Dr Sholeh (kanan). FT/IST

JAKARTA | duta.co – Nama Dr M Sholeh Basyari, Direktur Eksuktif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) belakangan makin tenar. Terutama setelah ‘dilarang’ mengajar di seluruh Kampus NU.

Ini menyusul komentarnya terhadap Rais Aam PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) KH Miftachul Akhyar yang dinilai kebablasan, perihal kontroversi nasab Balawi. Bagaimana ‘nasib’ Dr Sholeh setelah dilarang mengajar di kampus NU?

“Biasa saja. Justru sekarang banyak yang mencari saya. Bahkan saja kampus yang dulu saya aktif mengajar di situ, sekarang malah lebih terkenal,” demikian lelaki yang dikenal sebagai pengamat politik Islam ini kepada duta.co, Selasa (18/6/24) pagi.

Menurut Dr Sholeh, semua peristiwa ada hikmahnya. “Seperti dulu. Saya berterimakasih kepada Sekjend PBNU yang telah mencari identitas saya di berbagai Perguruan Tinggi NU. Dan ketemu di Yayasan Batoro Katong, Insuri, Ponorogo. Sekarang kampus ini terkenal,” tegasnya sambil tertawa.

Ditanya soal kesibukan belakangan, Dr Sholeh mengaku biasa-biasa saja. Tetap bertemu dengan kader nahdliyin, terutama PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). “Seperti yang Anda lihat, sibuk dengan acara PMII. Mereka juga heran, masalah pribadi yang oleh pengadilan sendiri tertutup, diudal keluar. Itu saja,” tegasnya.

Masih menurut M Sholeh, dirinya perlu menjawab pertanyaan netizen serta publik nahdliyyin terkait masalah ini. “Karena banyak yang bertanya. Saya katakan, ada langkah yang sedang saya lakukan. Pertama, menunggu kabar dari Bang Hotman, konon dia tidak enak berurusan dengan kader NU,” terangnya.

Kedua, lanjutnya, saya tengah mendiskusikan dengan lawyer baru, Hotma Sitompul. Ini demi aktualisasi hak hukum saya. “Apa pun, polemik ini harus ada ujung pangkalnya, tidak menguap dan mengindari spekulasi bahwa saya telah ‘berdamai. Ini pembelajaran bersama,” tambahnya.

Ketiga, secara civil society, polemik ini bisa dipandang sebagai bentuk penyadaran publik atas pentingnya pemahaman tentang hak dasar manusia, yakni respeksi terhadap sesama, dari kelas sosial mana pun. Jadi, penting sekali diselesaikan dengan baik,” urainya.

Kesibukan lain? “Masih seperti dulu, tidak banyak berubah. Yang jelas, tidak jelek-jelek amat nasib ini,” pungkasnya sambil tersenyum. (mky)