
“Semoga Nadahthul Ulama (NU) mampu menjadi seperti kapalnya Nabi Nuh, yang di mana dalam satu kapal itu diisi berbagai jenis makhluk ciptaan Sang Pencipta langit dan Bumi berserta isinya”
oleh: Zaenul Abidin, S.H., wartawan Duta Masyarakat
Seperti dikisahkan dalam Al Qur’an Surah Al-Mu’minun, yang pernah saya dengar dari para Kiyai dan Pedakwah, bahwa, Nabi Nuh diperintahkan Allah untuk membangun bahtera (kapal) untuk menyelamatkan dirinya dan mereka yang beriman dari banjir besar yang akan datang. Bahtera tersebut, adalah sarana penyelamatan yang diberikan Allah kepada Nabi Nuh dan umatnya yang beriman. Di dalam Kapal Nabi Nuh berisi berbagai binatang dan manusia yang diangkut untuk selamat dari banjir besar.
Berbagai jenis ciptaan Allah ikut di dalam kapal Nabi Nuh, mereka hanya mengikuti serta tawadhu’ kepada Nabi Nuh. Mungkin itu yang diharapkan oleh para Ulama pendiri Nahdhatul Ulama, salah satunya Hadratussyaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari.
Dimana nantinya, NU mampu menampung semua umat manusia, seperti yang disampaikan Gus Muwafiq pada tanggal 20 Oktober 2021; NU seperti kapal besar yang menyeberangi lautan sedangkan penumpangnya berbagai macam bentuk yang berbeda-beda secara pemikiran. Semua terakomodir baik dibawah naungan Nahdhatul Ulama. Mereka hanya mengikuti serta tawadhu’ kepada ulama karena “Al- Ulama warasatul An’mbiya”.
Tentunya, yang diharapkan para pendiri dan ulama NU, seperti kapal Nabi Nuh yang dapat mengantarkan penumpang pada tempatnya. Bukan seperti kapal juragan nelayan, yang hanya diisi beberapa orang; ada yang berposisi sebagai Nakodah, jermudi, becak, dan alat penangkap ikan, yang tujuan ke laut hanya menangkap ikan dan kembali pada sore hari, kemudian tangkapannya dijual kepada bakul (pembeli ikan). Yang kemudian hasil penjualan dibagi 50% untuk pemilik kapal (Juragan), sisanya dibuat kebutuhan melaut dan dibagi rata sama ABK.