Tampak Konsul Jenderal China di Surabaya, Gu Jingqi (lima dari kanan). Keterangan foto detik.com

SURABAYA | duta.co – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim melakukan tabayun ke Gu Jingqi, Konsulat Jenderal China di Surabaya terkait isu diskriminasi Etnis (muslim) Uighur yang notabene merupakan etnis minoritas di China.

Gu Jingqi mendatangi kantor PWNU Jatim dan bertemu Ketua PWNU KH Marzuki Mustamar serta pengurus NU lainnya.

Gu Jingqi menjelaskan jika kondisi muslim Uighur di Xinjiang tidak seperti isu yang beredar di Indonesia. Menurutnya yang terjadi di Tiongkok bukanlah pembantaian di camp, namun ada pelatihan untuk mengajarkan warga dalam melawan terorisme.

“Ada kebijakan untuk menghapuskan terorisme, ada banyak cara. Sekarang pemerintah lokal mengadakan pusat latihan mengajarkan bahasa mandarin. Ada banyak itu terorisme, mereka tidak belajar banyak, mereka membunuh orang. Sama seperti apa yang dilakukan di Surabaya 14 Mei tahun ini,” kata Gu Jingqi usai dialog di Kantor PWNU Jatim Surabaya, Rabu (26/12).

Gu Jingqi menambahkan pihaknya ingin mengedukasi warga China agar tak mudah terpapar paham terorisme. Menurut Gu Jingqi, ajaran terorisme tak mencerminkan Islam.

“Mereka pikir itu ajaran untuk membunuh orang dan bisa masuk ke surga. Itu tidak baik. Jihad bukan membunuh orang, tujuan Islam untuk perdamaian. Mereka sudah dicuci ISIS. Mereka membunuh kiai,” lanjutnya.

Tak hanya itu, Gu Jingqi menegaskan China juga memberikan kebebasan sepenuhnya kepada seluruh masyarakat untuk bebas memilih agama apapun. Dia mengatakan di China ada 56 suku bangsa, diantaranya ada 10 suku bangsa yang beragama Islam. Selain itu, jumlah umat Islam di China juga 23 juta orang.

Bahkan ada 10 suku di Xinjiang yang mayoritas menganut agama Islam dengan jumlah penduduk sekitar 14 juta. Ada 24,4 ribu masjid di wilayah Xinjiang, atau sekitar 70% dari jumlah total masjid di seluruh Tiongkok.

Jumlah ulama ada 29 ribu orang, sekitar 51% dari jumlah total di seluruh negara. Di Xijiang, ada 103 ormas agama Islam, mengambil porsi 92% dari seluruh ormas agama di Xinjiang.

“Pemerintah Tiongkok, berdasarkan peraturan dan perundang-undangan, memberikan perlindungan kepada setiap warga negaranya, termasuk Muslim suku Uighur di Xinjiang,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua PWNU Jatim Kiai Marzuki Mustamar menambahkan pertemuan dengan Konjen Tiongkok ini ingin mengetahui apa yang sedang terjadi di sana.

“Pokoknya NU ingin baik dengan siapapun. Ada sekian juta muslim di Jawa, yang bekerja di Indonesia yang bosnya juga orang China. Itu harus dijaga. Ada hubungan ekspor impor ke China juga harus dijaga,” kata Kiai Marzuki.

Kiai Marzuki juga menambahkan Muslim di Indonesia memiliki kedekatan dengan Muslim China. Hal ini karena memiliki kesamaan dalam Ahlussunnah wal Jamaah.

“Kenapa China harus kita jaga? Islam di China lebih dekat dengan di Indonesia, mereka pakai wirid setelah salat, doa bareng, tarawihnya juga 20 rakaat,” lanjut Kiai Marzuki.

Apalagi menurutnya isu ini ada hubungannya dengan perang dangang China dan Amerika. “Yang jelas kita tidak ingin ikut masuk di dalamnya,” jelasnya.

Sementara, Jumat (28/12/2018) umat Islam yang tergabung dalam GUIB (Gabungan Umat Islam Bersatu)  Jatim akan mendatangi Konsulat Jendral China di Surabaya. Mereka menggelar doa bersama dan infaq untuk muslim Uighur.

“Informasi soal adanya penyiksaan muslim Uighur sudah lebih dari cukup untuk bersikap. Dan ini tidak mungkin untuk ditanyakan kepada pejabat China, mereka pasti tidak akan mengakuinya. Sudah banyak relawan kita yang cek lokasi, validasi berita,” demikian disampaikan salah seorang muslim Surabaya yang siap datang ke Konjen China, Jumat nanti. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry