WISATA : Sendang Sampangyang ramai dikunjungi masyarakat untuk mandi dan rekreasi. (reinno pareno/duta.co)

BOJONEGORO | duta.co – Suasana sejuk seketika menyeruak saat memasuki kawasan yang disebut dengan nama Sendang Sampang, letaknya ada di Desa Buntalan Kecamatan Temayang Bojonegoro. Tepatnya di Dusun Sampang. Pohon pohon besar dengan akar rantingnya yang menjulur, jelas menunjukkan betapa tuanya usia kawasan tersebut. Sementara itu sebuah sendang yang juga tampak tua berada tepat di bagian tengahnya.

Keterangan yang diperoleh warga setempat mereka mempercayai sendang mempunyai tuah yang berhubungan dengan asal usul desanya di masa lampau. Yakni ada sosok pria, yang tidak diketahui nama dan asal usulnya. Namun warga setempat menyebutnya dengan nama Candi, yang dipercaya sebagai pembuka jalan menuju tempat yang sekarang menjadi sebuah desa tersebut.

Seorang diri, Candi membersihkan belukar dan pohon pohon yang ada di tempat tersebut. “Candi adalah seorang perjaka,” jelas Ahmad Rifai (55), warga setempat menirukan cerita yang didapatnya dari seorang tetua setempat bernama Supangat , Minggu (02/02/2002).

Candi sendiri menghabiskan hidupnya di desa tersebut dan dimakamkan di tengah persawahan yang diperkirakan dahulu adalah padepokan Candi. Terbukti banyaknya temuan pecahan keramik dan kreweng kuno di sekitar makam Candi. Kala itu, Candi mengeluarkan larangan di tempatnya bersemayam, yakni hanya para perjaka yang diperkenankan masuk ke wilayah makam Candi tersebut.

“Kalau yang sudah bersuami atau beristeri, akan mendapatkan balak berupa rasa gatal di tubuhnya,” tambahnya.

Belakangan diketahui, larangan untuk menghindarkan pemujaan terhadap dirinya. Namun dengan segala kelebihannya, Candi kemudian menyediakan tempat khusus untuk dijadikan sebagai tolak balak bagi mereka yang melanggar larangannya.

“Candi kemudian menancapkan selembar daun di lokasi yang sekarang jadi sendang. Lalu mengalirlah air deras,” terangnya.

Sumber air yang tak pernah kering tersebut kemudian membentuk sebuah sendang yang kemudian menjadi nama dusun setempat, Sendang Sampang. Dipercaya, siapa saja yang merasa gatal gatal akibat melanggar larangan Candi, niscaya akan sembuh setelah membasuh diri di Sendang Sampang. Tak hanya itu, pohon besar di atas sendang, juga dipercaya mempunyai tuah, yakni sebagai tempat membayar nadzar bagi warga setempat.

“Misalnya bila ada warga yang bernadzar akan menyembelih kambing bila anaknya lulus, secara simbolik warga tersebut akan melakukan selamatan di dekat pohon besar itu,” jelasnya.

Kini, selain Sendang Sampang itu menjadi tempat membasuh diri dan tempat membayar nadzar. Warga setempat juga memanfaatkan air jernihnya untuk kebutuhan rumah tangganya. Cukup unik, dengan keberadaan Sendang Sampang yang airnya cukup berlimpah, justru sumur sumur buatan warga tak demikian kenyataannya. Di hari tertentu, Sendang Sampang sering dikunjungi oleh mereka yang mempunyai kepercayaan.

Terbukti selalu ada bekas Ritual Jawa di dekat pohon besar. “Juga jadi tempat upacara bersih desa,” jawabnya.

Meskipun mempunyai kisah magis yang cukup kental, namun Sendang Sampang juga sering menjadi jujugan kunjungan wisatawan lokal. Mulai dari menjadi arena perkemahan, outbound, hingga mereka yang sekedar mampir untuk menikmati sejuknya udara di Sendang Sampang. rno