Soft launching buku 50 Tahun Smamda Emas saat milad ke-50 beberapa waktu lalu. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya meluncurkan buku 50 Tahun Smamda Emas, beberapa waktu lalu. Buku ini berisi perjalanan Smamda Surabaya hingga setengah abad lamanya.

Peluncuran buku ini bersamaan dengan milad ke-50 dengan tema “Berkarya untuk Negeri”. Ini merupakan sebuah refleksi yang tidak hanya menengok ke belakang, tapi juga menatap masa depan.

Astajab, Kepala Smamda Surabaya, mengatakan peringatan ini bukanlah seremoni biasa. “Ini adalah momentum refleksi. Kita ingin melihat sejauh mana perjalanan Smamda, capaian yang telah diraih, dan ke mana sekolah ini akan diarahkan ke depan,” ujarnya.

Buku ini merupakan karya kolaboratif oleh tiga guru: Dio Yulian Sofansyah, Moch. Hendy Bayu Pratama dan Mustakim.

Buku tersebut tidak hanya merangkum sejarah dan prestasi sekolah, tetapi juga menyajikan kontribusi para kepala sekolah dari generasi ke generasi.

Untuk pertama kalinya, buku ini juga tersedia dalam versi digital yang bisa diakses oleh seluruh alumni dan masyarakat luas—simbol bahwa Smamda telah menjejak ke era digital tanpa meninggalkan akar sejarahnya.

Dalam perayaan yang dihadiri 400 orang—mulai dari pendiri sekolah, guru dan karyawan yang telah purna tugas, alumni lintas generasi, komite sekolah, wali murid, hingga jajaran pimpinan Muhammadiyah dari tingkat cabang hingga wilayah itu diputarkan dokumentasi perjalanan lima dekade Smamda Surabaya.

Setiap periode kepemimpinan kepala sekolah direkam dan dipaparkan sebagai bagian dari milestone institusi, dari kepala sekolah pertama hingga ketujuh.

“Setiap 10 tahun kami evaluasi capaian. Kami ingin cita-cita para kepala sekolah sebelumnya terus berlanjut,” tambah Astajab.

Acara semakin meriah dengan berbagai penampilan siswa, mulai dari bela diri hingga paduan suara. Ada pula cek kesehatan gratis dan pembagian  doorprize, dari voucher belanja hingga smartwatch dan smartphone.

Rangkaian milad pun melibatkan kegiatan lain seperti Smamda Cup 2025, seminar pendidikan, bakti sosial, dan jalan sehat.

Yang istimewa, bukan hanya para tamu undangan yang larut dalam kebanggaan. Guru-guru senior yang telah pensiun pun turut hadir dan berbagi kesan. Wedyasning Wulandari, mantan guru Biologi yang mengajar sejak 1988 hingga 2019, mengaku masih mengikuti perkembangan sekolah. “Baik guru maupun siswanya punya semangat yang luar biasa untuk terus maju,” katanya.

Ummu Tukmiyati, guru Bahasa Inggris yang mengabdi dari 1983 hingga 2007, turut menyampaikan kebanggaannya. “Kami ikut bersyukur karena Smamda di mata internasional semakin berkembang,” tuturnya..

Acara ditutup dengan tausiah inspiratif dari Wakil Ketua PWM Jawa Timur, Ir. Tamhid Masyhudi, yang mengangkat pentingnya gerakan tajdid dalam Muhammadiyah. Doa bersama dan sesi foto menutup hari penuh kenangan itu.

Dengan semangat 50 tahun, Smamda terus melangkah. Tak hanya sebagai sekolah unggulan nasional, tapi juga sebagai ladang amal dan cahaya ilmu yang terus menyala—untuk negeri, untuk umat, dan untuk masa depan. ril/lis

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry