Suasana Seminar Memperingati Hari Lahir Bung Karno di Untag Surabaya, Kamis (6/6/2024) di Untag Surabaya. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co –  Standar etik dan moral penyelenggara negara harus lebih tinggi dari rakyat biasanya. Dengan begitu, penyelanggara negara bisa memberikan contoh pada rakyatnya terutama anak-anak muda agar juga memiliki moral dan etik yang baik.

Dengan begitu ke depan, Pancasila bisa menjadi ideologi serta landasan dalam berbangsa dan bernegara.  Karena sejatinya etik dan moral adalah cermin dari ideologi Pancasila.

Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Wahyudi dalam Seminar Memperingati Hari Lahir Bung Karno di Untag Surabaya, Kamis (6/6/2024).

“Penting yang utama itu ada memberi contoh. Pejabat dan aparatur negara harus memiliki standar etik dan moral yang jauh lebih tinggi,” katanya.

Dikatakan Agus, Pancasila itu penting. Sehingga pelajaran Pancasila perlu didorong. “Kita lemah di sektor itu Kalau emah taruhannya besar,” ungkapnya.

Namun, Agus menyampaikan, pendidikan etik dan moral itu harus berjalan secara natural berdasar kontek dan pengalaman.

Dosen Politik, Universitas Airlangga (Unair),
Airlangga Pribadi Kusman pada kesempatan yang sama menambahkan untuk memahami Pancasila harus paham terlebih dahulu metode berpikir Soekarno atau Bung Karno.

“Dengan memahami itu maka akan bisa memberikan jawaban valid  tentang mengapa Pancasila itu lahir,” ungkapnya.

Lahirnya Pancasila memang tidak lepas dari gagasan Soekarno dengan lebih dulu melihat kondisi baik itu sosial, ekonomi politik dan sebagainya yang terjadi saat itu. “Bicara Pancasila itu tidak lepas dari moral dan etik, pentingnya integritas. Dan itu harus dimulai dari penyelenggara negara yang harus paham betul akan hal itu untuk menjaga etik bernegara., tahu mana yang pantas dan mana yang tidak,” jelasnya.  “Jika semua itu tidak terjadi, maka yang muncul adalah krisis negarawan,” tambahnya.

Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) J. Subekti menambahkan sebagai yayasan yang menaungi lembaga pendidikan, pihaknya merasa sangat prihatin dengan redupnya nasionalisme saat ini.

“Apalagi saat ini pejabat negara dihinggapi dengan nafsu kekuasaan. Kami dari YPTA menyambut bulan lahirnya Bung Karno di Juni ini untuk menjaga negara ini abad bisa menjadikan Pancasila sebagai landasan berbangsa dan bernegara. Sehingga ke depan bisa menjadi negara yang diperhitungkan baik di dalam maupun di luar negeri,” tuturnya.

Karena kata J Subekti, keprihatinan ini semakin menjadi karena ternyata anak-anak SMA saat ini pengetahuan tentang Pancasila sangat rendah.

Dari survei yang beredar, 49 persen siswa tidak mengetahui dan memahami Pancasila. Bahkan 80 persen menyebutkan ideologi Pancasila bisa diganti oleh ideologi yang lain.

Karena itu di bulan Bung Karno ini, YPTA menggelar banyak kegiatan hingga akhir Juni 2024 ini. Selain seminar juga dihadirkan pameran lukisan dan banyak kegiatan lainnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry