SURABAYA | duta.co – Keinginan untuk membangun Tol Trans Madura, terus menggelora. Hari ini, Kamis (16/9) ada FGD (Focus Group Discusion) yang membahas  Tol Trans Madura di Surabaya. Sementara penolakan terhadap program tersebut tak kalah gencar.

Termasuk dari para ulama yang tergabung dalam AUMA (Aliansi Ulama Madura). Hari ini beredar aspirasi AUMA tertanggal 14 September 2021.

Masukan atau aspirasi AUMA ini, tampak lebih tegas. Yang bertandatangan di lembar aspirasi itu Ketua Umum AUMA, KH Ali Karrar Shinhaji dan Sekretaris Umum KH Drs Fadholi Moh Ruham, MSi. Di situ, AUMA memberikan jargon penting yang harus menjadi tolok ukur setiap upaya membangun Madura.

Jargonnya: ‘Membangun Madura, Jangan Membangun di Madura’. “Pembangunan tol trans Madura belum saatnya, karena hanya akan menguntungkan kalangan menengah keatas. Dan tidak oleh kalangan menengah kebawah,” demikian aspirasi AUMA bernomor 041/B/AUMA/IX/2021.

AUMA juga menyampaikan empat solusi jangka pendek. Pertama, Pelebaran jalan. Kedua, Perbaikan kualitas jalan. Ketiga, Pembangunan jembatan layang di lokasi macet. Dan, keempat, penataan lokasi beberapa pasar tradisonal yang selama ini jadi penyebab kemacetan.

“Hal tersebut penting diajukan agar masyarakat bawah yang biasa mencari keuntungan di pinggir jalan raya tidak kehilangan usahanya,” tegasnya. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry