Siswa –siswi SD Khadijah Pandigiling Surabaya memainkan permainan Tradisional dalam "Festival Dolanan" yang digelar di Royal Plaza surabaya. kegiatan ini untuk tumbuhkan rasa cinta Indonesia para Siswa dan generasi muda dengan permainan tradisional dan bisa tetap melestarikan budaya tradisional. DUTA/Wiwiek Wulandari

Festival Dolanan Anak SD Khadijah Pandigiling Surabaya

SURABAYA | duta.co –  Permainan tradisional sudah tidak lagi dikenal anak-anak zaman sekarang. Sehingga mereka merasa kesulitan untuk memainkannya. Padahal ketika memainkan  games online anak-anak selalu terlihat enjoy dan dengan mudahnya memainkannya.

Seperti yang dialami Carisaa Putri, Sabrina Naila, Ata Nabila, Rayhan Sauqi Maulana dan Srengenge M. Lev Nyro. Lima siswa kelas 5 SD Khadijah Pandigiling itu mengaku merasakan hal yang sama.

Mereka memainkan rangku alu. Permainan tradisional dengan empat tongkat bambu. Tongkat bambu itu  dimainkan empat orang yang saling bekerjasama agar satu orang yang meloncat di atasnya tidak terkena tongkat bambu yang dimainkan.

“Susah juga. Harus bareng memainkannya kalau tidak hadi kelihatan nfak kompak,” kata Rayhan.

Memang, permainan tradisional syarat akan makna dan manfaat. Untuk itu banyak pegiat terus melestarikan permainan tradisional di tengah era milenial ini. SD Khadijah Pandiling menyadari semakin punahnya permainan-permainan tradisional, yang tergerus dengan gadget dan game online.

Karena itu, SD Khadijah Pandigiling menggelar acara Festival Dolanan Anak di Royal Plaza, Sabtu (3/3) lalu. Ratusan siswa tampil di panggung di arena Royal Craft, Royal Plasa secara bergantian. Mereka menampilkan aneka permainan tradisional.

Bahkan ada pusat permaian yang berisi mainan tradisional dan bisa dimainkan pengunjung usia anak-anak.

Memainkan dakon. DUTA/wiwiek

Kepala SD Khadijah Pandigiling, Suhadi mengungkapkan beragam permainan ditampilkan siswa dan orang tua. Mulai dari Mulai dari Cublak-cublak suweng, Slebut-slebur, Tapak Gunung, Neker, Lompat tali, Tarik tambang , Patel lele, Dakon, hingga rangku alu.

“Permaian tradisional juga diterapkan  sebagai pelajaran tematik di sekolah. Sehingga siswa mulai tertarik,”ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya Ikhsan mengungkapkan anak-anak bisa berekspresi dengan adanya kegiatan semacam ini.  Tak hanya siswa, tapi juga orang tua bisa berinteraksi dengan anaknya. “Jadi anak-anak bisa bereksprei dan bisa bersenang-senang,”ujarnya.

Ia berpesan saat anak-anak memiliki waktu luang seperti ini, orang tua harus memberikan perhatiannya. Mendengarkan yang diceritakan anak. Jangan sampai anak mencari sosok orang tua yang lain.

“Waktu kecil didik mereka sebagai raja, kalau sudah besar jadikan tawanan agar disiplin. Kalau sudah besar jadikan teman untuk diskusi,”lanjutnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry