SURABAYA | duta.co – Setelah mendapat kepastian jadwal pelantikan dari staf kepresidenan, bahwa pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024 dilaksanakan Rabu (13/2) sore, di Istana Negara Jakarta. masyarakat Jatim tentu ingin mengetahui apa saja yang akan dilakukan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa (KIP) setelah resmi menjabat sebagai orang nomor satu di Jatim.

Ditemui di sela-sela kegiatan “Pamit Diri Purna Tugas” Gubernur Jatim Soekarwo di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (11/2/2019) malam. Khofifah mengatakan bahwa dirinya bersama Wagub Jatim Emil Dardak telah memiliki agenda kerja 99 hari pertama memimpin Provinsi Jatim.

Namun mantan Mensos itu enggan membocorkan semuanya kecuali pada pekan pertama saja. “Di hari pertama usai pelantikan saya dengar ada serah terima ketua PKK Jatim dari Bude Karwo ke Bu Arumi Bachsin di Kantor Mendagri malam harinya,” ujar Khofifah.

Selanjutnya, kata Khofifah, pihaknya akan mendatangi kantor KPK dan BPK karena ingin mengedepankan aspek preventif (pencegahan) dalam pengelolaan pemerintahan daerah.

“Itu harus dikedepankan, maka hal-hal yang menjadikan ASN bisa bekerja tenang penuh dengan kepastian, itu harus diciptakan,” terang Ketum PP Muslimat NU ini.

Kemudian pada hari kedua (Kamis, 14/2) pagi, Khofifah bersama Emil ke Surabaya mampir dulu ke Masjid Al Akbar Surabaya. “Rencananya kami jalan ke Tugu Pahlawan untuk melakukan pidato politik Gubernur dan Wakil Gubernur, lalu ke kantor Negara Grahadi untuk kegiatan santunan anak yatim dan kaum dhuafa serta khotmil qur’an sejak pagi. Bagi yang puasa ya kita bukber di sinilah hari Kamis, kemudian silaturrahim,” beber Khofifah.

Sedangkan pada hari Jumat (15/2), pihaknya akan  langsung tancap gas karena RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) ini harus dikerucutkan sampai kepada kristalisasi yang berseiring dengan Nawa Bhakti Satya.

“Barulah Senin (18/2) sertijab di Kantor DPRD Jatim sekaligus penyampaian visi-misi Gubernur Jatim periode 2019-2024 di hadapan anggota DPRD Jatim,” jelas Gubernur perempuan pertama di Jatim.

Di singgung soal rumah dinas, dalih Khofifah pihaknya belum memikirkan sebab dia tinggal di Jemursari yang tak jauh dari Grahadi dan Kantor Gubernur Jatim. “Dulu aku jadi menteri juga meskipun rumah di gang kecil, saya mengikuti saja format yang kita lalui tanpa harus mengurangi kinerja dan efektivitas serta produktivitas dari output yang kita lalukan,” katanya.

Senada, Wagub Jatim terpilih, Emil Elistianto Dardak juga mengaku belum memikirkan soal apakah akan menemati rumah dinas atau tidak setelah resmi menjabat sebagai Wagub Jatim. Alasannya, selama masa kampanye Pilgub Jatim lalu dia sudah ngontrak di Surabaya yang tak jauh dari kediaman Khofifah.

“Sudah ada tempat tinggal sehingga urusan rumah dinas tidak perlu terburu-buru,” tambah pria yang akan menanggalkan jabatan sebagai Bupati Trenggalek ini.

Diakui Emil, hari ini dirinya juga sudah memaparkan di DPRD Trenggalek terkait kinerja 3 tahun terakhir supaya sisa 2 tahun bisa selaras dengan visi-misi yang sudah dibuat.

Sejarah Baru Jawa Timur

Sosok Khofifah memang menjadi catatan sejarah Jawa Timur,. Sejak era Gubernur RMT Ario Soerjo (1945-1947) hingga dua periode kepemimpinan Soekarwo (2009-2014 dan 2014-2019) belum ada satu pun perempuan yang memimpin Provinsi dengan 38 Kabupaten/Kota ini.

Jawa Timur memang sudah saatnya memiliki gubernur perempuan. Sebab, dalam catatan sejarah, setidaknya telah ada dua ratu yang pernah memimpin Majapahit. Adalah Ratu Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350) dan Ratu Dyah Suhita (1429-1447). Hal itu menunjukkan, dari bumi Jawa Timur telah mengalir pemimpin-pemimpin perempuan yang hebat.

Ini sekaligus menunjukkan kalau konsep nusantara berangkat dari Jatim, konsep Merah Putih berangkat dari Jatim. Maka kita tegakkan Merah Putih dari seluruh elemen perempuan yang ada di Jatim. Kita kawal nusantara melalui tangan-tangan teguh, tangguh dan pendirian yang kuat dari perempuan-perempuan Jatim. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry