Salah satu di antara tempat pertemuan para ulama dan suasana penyambutan Prabowo-Sandi di GOR Delta Sidoarjo. (FT/IST)

SIDOARJO | duta.co – Luar biasa! Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu siang, (31/3/2019), serasa pecah, menjadi lautan manusia. Pendengar Radio Suara Surabaya (SS) misalnya, sedari pagi sudah mengumumkan agar pengguna jalan menghindari Kota Sidoarjo, kalau tidak ingin macet total.

Begitu juga woro-woro lewat WA grup. “Sebaiknya, sampai acara kampanye akbar 02 selesai, hindari dulu Gelora Delta Sidoarjo. Massa menyemut, benar-benar meluap. Hampir seluruh lorong jalan perumahan padat dengan pakir kendaraan kecil maupun besar,” demikian yang terbaca sejak pukul 10.30 Wib dari sebuah grup whatsApp.

Massa memang menyemut. Pukul 11.30 wib, dari pintu tol Sidoarjo kendaraan nyaris tak bergerak. Tua, muda, laki, perempuan, tumplek blek jadi satu. Tidak hanya milenial yang mendominasi celah-celah lorong GOR, kaum emak-emak tak kalah semangat. Begitu juga kiai-kiai kampung, ikut serta meramaikan acara ini.

Untuk menghindari macet total, pertemuan pra acara ‘terpaksa’ dibagi beberapa tempat. Cawapres Sandiaga S Uno misalnya, usai bertemuan ribuan pendukungnya di Surabaya memilih bergabung dengan para kiai dan sebagian emak-emak di Jl Diponegoro, Sidoarjo. Kediaman Habib Ahmad Syihab. Sementara, sejumlah kiai sepuh menggelar pertemuan di tempat lain bersama Prabowo Subianto.

“Di sini, Pak Sandi tidak pidato karena ini bukan forum kampanye. Kalau sekedar foto-foto monggo,” demikian disampaikan Gus Ali al-Hafid.

Usai pertemuan, seluruh kiai mengawal keberangkatan Sandi ke Gelora Delta Sidoarjo. Tampak KH Hasib Wahab, Habib Rozi Syihab, KH Najih Maimoen Zubair, KH Malik, Habib Abdullah, Dr Fuad Amsyari dan ratusan kiai kampong lainnya.

Gus Najih Maimoen Zubair sempat memberikan pidato di depan para ulama. Menurutnya, Pilpres kali ini bukan Pancasila versus Khilafah, tetapi Islam versus Komunis. Sementara, Fuad Amsyari menyebut Pilpres ini pertempuran Islam Nasionalis versus Liberalis Nasionalis.

“Karena yang disebut khilafah itu, omong kosong,” demikian Gus Najih.

Selain ulama, sejumlah tokoh nasional dan artis ibu kota pendukung Prabowo-Sandi juga hadir. Tampak Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, Budi Priyo Santoso (Partai Berkarya), Hidayat Nur Wahid (PKS). Hadir juga Nissa Sabyan bersama personel grup salawatannya. Istri Ahmad Dhani Prasetyo, Mulan Jameela juga terlihat menyusul bersama putra Dhani, Ahmad Al Gahzali alias Al. Juga tampak Gus Irfan Yusuf Hasyim, Gus A’am Wahib, Komjen Pol Purnawirawan Sofyan Jacob, serta Cucu Pendiri Pondok Pesantren Gontor Ponorogo Gus Zulfikar.

Rhoma Irama yang berada di atas panggung langsung disodori mikrofon untuk menyapa para pendukung Prabowo-Sandi dan berorasi. Dia menyinggung tentang kekhawatiran sebagian masyarakat akan kemungkinan bebasnya pergaulan karena ketidaktegasan aturan perundang-undangan saat ini.

Rhoma juga menyinggung pembangunan tol oleh Pemerintahan Jokowi yang menurutnya dibangun melalui utang. Akhirnya kebijakan pemerintah menaikkan harga sejumlah barang, antaranya minyak dan gas. “Kenapa naik? Karena mau dibuat bayar utang,” katanya disambut gegap gempita hadirin.

Nissa Sabyan kemudian diberi kesempatan panitia untuk menghibur ribuan pendukung yang rela berpanas-panasan di lapangan ini. Dia menyanyikan lagu Deen Assalam. Masyarakat kemudian bergoyang sambil mengangkat dua jari.

Tak kalah seru ketika Prabowo datang. Tampak Capres nomor urut 02 itu berdiri tegak dengan tangan melambai  dari atas (sunroof) mobil. Ribuan massa pun berebut mendekat. Teriakan Pra… Bo… Wo… Pra… Bo… Wo… terus menggema.

“Kemenangan sudah di depan mata, betapa rakyat telah merindukan perubahan. Ini kemenangan besar bagi rakyat Indonesia,” demikian Habib Djamal Aziz, Caleg DPR RI Dapil Surabaya-Sidoarjo dari Partai Gerindra ini. (mky)