleh kelompok ekstrem di Indonesia lainnya.Perlahan, Oman pun menjadi tokoh rujukan ideologi yang senantiasa diminta mengeluarkan fatwa dan memberikan jawaban atas pertanyaan di antara para anggota kelompok ekstrem.

“Pelan-pelan Oman jadi semacam tokoh rujukan, bukan hanya oleh kelompok Tauhid Wal Jihad, tapi oleh kelompok lain juga. Misalnya, ada fatwa apa itu ditanyakan ke dia, kemudian dia produksi fatwa,” tuturnya.

Nama Oman kian populer setelah kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) resmi mendeklarasikan diri di Suriah. Menurut Taufik, Oman adalah pionir lahirnya gerekan ISIS di Indonesia.

Oman pun memulai aktivitas bak seorang pemimpin ISIS di Indonesia dengan melakukan perekrutan anggota dan pengiriman orang ke Suriah. Menurut dia, Oman berpandangan bahwa konsep daulah atau pemerintahan yang dibawa oleh ISIS tepat.

“Dia proklamasikan dukung ISIS. Sejak itu, dia jadi pionir dan terkesan seperti pemimpin ideologis ISIS yang kemudian jadi sentral untuk rekrut orang dan melakukan pengiriman orang ke Suriah sampai terlibat dalam serangan terorisme di Indonesia,” ujarnya.

Merebut Pengikut Ba’asyir

Terpisah, sepak terjang Oman pun relatif mengalahkan pesona pendiri Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba’asyir. Ba’asyir sebelumnya memutuskan keluar dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) untuk mendirikan jemaat tersebut pada 2008. Banyak anggota MMI yang mengikuti langkah Ba’asyir.

Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, dominasi Ba’asyir atas pengikutnya sendiri di JAT tidak berlangsung terlalu lama. Dikatakannya, sosok Aman Abdurrahman menjadi lebih populer dan dielu-elukan di tubuh JAT.

“JAT itu direbut oleh Aman Abdurrahman dan kemudian banyak yang dibawa mendukung ISIS,” tutur Al Chaidar usai menghadiri diskusi di kantor Imparsial.

Aman lalu membawa anggota JAT yang direbut dari Ba’asyir mendirikan organisasi baru bernama Jamaah Anshar Daulah (JAD). Arah perjuangan organisasi tersebut, lanjut Al Chaidar, sama dengan ISIS di Irak dan Suriah, yakni mendirikan negara Islam.

Selain JAD, sempalan JAT juga membentuk organisasi yang lain. Organisasi itu dipimpin oleh sosok yang sejalan dan sepemikiran dengan Aman. Oleh karenanya, organisasi pun memiliki cita-cita yang serupa dengan JAD.

“Namanya Jamaah Ansharu Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN) yang dipimpin oleh Bahrun Naim. JAD dan JAKDN ini berafiliasi dengan ISIS,” ujar Al Chaidar.

Sepeninggal Aman, menurut Al Chaidar, JAT menjadi kehilangan banyak anggota. Baik itu yang militan mau pun yang tergolong tinggi ilmu keislamannya. Al Chaidar mengatakan, “JAT yang lama ini ibarat hidup segan mati tak mau.”

Al Chaidar menjelaskan, sebetulnya masih cukup banyak pengikut fanatik Abu Bakar Ba’asyir dalam tubuh JAT. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan semua anggota JAT hijrah ke JAD sehingga Abu Bakar Ba’asyir benar-benar kehilangan pengikut setianya.

Mereka tetap saling menjaga komunikasi satu sama lain meski memiliki perbedaan pandangan. Menurut Al Chaidar, hubungan yang masih dipertahankan itu membuat perpindahan anggota tetap akan terjadi antara JAT dan JAD.

“Saya kira nanti implikasinya nanti Abu Bakar Ba’asyir tidak memiliki pengikut,” papar Al Chaidar. “Menjadi pemimpin yang tidak punya pengikut.” hud, cnni

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry