SURABAYA | duta.co – Yayasan Ksatria Medika Airlangga selaku pengelola Rumah Sakit Terapung (RST) Ksatria Airlangga menggandeng banyak pihak.

Tujuannya agar rumah sakit itu tetap terus eksis sehingga mampu mengelilingi pulau-pulau terpencip di Indonesia untuk memberikan bantuan kesehatan.

Kerjasama dengan beberapa pihak itu di antaranya RSU dr Soetomo, RS Unair, Fakultas Kedokteran Unair dan Dinas Kesehatan Jawa Timur.

Penandatanganan kerjasama itu dilakukan di sela acara Refleksi dan Evaluasi Satu Tahun Bakti RS Terapung Ksatria Airlangga di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair)  Sabtu (9/2).

Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU (K) mengungkapkan pihaknya senang Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga bisa tetap eksis.

Menurutnya, FK Unair sebagai pencetak dokter akan mendukung penuh rumah sakit ini.

“Demi membantu masyarakat yang kurang mampu terutama di daerah terpencil kita akan bantu dan kita akan dukung,” kata Prof Soetojo.

Satu tahun beroperasi dengan mengarungi kurang lebih 22 pulau di Indonesia, Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga diakui Ketua Ikatan Alumni FK Unair,  Dr dr.Poejo Hartono, SpOG memang perlu berbenah.

Karena ternyata banyak permasalahan yang timbul setelah satu tahun ini mengarungi lautan nusantara.

“Permasalahannya bukan hanya bidang kesehatan tapi komplek. Ada masalah sosial, ekonomi, psikologi dan sebagainya. Ternyata itu juga butuh sentuhan dari kita, dari para alumni Unair yang dari berbagai disiplin ilmu,” tukas Poejo.

Ia mengungkapkan kondisi masyarakat dan pelayanan kesehatan yang masih kurang membuat relawan RS Terapung yang berasal dari berbagai keahlian ikut membantu kondisi masyarakat.

Mulai dari survei,penyuluhan hingga pemberdayaan ekonomi. Bahkan menurutnya hal ini bisa sebagai salah satu bentuk pengabdian masyarakat tiap jurusan di Unair nantinya.

“Di Bawean misalnya, kami bisa mengoperasikan rumah sakit yang tadinya kosong, di Nusa Penida kami mendorong rumah sakit untuk bisa segera operasionalnya dengan membantu manajerialnya hingga ke Kemenkes,”lanjutnya.

Ia mengungkap selama setahun memberikan pelayanan pada 11.482, kendala paling besar dalam RS Terapung yaitu pada biaya dan mengatur tenaga.

Bahkan sampai saat ini dari sisi tenaga selain awak kapal dilakukan dengan  sukarela.

“Kapal ini bukan lagi milik FK, karena masyarakat merasa memiliki.  Dan bantuan pembiayaan berupa sumbangan sukarela banyak diterima dari masyarakat,”urainya.

Ia mengungkapkan RS Terapung ini dimulai dengan susah payah hingga bisa beroperasional ke cukup banyak wilayah yang membutuhkan.

Bahkan terlibat di dua wilayah bencana di Lombok dan Poso.

“Kami ingin mendapat masukan dari daerah yang sudah kami datangi. Sehingga bisa menjadi masukan perbaikan kami ke depan.

Karena kapal ini sebagai pemicu tiap daerah untuk memiliki kapal serupa yang bisa memfasilitasi berbagai wilayah kepulauan yang berdekatan,”harapnya.

Untuk berbagai pihak akan dilibatkan mulai dari steakholder dan pegiat kapal rumah sakit lainnya. Supaya ada sinergi model dan sistem kapal yang terbaik di area kepulauan.

Kini, berbagai pihak akan dilibatkan mulai dari steakholder dan pegiat kapal rumah sakit lainnya. Supaya ada sinergi model dan sistem kapal yang terbaik di area kepulauan.

Dr Henry Wibowo, SpAnd manajemen sekaligus relawan RS Terapung mengungkapkan kesannya saat sekali mengikuti pelayaran ke Wakatobi sebagai rangkaian pelayanan RS Terapung.

Ia harus ikut berlayar dan memberikan pelayanan terpusat di pulau Wangi-wangi. Menurutnya wilayah Kepulauan tersebut masih minim fasilitas kesehatan, adapun hanya berupa puskesmas.

Sehingga penyakit kronis dan penanganan operasi harus dirujuk ke rumah sakit di provinsi.

Berbagai penanganan dilakukan mulai dari bedah mata seperti Ptegium dan Katarak, kemudian bedah Minor seperti Lipoma, Atheroma,Papiloma, Gangglion dna lainnya serta bedah Mayor seperti hernia, miom hingga bibir sumbing.

“Kami berusaha mencapai sebanyak mungkin wilayah.  Sebagai penanggung jawab acara saat itu saya salut dengan para relawan yang selama ini punya banyak fasilitas di kota mau ikut berlayar beberapa jam di kapal nelayan, mabuk laut di tempat sempit juga,” kenangnya.

Menurutnya kebahagiaan para relawan dalam pengabdian di RS Terapung adalah saat pasien keluar dari kapal setelah operasi dengan senyum.

“Para relawan kami ada dari berbagai tenaga mulai dari perawat,dokter umum hingga spesialis,”urainya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry