JAKARTA | duta.co – Jurus sontoloyo Presiden Jokowi menuai kritik.  Menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, presiden tidak perlu bawa perasaan alias baper dalam menghadapi kritik dari kelompok di luar pemerintah.

Apalagi, sampai harus mengumpat dengan kata “sontoloyo” yang berkonotasi negative, terutama menanggapi kritik tentang pencairan dana kelurahan yang diangkat jelang Pilpres 2019.

“Presiden tak perlu baper, menjadi presiden adalah jalan untuk dikritik, begitu banyak yang mencintai, begitu banyak pula yang nggak suka sama presiden, itu adalah kuadrat alamiah,” demikian Pangi dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (29/10/2018).

Menurutnya, jika Jokowi bisa lebih tenang dan kalem dalam menghadapi kritik, maka umpatan “sontoloyo” tidak akan keluar. Sebab, ungkapan ini justru akan merugikan dirinya sendiri. Istilah lain bisa menjadi senjata makan tuan.

Sikap tenang, sambung Pangi, juga akan melahirkan kejernihan berpikir bagi Jokowi, sehingga bisa menyikapi kritik dengan lebih arif dan rasional. Apalagi, kritik dalam iklim demokrasi adalah hal yang lumrah.

“Jika kita melihat latar belakang keluarnya kata “sontoloyo” oleh presiden semakin menunjukkan adanya kerancuan berpikir, di mana ada politisi yang alergi dengan kata politik dan politisasi,” jelasnya.

Incumbent tidak perlu panik menghadapi kritik jika memang merasa telah bekerja maksimal untuk rakyat. Pangi memastikan, rakyat tidak akan mudah terprovokasi dengan kritik yang menyesatkan. Untuk itu, Jokowi juga tidak perlu berlebihan merespon kritik tersebut.

“Jika pemerintahan dianggap sukses, maka rakyat akan dengan sendirinya puas dengan rezim dan memberikan kesempatan dan dukungan untuk kembali memimpin,” tukasnya. (ian,rmol)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry