BELAJAR MEMBATIK : Jade Jane (kanan) mengaku kesulitan harus membatik tulisan nama sekolahnya Lorne P12 College di atas kain kaos di SMA Muhammadiyah Dua Surabaya, Selasa (18/5). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Membatik memang dibutuhkan keterampilan dan latihan yang terus menerus. Jangankan orang asing, orang Indonesia yang selama ini mengenal batik dan mengenakan batik untuk busana sehari-hari, belum tentu bisa membatiknya.

Padahal batik adalah salah satu kekayaan negeri ini. Batik sudah diakui Unesco sebagai  Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Bahkan setiap 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Tidak mengherankan, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) yang selama ini memang menjadikan batik sebagai salah satu program unggulan, memperkenalkannya kepada siswa-siswa asing yang menjadi tamu kehormatan sekolah itu.

Ada 13 siswa dan dua guru dari Lorne P12 College Victoria Australia yang kali ini mengunjungi Smamda.  Sekolah itu adalah sister school yang selama 10 tahun ini bekerjasama. Setiap dua tahun sekali masing-masing sekolah saling mengunjungi.

Tamu spesial ini selama lima hari akan berada di Surabaya. Mereka tinggal bersama orang tua asuh yang tak lain adalah orang tua siswa Smamda. Mereka akan diajari berbagai macam hal terutama tentang budaya, bahasa dan tradisi serta keragaman Indonesia.

Salah satu budaya yang diperkenalkan itu adalah batik. Para siswa dari Australia itu pun usai penyambutan langsung diajak ke halaman belakang sekolah untuk belajar membatik. Mereka membatik di atas kain kaos sebuah gambar gedung sekolah dan tulisan Lorne P12 College.

Namanya baru pertama kali membatik, jelas mereka merasa kesulitan. “Oh My God…,” ujar Jade Jane, siswa kelas 11 Lorne P12 Victoria.

Walau mengaku kesulitan menggunakan canting, tapi Jade sangat senang. Apalagi bisa menyelesaikan gambar di kaos putih yang dipegangnya. “I like it, my first time but not bad (saya suka. Ini pertama kalinya tapi tidak jelek,red),” tuturnya.

Kepala Smamda, Astajab mengatakan selain memperkenalkan  batik, 13 siswa itu akan diajak mengelilingi Surabaya. Mereka akan diperkenalkan ikon-ikon Surabaya khususnya simbol Islam yang ada.

“Akan kita ajak ke Masjid Al Akbar, Masjid Cheng Ho. Juga berbagai simbol lainnya. Kalau memperkenalkan bahasa dan tradisi, ketika mereka tinggal di rumah orang tua siswa, pasti mereka akan sendirinya bisa belajar dari mengamati dan menjalankannya,” kata Astajab.

Kerjasama dengan luar negeri seperti ini, mendapat apresiasi dari bidang pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen) Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.

Kepala Dikdasmen PWM, Arbai berharap semua sekolah yang berada di bawah Muhammadiyah harus bisa mencontoh sekolah yang sudah bisa melakukan kerjasama dengan sekolah di luar negeri. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry