
KEDIRI| duta.co -Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi X, Puti Guntur Soekarnoputri menghadiri pagelaran wayang kulit mengambil lakon Semar Medar Sabdho, di Sendang Tirto Kamandanu Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri, Sabtu (10/2) bersama ki dalang, Degleng Putra Solo.
Ratusan warga menikmati suguhan seni budaya ini, dilanjutkan pada Minggu pagi pertunjukan kuda lumping.
Sosok cucu Bung Karno, Mbak Puti biasa disapa disambut sejumlah seniman dan tokoh penganut kepercayaan, saat tiba di kawasan Petilasan Prabu Jayabaya. Kaos bertuliskan Jatim Tresno dan lukisan wayang Bathara Wisnu diserahkan kepada calon Wakil Gubernur Jawa Timur diberangkatkan PDI Perjuangan. Seperti sosok Krisna, Mbak Puti diharapkan menjadi pemimpin bijak buat Jawa Timur (Jatim).
Mbak Puti mengucapkan terima kasih atas sambutan ini dan mengajak undangan dan penonton yang hadir, untuk tetap menjaga budaya, diantaranya wayang kulit.
“Tetapi jangan kita lupa bahwa memiliki kepribadian dalam kebudayaan menjadi penting untuk membangun jiwa menjadi benteng kejayaan Bangsa Indonesia,” terang Mbak Puti.
Ia mengaku terinspirasi dari lagu kebangsaan Indonesia Raya opada bait “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya’, menurutnya menjadikan inspirasi untuk mendorong kita semua, tidak hanya membangun fisik, melainkan juga jiwa.
“Wayang sendiri merupakan pengejawantahan dari sifat dan karakter setiap manusia. Tentunya para anak muda, harus memiliki jiwa dan falsafah hidup. Seperti bangsa ini juga punya falsafah Pancasila,” jelasnya.
Karena menurutnya, Pancasila pun merupakan sebuah kebudayaan yang sangat logis dijadikan falsafah bangsa. Dengan adanya Pancasila, Indonesia mempunyai payung dan menjadi tauladan setiap gerak langkah Rakyat Indonesia.
“Bapak pendiri bangsa ini, Bung Karno menitipkan pesan ini untuk kemakmuran bersama,” ungkapnya.
Hadir juga dalam acara tersebut Anggota DPR RI Eva Kusuma Sundari, Arteri Dahlan, jajaran pengurus PDIP Jawa Timur, Ketua DPC PDIP, Ir. H. Sutrisno dan Ketua DPRD Kabupaten Kediri, H. Sulkani. Sesuai jadwal, pagelaran budaya, dilanjutkan pertunjukan kuda lumping sebagai bentuk menjaga warisan leluhur. (ian/nng)





































