KRITIK KERAS NEGARA: Penyidik KPK Novel Baswedan disambut anak dan istrinya setiba dari Singapura di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 22 Februari 2018. Novel dirawat di Singapura akibat penyerangan air keras terhadap dirinya. (tempo)

JAKARTA | duta.co – Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menilai negara abai dengan kasus penyerangan air keras terhadap dirinya. Sebab, hampir setahun tidak ada perkembangan signifikan terkait pelaku.

“Saya bicara negara abai karena di sana ada polisi dan kemudian Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberikan perintah untuk menyelesaikan kasus saya,” kata Novel saat dihubungi, Selasa (10/4).

Diketahui pada Rabu (11/4) besok, kasus Novel Baswedan –yang disiram air keras oleh orang tak dikenal usai pelaksanaan ibadah salat Subuh– tepat satu tahun. Sampai saat ini Polri belum berhasil mengungkap pelaku tersebut.

Novel mengatakan, perintah Presiden Jokowi faktanya tidak diindahkan oleh Polri untuk mengungkap kasus penyerangan terhadap dirinya. Padahal, dia bilang kasus yang menimpanya mudah diungkap. Alasannya, banyak saksi yang telah diperiksa Polisi.

“Menurut saya ini bukan hal yang sulit karena saksinya banyak, bukan kejadian saksinya enggak ada,” ujar Novel.

Novel disiram air keras usai salat subuh tak jauh dari rumahnya di Jalan Deposito depan Masjid Al Ikhsan RT 03 RW 10 Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa, 11 April 2017. Kedua mata Novel mengalami luka bakar cukup parah hingga harus dilarikan ke rumah sakit di Singapura.

Polri hingga kini belum mampu mengungkap dalang maupun pelaku penyiraman air keras ke Novel. Padahal, sketsa terduga pelaku sudah disebar dan pemeriksaan puluhan saksi sudah dilakukan.

Hingga setahun kasus Novel,  Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum memutuskan membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) guna mengungkap kasus penyerangan terhadap penyidik senior KPK tersebut.

“Waktu itu Pak Presiden memanggil pak Kapolri sebelum memutuskan apakah dibentuk (TGPF) atau tidak, dia ingin mendengarkan pak Kapolri progresnya seperti apa,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Sapta Prabowo di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/4).

Moeldoko: Jokowi Tetap Komitmen

Johan mengatakan, Presiden Jokowi telah meminta laporan perkembangan kasus Novel kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Namun, mantan Jubir KPK itu hingga saat ini belum mengetahui laporan yang disampaikan Tito kepada kepala negara. “(Komunikasi Presiden dengan Kapolri) Sudah. Tapi saya belum nanya lagi ke pak Presiden soal itu,” ucap Johan.

Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko memastikan, Presiden Jokowi akan tetap berkomitmen mengungkap kasus penyerangan terhadap Novel tersebut. “Komitmen Presiden tidak berubah. Pemerintah dalam komitmen untuk menyelesaikan masalah itu,” terang Moeldoko.

Mantan Panglima TNI itu pun meminta seluruh pihak untuk turut membantu komitmen pemerintah dalam hal pengungkapan kasus Novel. Termasuk kepada LSM yang selama ini terus memperjuangkan keadilan bagi Novel Baswedan. “Ya LSM juga ikut dorong juga dong,” ungkap mantan Panglima TNI itu.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Novel mengalami kerusakan mata dan hampir buta setelah disiram air keras oleh orang tidak dikenal pada 11 April 2017. Peristiwa itu terjadi di dekat rumahnya, kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara sesaat setelah melaksanakan Salat Subuh berjamaah di Musala perumahannya.

Novel sudah menjalani operasi besar sebanyak dua kali. Pada operasi pertama, mata kanan Novel Baswedan mulai bisa melihat dan mengalami pemulihan yang signifikan. Operasi kedua baru dilaksanakan pada Jumat 23 Maret 2018.

Meskipun sudah mengalami perkembangan yang signifikan terhadap mata Novel, sayangnya jajaran kepolisian belum juga berhasil ‎mengungkap dalang maupun pelaku penyiraman air keras kepada Novel Baswedan. Padahal, mereka sudah merilis sketsa dua terduga pelaku penyerangan.

Tunggu Polri Menyerah

Sembelumnya, Presiden Jokowi mengaku tetap mempercayakan pengusutan kasus ini kepada kepolisian. “Saya masih menunggu semuanya dari Kapolri,” kata Jokowi kepada wartawan dalam kunjungan kerjanya di Sukabumi, Minggu (8/4).

Jokowi mengatakan, apabila Kapolri sudah menyatakan bahwa Polri tidak bisa menemukan pelaku penyerangan, ia selaku kepala negara akan turun tangan. Namun, selama belum ada pernyataan menyerah dari Kapolri, maka ia akan tetap menunggu progres dari kepolisian.  “Kalau kapolri sudah begini (Jokowi membuat gestur angkat tangan) baru. Kapolri masih sangat anu sekali (Jokowi mengepalkan kedua tangan),” kata Jokowi.

Di sisi lain, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menilai pemerintah tidak perlu membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus penyerangan Novel. Dia khawatir pembentukan TGPF justru bisa menjadi pembenaran menghentikan penyelidikan kasus ini. “Kalau enggak berhasil jadi ya sudah, karena toh timnya kan sudah ada. Itu kekhawatiran saya,” kata dia di kantornya, Jumat (6/4)

Polri Klaim Ada Kemajuan

Terpisah, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengklaim, kalau kasus itu kini sudah ada kemajuan. Namun ia enggan jelaskan secara rinci apa kemajuan yang dimaksud itu. “Ada perkembangannya,” ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Selasa (10/4).

Kata mantan Kabid Humas Polda Jawa Timur ini, saat ini anggota masih mendalami kasus ini. Setiap perkembangannya, polisi selalu memberitahu kepada KPK. “Jadi begini Kapolda (Irjen Idham Azis) setiap mendapatkan informasi perkembangan pasti kita sampaikan ke pimpinan Polri dan KPK,” ujarnya.

Berdasarkan laporan masyarakat ke hotline kasus ini, Argo menyebut ada yang menyampaikan informasi terkait pelaku penyerangan terhadap Kasatgas kasus korupsi e-KTP tersebut. Namun, setelah kepolisian mengecek ternyata tak mengarah ke pelaku.

“Sudah ada beberapa yang memanfaatkan hotline yang dibuat Polda. Sketsa itu dari saksi yang melihat, ada yang memberikan info, setelah dicek tidak mengarah ke pelaku,” katanya.

Argo menolak disebut polisi tak bekerja karena lama mengungkap kasus ini. Sebab, ia mengklaim ada kasus lain pula yang lama diungkap. “Ya seperti ada beberapa kasus yang di Jakarta ada yang tiga tahun, ada yang dua tahun, ada yang itungan bulan. Kita tunggu saja yang terpenting bahwa komitmen Polda Metro Jaya kita masih mencari pelakunya,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Mohammad Iqbal mengatakan, Polri terus berkoordinasi dengan KPK terkait kasus penyerangan Novel.  Menurutnya, KPK telah menerjunkan penyidik andal untuk membantu menuntaskan kasus tersebut.

“Jadi ada beberapa penyidik andal dari KPK yang sudah ditugaskan untuk membantu kasus ini. Artinya kami tidak main-main. Kami kerja keras untuk ini,” ujar Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (9/4) lalu.

KPK Sanksi Novel-Aris

Sementara itu, Direktorat Pengawas Internal (PI) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merampungkan pemeriksaan Direktur Penyidikan (Dirdik) Aris Budiman. Pemeriksaan ini terkait kehadiran Aris di Pansus Angket DPR RI beberapa waktu lalu.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengaku, pimpinan KPK sudah memutuskan hasil pemeriksaan jenderal bintang satu itu. Termasuk juga memutuskan hasil pemeriksaan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. “Sudah diputuskan,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (10/4).

Dalam penyelidikan tersebut diketahui, Novel sempat mengirimkan surat elektronik atau email kepada Aris. Dalam email, Novel menyebut Aris merupakan Dirdik terburuk sepanjang masa. Menurut Febri, pimpinan KPK segera mengumumkan sanksi untuk Aris dan Novel dalam waktu dekat. “Nanti disampaikan hasilnya oleh pimpinan ya,” tutupnya. hud, meo, lip

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry