KALAU kita membaca sejarah hidup Mbah Hasyim Asy’ari, beliau bersedia menjadi sumubu pada zaman pemerintahan Jepang, tetapi dalam waktu yang sama beliau juga menolak senam ritual yang berbasis dari keyakinan Jepang yang mempercayai Dewa Matahari, dan selanjutnya beliau juga mengobarkan semangat jihad menentang invasi tentara NICA.

Oleh: Mukhlas Syarkun, Veteran GP Ansor*

Koperatif

Sikap beliau menerima menjadi Sumubu adalah mengajarkan kepada kita bahwa dalam domain muamalah termasuk didalamnya politik, kita harus dapat bekerjasama dengan siapa saja, dan memang demikian yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dengan membuat Piagam Madinah sebagai konsep negara bangsa dan  menurut para ilmuwan Barat dan khususnya kaum orientalis mengakui bahwa Piagam Madinah yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw dinilai sebagai fondasi lahirnya negara-negara modern yang beradab.

Selain itu sikap Mbah Hasyim juga sejalan dengan konsep kemasyarakatan dalam Alquran, yaitu: Pertama, Konsep lita’arafu. Perbedaan budaya dan suku tidak harus menjadi penghalang untuk memperkokoh keutuhan dan persatuan, tidak membedakan antara suku dan warna kulit, manusia harus bersatu dan saling kenal membangun tekad bersama untuk menciptakan hidup yang saling memahami, harmoni serta bersikap toleran.  Firman Allah swt yang artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan kamu daripada jenis laki-laki dan wanita dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar supa kamu saling mengenal.”   (al-Hujarat:13)

Kedua, Konsep ta’awun, menyadari pentingnya saling tolong menolong untuk kebaikan dengan siapa saja, firman Allah swt yang artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS al-Maidah :2). Selain itu sikap beliau ini dilandaskan pada firman Allah swt dalam surat al- Mumtahanah ayat 8-9, yang intinya, Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.

Berpegang pada Prinsip

Sikap Mbah Hasyim menolak senam berbau ritual adalah menunjukkan kuatnya memegang prinsip, sebagai bentuk sikap seorang ulama atau panutan yang oleh Alquran digambarkan “yakhsyallah” (hanya takut kepada Allah). Keteguhan beliau menolak ikut senam ritual bukan bermakna sebagai sikap radikal, tetapi merupakan bentuk kuatnya memegang prinsip, dan sikap yang sangat porposional, dan mengajarkan kepada kita untuk tetap memegang prinsip terutama yang menyangkut keyakinan, bahwa kita bisa hidup berdampingan dalam domain publik, tetapi kita harus mempertahankan keyakinan privat, bukan hanyut dalam amalan zindik. Din sini Mbah Hasyim Asy’ari mencontohkan pada kita bahwa bertoleransi itu bukan justifikasi.

Dapat diambil pengajaran bahwa dalam domain kebangsaan tidak harus berhadapan dengan keyakinan, apalagi konstitusi kita melindungi setiap keyakinan. Ini menunjukkan bangsa kita adalah bangsa yang religious. Oleh karena itu, ketika PKI menghembuskan ideologi yang berbau ateis, maka mayoritas bangsa Indonesia menentangnya, dan PKI tidak dapat bertahan lama meskipun ketika itu PKI mempunyai kekuatan politik, jaringan dan dana, serta organisasi yang rapi, tetapi tetap tumbang karena memang tak mencerminkan karakter bangsa yang religius.

Di sisi lain, kita juga pernah mengalami pemberontakan yang berbasis pada keyakinan keagamaan yang berorientasi pada pendirian negara agama, namun akhirnya tumbang juga meski pun mayoritas penduduk ini beragama Islam. Karena pemikiran keislaman yang ahlusunnah wal-jamaah tidak sependapat menjadikan agama sebagai kendaraan politik, tapi ikhlas menyaksikan nilai syariah membimbing kebijakan politik.

Mayoritas bangsa ini menghendaki agar keyakinan bersifat privat diletakkan dalam domain privat, sedangkan nilai-nilai syariah seperti keadilan, kemanusiaan, kebijaksanaan diletakkan dalam ranah publik, inilah potret bangsa yang religius, bukan negara agama juga bukan negara sekuler.

Sikap dan pemikiran Mbah Hasyim Asy’ari ini, ternyata diikuti mayoritas bangsa Indonesia, dan lebih jelas lagi sikap dan pemikiran beliau tergambar pada sosok KH A Wahid Hasyim putra beliau yang meneruskan pemikirannya. Hal ini terbukti ketika dalam menyusun dan merumuskan ideologi dan dasar-dasar negara Kiai Wahid yang terlihat paling menonjol dalam memperjuangkan prinsip-prinsip syariah, sehingga tertuang dalam konsep kenegaraan kita yaitu keadilan dan persatuan.

Kiai Wahid Hasyim menginginkan agar nilai-nilai syariat Islam (keadilan, kemaslahatan dan persatuan) harus selalu menjadi nafas setiap kebijakan negara, karenanya beliau ketika menggali Pancasila, menyodorkan keadilan sebagai nilai universal dari agama yang dapat masuk dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Kiai Masykur yang menjadi saksi sejarah, menjelaskan KH A Wahid Hasyim telah mengkhawatirkan akan terjadi perpecahan jika dipaksakan menjadi negara agama.

KH A Wahid  Hasyim  memberi  jalan yang merupakan sintesa dan inilah kemudian  menjadi corak negara religius, yaitu  bukan  sebuah negara yang  didasarkan  pada agama juga bukan  sekuler  sebagaimana keinginan  sebagian para tokoh Islam. Karena itu KH A Wahid Hasyim berhasil meyakinkan semua tokoh, kemudian terbentuklah Kementerian Agama sebagai simbol negara religius, sekaligus mempertegas bahwa Indonesia bukan negara sekuler.

Semangat Juang

Ketika melihat ancaman terhadap negara yang sudah menyatakan proklamasi kemerdekaannya, dan sudah mempunyai konstitusinya sendiri (UUD 1945), maka pada tanggal 22 Oktober 1945, organisasi ini mengeluarkan sebuah Resolusi Jihad. Kemudian mengirim surat resmi kepada pemerintah yang berbunyi:

”Memohon dengan sangat kepada pemerintah Indonesia supaya menentukan sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap tiap-tiap usaha yang akan membahayakan kemerdekaan agama dan negara Indonesia, terutama terhadap Belanda dan kaki tangannya. Supaya pemerintah melanjutkan perjuangan yang bersifat ”sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia yang merdeka dan beragama Islam.”

Resolusi jihad yang digelorakan oleh Mbah Hasyim ini adalah bentuk perlawanan fisik melawan dominasi penjajah dengan mengorbankan harta bahkan nyawa, ini adalah sikap patriotik  dan harus diteruskan untuk mengobarkan semangat nasionalisme, sebagai benteng mengawal NKRI.

Almarhum KH  Hasyim Muzadi memberi penjelasan bahwa Fatwa Jihad yang dilakukan oleh Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari adalah dalam konteks membela diri dan aksi pembalasan. Karena Indonesia waktu itu sudah memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945. Sementara Belanda merasa berhak menjajah lagi Indonesia, setelah Jepang bertekuk lutut kepada Sekutu.

Belanda menganggap  Indonesia sebagai rampasan perang yang harus dipertahankan, dan karena itu pihaknya mengirim pasukan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dan tentara bayaran Gurka. “Bagi Belanda, kehilangan Indonesia akan menimbulkan kemiskinan di negerinya. Pengiriman tentara NICA dan tentara Gurka inilah yang memancing reaksi umat Islam Indonesia, sehingga harus melakukan aksi perang.”

KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan resolusi jihad yang mampu membangkitkan semangat juang yang sangat tinggi dan mampu mempertahankan NKRI yang merdeka dan berdaulat.

Dari paparan di atas menunjukkan bahwa Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar NU telah memberi sumbangan besar terhadap lahirnya NKRI yang dimulai dari memoderatkan faham ahlus sunnah walamah (Aswaja).Beliau juga menggelorakan semangat  persatuan dan diteruskan dengan konsep negara damai (Darus Salam) sehingga mampu mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan.

Pada saat kemerdekaan itu harus menghadapi tantangan, beliau mengeluarkan resolusi jihadnya yang pada akhirnya berhasil menjadikan NKRI ini tetap eksis sebagai bangsa yang merdeka bardaulat dengan tetap menghargai perbedaan sebagaimana visi bhinneka Tungga Ika. Begitu gigih para kiai membangun negeri, semoga NKRI selalu terjaga eksistensinya. (*)

Senayan, Sabtu 6 Mei 2017.

*Artikel ini dipersembahkan untuk seminar pemikiran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari di Gedung MPR RI Sabtu, 6 Mei 2017.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry