
Catur Wulandari, S.S.T., M.Gizi –Â Dosen S1 Gizi, Fakultas Kesehatan
ANEMIA gizi besi masih menjadi masalah kesehatan yang banyak dialami masyarakat Indonesia, terutama pada remaja, ibu hamil dan anak-anak. Kekurangan zat besi menyebabkan tubuh kesulitan membentuk hemoglobin, sehingga penderitanya sering merasa lemas, lesu dan sulit berkonsentrasi.
Untuk mencegah hal itu, diperlukan asupan makanan bergizi yang mudah diterima masyarakat. Salah satunya lewat inovasi menarik dari dosen dan mahasiswa Program Studi Gizi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
Tim peneliti dari Prodi Gizi Unusa berhasil mengembangkan sosis ayam kampung dengan tambahan sari bayam merah sebagai pangan fungsional. Produk ini tidak hanya lezat dan praktis, tetapi juga memiliki potensi membantu mencegah anemia berkat kandungan gizinya.
Kombinasi daging ayam kampung (Gallus domesticus) yang kaya protein dan bayam merah (Amaranthus tricolor L.) yang mengandung zat besi, vitamin C, dan folat, diharapkan dapat memberikan manfaat kesehatan sekaligus meningkatkan nilai gizi produk olahan lokal.
Ide pengembangan sosis ini berawal dari keinginan untuk menciptakan pangan bergizi berbasis bahan lokal yang mudah diterima semua kalangan. Masyarakat sangat menyukai sosis karena rasanya enak dan praktis. Kami ingin menghadirkan versi yang lebih sehat dengan tambahan bayam merah yang kaya zat gizi. Jadi, makanan ini bisa sekaligus membantu mencegah anemia.
Penelitian dilakukan dengan empat formulasi, yakni F0 (100% daging ayam kampung tanpa bayam merah), F1 (84% ayam:16% bayam merah), F2 (76% ayam:24% bayam merah), dan F3 (68% ayam:32% bayam merah). Semua produk diolah secara higienis di laboratorium gizi Unusa dan diuji kandungan gizinya serta tingkat kesukaan konsumen terhadap warna, rasa, aroma, dan tekstur.
Hasil analisis menunjukkan bahwa formulasi F3 memiliki kadar vitamin B12 tertinggi (96,7 mcg), vitamin C sebesar 0,151 mg, dan asam folat 0,0253 mg, yang semuanya berperan penting dalam pembentukan sel darah merah. Namun, kandungan zat besi pada produk ini masih perlu ditingkatkan agar manfaatnya lebih optimal. Sementara itu, F0 memiliki kandungan protein tertinggi, yaitu 18,69 gram, serta lemak sebesar 1,88 gram.
Dalam uji organoleptik, panelis paling menyukai F0 dari segi warna dan aroma, F1 dari segi rasa, serta F2 dari segi tekstur. Formulasi F3 dinilai memiliki warna kecokelatan yang menarik. Uji statistik menunjukkan bahwa penambahan sari bayam merah memberikan pengaruh signifikan terhadap karakteristik sensorik sosis ayam kampung (p<0,05).
Penelitian ini juga menjadi bagian dari pembelajaran bagi mahasiswa agar mampu menggabungkan teori gizi dengan praktik inovasi pangan. Mahasiswa kami terlibat langsung mulai dari proses formulasi, uji organoleptik, hingga analisis gizi. Ini melatih mereka berpikir kreatif dan ilmiah untuk menciptakan produk yang sehat dan disukai masyarakat.
Tim peneliti berharap inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menambah kandungan zat besi melalui fortifikasi atau kombinasi bahan alami lain seperti daun kelor atau hati ayam. Ke depan, kami ingin produk ini bisa dikembangkan oleh UMKM atau industri pangan lokal, sehingga bisa menjadi solusi bergizi bagi masyarakat.
Melalui inovasi sosis ayam kampung bayam merah, dosen dan mahasiswa Unusa membuktikan bahwa ilmu gizi bisa diimplementasikan langsung untuk menjawab tantangan kesehatan masyarakat. Produk ini tidak hanya menghadirkan cita rasa khas nusantara, tetapi juga menawarkan manfaat kesehatan yang nyata bagi upaya pencegahan anemia di Indonesia. *
		







































