Graha Mojokerto Service City atau GMSC. (ist).

MOJOKERTO | duta.co – Mandeknya lelang proyek Pemkot Mojokerto hingga April 2018 mulai sedikit mendapat angin segar. Setelah diisi pejabat definitif, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) langsung menggenjot lelang sejumlah proyek. Kepala DPUPR Mashudi mengungkapkan pihaknya tengah bersiap menyorong tiga proyek prestisius.

“Tiga proyek prestisius sudah dalam proses ke Unit Layanan Pengadaan (ULP). Bahkan GMSC (Graha Mojokerto Service City)  siap disorong ke LPSE setelah berkasnya kelar,” jelas Mashudi, Selasa (24/4).

Seperti diketahui,  hingga memasuki triwulan kedua April ini,  Pemkot Mojokerto baru merealisasi lelang satu dari ratusan proyek.  Itu pun proyek pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK).  Mandeknya kinerja Pemkot ini tak ayal membuat Wali Kota Masud Yunus gerah.  Ia segera melakukan mutasi 85 jajaran eselon II,  III, dan IV untuk mengejar ketertinggalan itu.

“Progress-nya (setelah mutasi seminggu lalu)  GMSC berkasnya selesai.  Sedangkan dua proyek pretisius pembangunan Kantor Kecamatan Kranggan dan pembangunan Gedung Pendidikan di Pulorejo sebagai pengganti istilah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) masih harus menunggu persetujuan Legal Opinion (LO) dari kejaksaan.  Berkasnya masih diperiksa,” jelas mantan Kasatpol PP ini.

Mantan Kadis Pol PP itu  menyatakan sejumlah permasalahan atas mandeknya proses lelang.  “Kalau kemarin tersendat itu karena ada masalah teknis. Sekarang sudah kita atasi,”  tandasnya.

Realisasi pembangunan tiga proyek prestisius yang digadang-gadang menjadi tinggalan Wali Kota Masud Yunus tersendat. Proyek bernilai miliaran rupiah yang diharapkan jadi kado pemerintahan ulama yang lengser tahun 2018 ini terkendala persoalan administrasi.

Ketiga proyek itu adalah pembangunan Kantor Kecamatan Kranggan senilai Rp 7 miliar, pembangunan Gedung Pendidikan di Pulorejo sebagai pengganti istilah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) senilai 12,7 miliar, dan finishing GMSC Rp 7, 7 miliar.

Tersendatnya fase administrasi proyek ini diperkirakan akan berpengaruh terhadap upaya pengoperasionalan ketiga gedung. Padahal,  Wali Kota Masud Yunus berharap gedung pelayanan dan perijinan satu atap GMSC bisa operasional tahun ini.

“Ketiga proyek prestisius ini tengah mengalami problem administrasi. Faktor administrasi itu yang menghambat proses lelang, ” cetus Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kota Mojokerto Agoes Heri Santoso.

Agus mengungkapkan faktor terkendalanya fase awal ini.  “Pembangunan gedung Pendidikan terkendala tata guna lahan,  sehingga belum bisa dilelang. Kita belum menerima persetujuan salinan peralihan RTRW dari Kemendagri.  Karena saat ini lahan tersebut berstatus sebagai RTH (Ruang Terbuka Hijau,  Red) sehingga kita belum berani melangkah,”  katanya.

Persoalan yang sama juga menimpa finishing GMSC yang harusnya memasuki tahap III atau terakhir.  “Untuk yang GMSC lelangnya agak terlambat karena faktor pergeseran anggaran.  Semula kita mencanangkan pengadaan genset, padahal harusnya rumah gensetnya dulu.  Masak ada gensetnya gak ada rumahnya dan akhirnya di rubah ke rumah genset,” urainya.

Dalam APBD 2018 ini finishing gedung yang terletak di jalan Gajahmada ini telah mendapatkan plotting anggaran Rp 7, 7 miliar.  Dana tersebut untuk pengadaan Lift,  eskalator,  rumah genset, dan pengadaan jaringan kabel pelanggan.

Kendala juga dialami untuk pembangunan kantor kecamatan Kranggan Rp 7 miliar.  Hanya saja Agoes tak merinci kendala yang dimaksud. Meski demikian ia berharap semua berjalan sesuai harapan.  Namun ia mengaku tidak bisa menjaminnya. “Kalau tidak bisa ya molor sampai tahun depan.  Karena terkendala proses.  Kalau perencanaanya sudah tuntas tahun kemarin,”  keluhnya. ari

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry