KEDIRI | duta.co – “Geger atas nama pendekar ini, sudah meresahkan warga. Pemerintah harus peka, tindak kekerasan ini tidak boleh menimpa warga, apalagi menimpa para santri,” demikian H Tjetje Mohammad Yasien SH, MH kepada duta.co, usai bertandang ke Mapolresta Kediri, Selasa (10/1/2023).
Menurut Gus Yasien, APH (Aparat Penegak Hukum) dalam hal ini polisi telah berupaya maksimal mencegah terjadi tindak anarkis. Tetapi, kasus demi kasus terus terjadi. “Geger antarperguruan ini harus segera mendapat solusi. Kalau tidak, lembaga pendidikan yang tidak ikutan, seperti PP Lirboyo, menjadi sasaran,” tegasnya.
Masih menurut alumni PP Tebuireng, Jombang ini, pihaknya sudah mendengar banyak kisah terjadinya keributan antarperguruan. “Ada saran, untuk menyalurkan bakat pendekarnya perlu ada ring duel yang professional. Saya kira itu jalan terbaik, bahkan bisa untuk seleksi atlet-atlet baru. Bukan duel liar yang membayakan semua orang,” tegasnya.
Peristiwa penyerbuan ke lembaga pendidikan, itu bukan yang pertama. Sudah berkali-kali terjadi. Pun mediasi sudah berulangkali dilakukan. “Sudah dilakukan efek jera, ditahan, misalnya. Tetapi, itu bukan menjadi solusi terbaik, bahkan bisa menjadi bumerang. Jadi harus ada terobosan. Dan itu menjadi domain kepala daerah setempat,” tegasnya.
Pendekar-pendekar itu, jelas Gus TYasien, harus diubah sifat dari petarung jalanan menjadi petarung yang profesional. “Ini seperti yang terjadi di Thailand. Pemerintah di sana mewadahi pendekar-pendekar yang berprestasi, bukan pendekar jalanan, bukan pertarungan liar. Kalau ini dilakukan, semua pihak yakin bisa menanggulangi masalah anarkisme jalanan,” tambahnya.
Dengan begitu, lanjut Gus Yasien, pendekar liar itu akan tersalurkan. Ujungnya tidak mengganggu area pendidikan seperti pondok pesantren. “Mereka ini jauh dari orangtua, berangkat ke pondok untuk belajar. Jangan sampai menjadi korban kekerasan jalanan,” pungkasnya. (mky)
