KH Sholeh dan duka cita nahdliyin.
“Saya pernah menjadi anggota Lajnah al-Waqfiyah PWNU Jatim. Saat itu, setengah protes ke KH Sholeh Hayat. Sebagai wartawan, tidak pas berkiprah di lajnah tersebut. Jawabnya spontan: Kalau tidak begini, kapan berita wakaf masuk koran.”

Oleh Mokhammad Kaiyis*

BELUM dua minggu. Selasa 10 Desember 2024, kawan-kawan bertemu KH Sholeh Hayat di acara peresmian Kantor LTN (Lembaga Ta’lif Wan Nasyr) PWNU Jatim, tepatnya di Jl Masjid Al-AkbarTimur No.9, Gayungan, Surabaya.

Biasa. Begitu bertemu, jari jempolnya diacungkan. Lalu, beliau mendekati saya. “Kalau Cacakmu (Cak Anam red.) politisi. Kamu harus konsisten di jalur pers,” sarannya.

Beliau memandangi baju putih dan celana krem saya. “Bagus! Ini seragamnya (LTN)?,” tanyanya (lagi-lagi) mengacungkan jari jempolnya.

“Bukan. Ini mengikuti instruksi Ketua LTN NU Jatim, Mas Helmy,” jawab saya singkat.

Bincang-bincang Isu MLB

Suasana semakin renyah, ketika berbincang isu MLB (Muktamar Luar Biasa) NU. Saya buka dengan tulisan ‘keren’ KH Sholeh Hayat bertajuk ‘NU Jatim luruskan Aturan MLB sesuai AD/ART NU’.

Katanya, itu (tulisan) penting, guna menyadarkan kelompok yang ngotot menggelar MLB NU. KH Sholeh kemudian mengutip salah satu pasal dalam AD-ART NU. Dia hafal luar kepala, sementara, saya harus membrosingnya. “Aturan MLB ada di Pasal 74 Ayat 2 dan 3 ART NU. Di luar itu, tidak memiliki kekuatan hukum,” katanya serius.

“Ayat berikutnya, jelas KH Sholeh, MLB itu harus dipimpin dan diselenggarakan PBNU. Pesertanya (MLB) harus Ketua PW dan PCNU yang mempunyai SK PBNU. Bukan perorangan atau individu NU,” tegasnya.

Beliau rupanya ingin menjelaskan, bahwa, ‘pendongkelan’ Ketua Umum PBNU (KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya), itu tidak mudah. Sarannya, agar orang-orang yang ingin menjadi pengurus PBNU, lebih baik sabar menunggu sampai Muktamar NU yang akan datang. Waalllahu’alam.

Peduli Profesi Wartawan

KH Romadlon Sukardi, yang (dulu) terkenal sebagai wartawan Majalah AULA, Jumat (20/12/24) pagi sudah menulis kenangan singkat. Judulnya keren: Pak Sholeh Hayat, Mengabdi  di NU Hingga Akhir Hayat.

“Saya bersaksi bahwa almarhum KH Sholeh Hayat adalah sosok yang luar biasa baik, penuh kesabaran, dan teladan bagi kita semua. Beliau adalah seorang pejuang sejati Nahdlatul Ulama (NU), sosok langka yang keberadaannya sulit tergantikan,” tulisanya.

Sepanjang hidupnya, kata KH Romadlon, almarhum mengabdikan diri sepenuhnya di lingkungan NU, mulai dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) hingga Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, hingga akhir hayatnya.

Ya! Semua wartawan – yang sering ‘sambang’ Kantor PWNU Jatim — pasti memiliki kisah tersendiri tentang sosok KH Sholeh Hayat. Ini karena saking baiknya kepada para jurnalis tersebut. Beliau terbilang lihai menghadapi wartawan, pun ketika harus ‘membungkus’ berita yang masih off the record, tidak boleh dipublikasikan.

Suatu ketika, KH Sholeh Hayat memegang amanah sebagai Ketua Lajnah al Wakfiyah PWNU Jatim di era kepemimpinan almaghfurlah KH Hasyim Muzadi sebagai Ketua PWNU. Tiba-tiba nama saya muncul di kepengurusan lembaga tersebut.

Setengah protes, saya sampaikan, bahwa, sebagai wartawan, tidak pas rasanya berkiprah di lajnah tersebut. Jawabnya spontan dan sulit dilawan. “Kalau tidak begini, kapan berita wakaf masuk koran,” katanya singkat.

Beliau memang layak disebut sebagai tokoh NU yang sadar tentang pentingnya literasi. KH Sholeh sempat menulis buku berjudul “Kiai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan”. Selamat jalan KH Sholeh Hayat, semoga seluruh kekhilafan diampuni Allah SWT. dan seluruh amal baik panjenengan diterima disisiNya. Lahu al fatihah. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry