SURABAYA | duta.co – Belum ada jadwal kapan hearing DPRD Kota Surabaya dan DPRD Jawa Timur perihal permohonan atlet Gulat yang tergabung dalam  Gulat Arek Surabaya (GAS) digelar.

Berita duta.co bertajuk ‘Ada Kecurangan di Gulat Surabaya? Ancam Profesionalitas, GAS Ajukan Hearing ke DPRD’, mendapat tanggapan dari sejumlah atlet gulat. Salah satunya Dito, salah satu altet Kejuaraan Promprov Jatim di Batu, Malang tahun lalu. Berikut penuturannya:

“Demi masa depan olahraga kita, khususnya Gulat, saya ingin bercerita tentang adanya dugaan kecurangan data pemenang mau pun pemalsuan umur. Ini penting, agar semua menjadi jelas.

Awalnya saya juga kaget, melihat teman saya yang bernama Prabuadi Maulana yang seharusnya tidak dapat ikut pertandingan di Kejurprov  pemula dan remaja di Kota  Malang, tetapi, ternyata dia bisa ikut dan mendapatkan juara 1.

Kok bisa? Akhirnya saya ingin tahu. Ada dugaan pemalsuan data atau usia yang disetting pelatih. Ketika saya tahu, saya diam saja dulu. Lalu seiring waktu, ada pertandingan di Kota Batu Kejurprov/Praporprov dan saya ikut bertanding di situ, saya menang dua kali kalah satu kali mendapatkan juara 3 di kelas 67kg.

Setelah itu ada panggilan dari Dispora untuk tanda tangan uang bonus pemenang. Nah pada saat saya teken di situ, saya kaget karena ada teman saya yang kalah tidak dapat juara, tetapi didatanya tertulis juara 1. Kebetulan dia anak pelatih juga ditulis juara 1. Padahal aslinya juara 2. Kok aneh?

Saya sih diam. Setelah teken itu, satu bulan kemudian banyak yang bertanya ke saya: Kenapa kok uang bonus belum cair? kapan uang bonus cair? Betul juga. Akhirnya saya tergelitik untuk segera menanyakan hal itu ke Dispora bersama teman-teman. Karena tanya bonus saya didampingi SCWI (Surabaya Coruption Watch Indonesia), namanya Bapak Hari Cipto Wiyono SH.

Nah, setelah bertanya ke Dispora itulah, malamnya di WA grup pelatih, pengurus lain atau senior lain malah menegur kita dan teman-teman yang ikut menanyakan kapan bonus keluar? Caranya kurang elok, tidak hormat, bahkan adik perempuan teman saya juga dikeluarkan. Lho kok?

Mirisnya lagi, kita yang ke Dispora menanyakan hal itu, jadi bulan-bulanan. Apa yang keliru? Dari situ kita juga dibully ditekan bahkan merasa diintimidasi. Akhirnya saya berpikir, kenapa ya kok kita hanya menanyakan saja, kok malah jadi seperti ini?

Lama saya berpikir! Karema semakin hari semakin panas situasinya, maka. saya memutuskan untuk bersuara tentang dugaan kecurangan pemenang, pemalsuan data yang telah terjadi. Kalau ini  dibiarkan lama-kelamaan akan menjadi budaya dan akan dinormalisasikan. Ketika sudah menjadi kebiasaan, sangat merugikan  banyak orang dan juga masa depan olahraga kita.

Contoh, dari pihak atlet yang masih remaja dilawankan dengan yang sudah mahasiswa, ini jelas tidak sebanding. Pihak Dispora juga dirugikan, karena yang mencairkan uang bonus tersebut adalah Dispora. Kihak KONI juga dirugikan, karena KONI mendapatkan laporan palsu. Pokoknya tidak ada untungnya.

Ketika saya bersuara ini, ternyata ada juga yang memberi informasi, bahwa, sebelumnya sudah sering terjadi. Waallahu’alam, karena saya sendiri tidak punya bukti. Saya tidak berani bersuara kalau tidak mempunyai bukti dan data.

Jadi, menurut saya, lebih baik kalah terhormat daripada menang memalukan seperti pemalsuan umur dan data. Ingat, di dalam pertandingan itu, menang atau kalah, itu biasa. Terpenting kita sudah berani tampil. Zaman sekarang ketika kita berani mencoba itu sama dengan sukses. Jadi sangat tidak perlu memalsukan data dan umur.

Lewat tulisan ini, saya tidak akan melupakan kebaikan pelatih Gulat SWC. Dan saya juga tidak akan membiarkan hal buruk terus terjadi, bahkan bisa menjadi budaya kelak. Mari kita menjaga integritas dan sportivitas dalam olahraga. Salam Olahraga”! (*)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry