Suasana Jakarta mulai tegang, menyusul rencana aksi 299. Ada kekhawatiran aksi ini ditunggangi provokator. (FT/IST)

JAKARTA | duta.co – Polisi sudah siap mengamankan Ibukota Jakarta, menghadapi Aksi 299, Jumat (29/9/2017) besok. 5000 lebih pasukan Brimob dari berbagai Polda, sudah siaga. Polri minta para pendemo tertib. “Atas nama Kepolisian Negara Republik Indonesia saya minta kepada semua perserta aksi tertib. Semua bisa dilaksanakan sesuai aturan berlaku,” demikian pesan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto kepada wartawan, Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Bagaimana panasnya Jakarta? Sampai sekarang aman-aman saja. Hanya kabar media sosial yang sibuk ‘membakar’ suasana. Dikabarkan bahwa seluruh elemen mahasiswa akan tumplek blek, mengepung gedung DPR RI. Bahkan ada yang menyebutnya mirip tahun 1998, tujuannya untuk memaksa DPR-MPR menggelar Sidang Istimewa (SI).

Sementara, atas nama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) umat Islam juga akan turun, mereka menolak Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas dan menolak bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Aksi demo dengan sebutan Aksi 299 ini, disinyalir banyak dilakukan kader-kader HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan FPI (Front Pembela Islam).

Ironisnya GNPF-MUI kali ini tidak disertai dan tidak mendapat restu MUI. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’aruf Amin justru mengimbau kepada massa agar tidak menggelar aksi 299 tersebut. Sebab demo itu bisa menimbulkan kegaduhan.

“Kalau benar masih adanya PKI, kita tinggal melaporkan saja dan tidak perlu demo yang bisa menimbulkan kegaduhan,” ujarnya kepada wartawan di Jalan Lorong 27, Koja, Jakarta Utara, Rabu (27/9/2017).

Menurut Kiai Ma’ruf, demo-demo seperti itu sudah tidak perlu lagi karena soal PKI sudah tidak ada. “Saya kira sudah selesai masalah PKI ini. Dan kata Presiden, kalau ada gebuk saja!” tuturnya.

Kiai Ma’ruf Amin juga ingin massa tidak melakukan aksi terkait Perppu Ormas. “Jadi ketika undang-undang yang ada belum cukup, pemerintah boleh membuat Perppu yang sifatnya untuk pencegahan. Walaupun Perppu itu akan diuji,” pungkasnya.

Sementara Aksi 299 atas nama GNPF-MUI ngotot melakukan aksi. Rencana ini berarti bertolak belakang dengan pernyataan Ketua MUI KH Ma’ruf Amin. Tim Kuasa Hukum GNPF-MUI Kapitra Ampera, membenarkan terkait akan adanya aksi ini. Menurut Kapitra, aksi ini bertujuan untuk menyuarakan pembatalan Perppu Ormas yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. “Iya benar. Aksi itu dilatarbelakangi oleh penerbitan Perppu Ormas. Selain itu karena pembubaran HTI,” kata Kapitra suatu ketika.

Suasana semakin serem, ketika dunia medsos dibumbui dengan ketegangan elit. Misalnya soal penyelundupan 5000 senjata dan posisi Polri yang ditengarai tidak sinkron dengan TNI. Medsos diramaikan dengan senjata Polri yang kian membahayakan. “Selamat siang, apakah senjata seperti ini boleh dimiliki Polisi? Senjata ini juga bisa menghancurkan tank, pesawat, helikopter dan kendaraan militer lainnya,” begitu seorang netizen menulis.

Dia melanjutkan: Pertanyaannya, apa maksud polisi memiliki senjata sejenis RPG dan senjata anti tank lainnya dan bagaimana bisa senjata ini bisa masuk ke lingkungan polisi? Ingin melawan Teroris? Copet? Maling atau untuk melawan militer?

“Rakyat Indonesia menyaksikan semua kegaduhan ini dan melihat dengan kepala sendiri jika di negeri ini ada yang aneh dan semakin aneh. Wajar jika akhirnya muncul kecurigaan2 di tengah rakyat jika ada institusi yang dituding bekerja sudah bukan untuk kepentingan negara melainkan kekuasaan sehingga mati2an melindungi kepentingan sekelompok elit,” tambahnya.

“Penulis melihat ada yang panik dan berusaha menutupi karena sudah kepalang tanggung upayanya diketahui TNI kemudian membiaskan keterangan Panglima TNI jika yang dipesankan hanya pistol dan itu dari Pindad, sedangkan saat ditelusuri pindad merasa belum mengadakan kontrak senjata dari kepolisian. Nah lho…,” lanjut netizen tersebut. Apa pun kita berharap aksi berjalan damai. Demo adalah hak, tetapi mengambil hak jelas tidak boleh melupakan kewajiban. (net)