PELATIHAN:  Para mantan TKI diberi pelatihan sejumlah ilmu bekal untuk bisa mandiri dan tidak kembali mengais rejeki ke negeri orang, melainkan di daerahnya masing-masing. (duta.co/siti noer)

PONOROGO | duta.co– Wajah-wajah ceria itu terus saja bertanya dan mencoba apa yang diberikan oleh mentor mereka. Tak kenal usia, tak kenal waktu mereka seakan bangkit ingin mandiri di negeri sendiri.

“ Delapan tahun saya bekerja di Hongkong, kini saya ingin mandiri di desa saya ,Desa Lembah. Saya tidak akan kembali lagi ke sana,” kata Kalimah (44) warga Desa Lembah Kecamatan, Babadan, Ponorogo yang tengah mengikuti pelatihan mandiri dengan belajar berwirausaha bersama 25 peserta lainnya .

Keinginan Kalimah patut diacungi jempol. Pasalnya banyak sekali tenaga kerja Indoensia ( TKI) enggan bekerja di negeri sendiri, selalu tergoda mengais rejeki di negeri orang. Untuk itu, Badan Nasional  Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2 TKI) dalam hal ini LP3 TKI Surabaya  melaksanakan program pembedayaan terintegrasi   bagi TKI purna dan keluaga , selama 6 hari sejak 11-17 November di Balai Desa Lembah , Babadan.

Para mantan TKI   dengan kepulangan tidak lebih dari 5 tahun, dirangkul mengikuti program tersebut. U membantu  pahlawan devisa itu dan keluargannya bisa mandiri dan berwiraswasta  di  daerah masing-masing.  Materi diantarannya  managemen bisnis  dan mangemen keuangan . Selain itu juga dibekali ketrampilan  sesuai dengan keinginan mereka.

“Ini  program bagus sekali untuk TKI purna, untuk berdayakan mantan TKI yang sudah pulang untuk berusaha sesuai keahlian atau hobbynya. Sebetulnya banyak angan-angan waktu masih di luar, ingin buat usaha tahu. Tapi setelah pulang perkembangannya kurang menjanjikan, akhirnya keinginan itu saya batalkan,” celoteh warga Disin Malang , Desa Lembah itu.

Dia mengaku termotivasi dengan pelatihan  budidaya lele dan pengolahan lele yang diberikan oleh LP3TKI Surabaya melalui Community Organizer  (Co KKBM Lembah) selama 6 hari itu. Paska  pelatihan ini berharap pihaknya  bisa  mengembangkan ketrampilan yang didapatnya tersebut,  sebagai  sebuah usaha.

Banyak hal yang didapat dari pelatihan itu, antara lain cara mengolah ikan  lele mulai dari kulit, daging, tulang hingga  kepala. Ikan lele yang tahan banting itu, mampu diproduksi seluruh bagian tubuhnya mulai dari abon hingga keripik untuk tulang dan kepala lele.

“ Insya Allah saya optimistis, usaha bisa dikembangkan asal kompak dan sungguh-sungguh.  Usai latihan nanti dapat bantuan biaya kelompok usaha,” ujar perempuan yang menghabiskan waktu 8 tahun di Hongkong itu.

Koordinator  P4 TKI  Madiun  Johan Marhani yang membawahi  12 kabupaten di Jawa Timur bagian Barat   berharap  , dengan pembekalan  ketrampilan, selain bisa mandiri  dan berwiraswasta , para mantan TKI dan keluarganya mampu mengelola keuangan. Sehingga tidak kembali menjadi TKI lagi di luar negeri . Sebab banyak materi yang diberikan  selain terori juga praktek dan pembekalan biaya.

“Dengan membekali mereka sehingga punya ketrampilan mengelola keuangan, diharapkan bisa membuat usaha dan membangun di daerahnya masing masing.   Soal pelibatan  keluarga TKI ini  agar  keluarganya juga mampu mengelola keuangan yang di kirimkan   oleh yang bekerja di luar negeri itu. Sehingga  nantinnya uang hasil keringat para  TKI  tidak mubadzir,” kata Johan.

Dua belas kabupaten / kota yang dibawah oleh P4 TKI  Madiun adalah Ngawi, Magetan, Kota Madiun, Kabupaten Madiun,Trenggalek, Pacitan, Tulungagung, Kediri Kota, Kediri Kabupaten , Nganjuk, Bojonegoro dan Ponorogo. Pada 2017 ini menurut Johan, tercatat ada 1.040 TKI yang bekerja di luar negeri seperti Taiwan, Hongkong, dan Malaysia. (sna)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry