Tampak Drs Muhammad Said Sutomo sedang membacakan Teks Deklarasi. (FT/mky)

SURABAYA | duta.co – Meski kemudian ricuh dan brutal, tetapi, pembacaan teks Deklarasi Ikatan Alumni (IKA) GP Ansor Jatim berjalan mulus. Drs Muhammad Said Sutomo membacakan isi Deklarasi tersebut dengan suara lantang. Isinya, lebih menukik ke persoalan internal.

“Kami menyatakan akan terus melakukan kajian historis, diskusi- diskusi ilmiah dll bersama Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyah atau berada dan bernaung di bawah panji-panji PPKN yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ahmad Zahro MA,” demikian Pak Said, panggilan akrabnya, Jumat (17/6/22) di depan ratusan alumni GP Ansor.

Berikut isi lengkap teks Deklarasi tersebut:

DEKLARASI IKATAN KELUARGA ALUMNI ANSOR BANSER JAWA TIMUR BERSAMA PPKN (PERGERAKAN PENGANUT KHITTHAH NAHDLIYYAH)

BAHWA sesungguhnya berkumpul, bersilaturrahim, bertukar informasi dan persepsi, menyatakan pendapat dan berorganiasi seperti sekarang ini, adalah hak asasi yang melekat pada diri setiap orang dan /atau setiap warga negara. Hak dasar ini pun dijamin dan dilindungi oleh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu, larangan-gangguan dan bahkan tuduhan serta ancman yang disuarakan dan/atau dilakukan oleh pihak manapun, harus ditolak dan dihilangkan karena bertentangan dengan konstitusi dan undang-undang HAM.

Bahwa lahirnya Gerakan Pemuda Ansor, baik ketika masih menggunakan nama Syubbanul Wathon (Pemuda Tanah Air) dan Dakwatus Syubban (Panggilan Pemuda) yang dipimpin tokoh pemuda Surabaya: Abdullah Ubaid, Mustahdi dan Thohir Bakri pada 1924, yang bernaung di bawah panji Nahdlatul Wathon (Kebangkitan Tanah Air)– embro NU berdiri 1916, adalah merupakan kesadaran sikap mental dan peran kaum muda untuk ikut terlibat dalam upaya membebaskan bangsa dari cengkeraman penjajah.

Bahwa kemudian kedua organisasi pemuda itu, pada tahun 1930, melebur menjdi satu wadah dengan nama Nahdlatus Syubban (Kebangkitan Pemuda), lalu pada 1942 menjadi PNO (Pemuda Nahdlatul Oelama), dan dua tahun kemudian (1934) menjadi ANO (Ansor Nahdlatul Oelama), dan selanjutnya (setelah revolusi fisik merebut kembali kemerdekaan Indonesia (pada 1949) menjad Gerakan Pemuda Ansor hingga sekarang ini, adalah juga merupakan panggilan sejarah pertempuran hidup-mati guna membebaskan bangsa Indonesosia dari belenggu penjajah serta untuk mempertahankan kemerdekaan guna membangun masa depan NKRI yang berkebebasan, berdaulat, adil dan makmur.

Bahwa begitu pula lahirnya Banser (Barisan Ansor Serbaguna), baik ketika masih menggunakan nama Ahlul Wathon (Pandu Tanah Air)—terfokus pada latihan disiplin fisik untuk pemuda berusia 17-18 tahun—di bawah kepemimpinan Imam Surkalan Suryoseputro, maupun ketika kemudian berubah nama menjadi Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) pada tahun 1934, lalu muncul/lahir kembali dengan nama Panser kemudian Banser pada 1964 di bawah komando Muhammad Zainuddin (MZ) Kayubi, adalah karena kebiadaban aksi-aksi sepihak PKI dan neven-nevennya yang merampas dan menduduki tanah-tanah milik pak Haji, Kiai dan umat Islam secara paksa dengan melawan hukum.

Bahwa Banser kemudian bergerak mengimbangi bahkan memukul mundur aksi-aksi sepihak PKI—terutama di Karesidenan Kediri—hingga membuat pimpinan puncak CC PKI DN. Aidit dan Dr. Soebandrio marah besar lalu meminta Presiden Soekarno untuk membubarkan GP Ansor. Permintaan PKI itu kemudian disampaikan Bung Karno kepada Ketua Umum PBNU KH. Dr. Idham Cholid dan dijawab tegas: “Ansor tidak boleh dan tidak bisa dibubarkan. Justru PKI yang harus dibubarkan karena melakukan tindakan melawan hukum”. PKI telah mengobarkan permusuhan kepada umat Islam dengan yel-yel:”langgar bubar, pondok bobrok, santri mati”.

Bahwa situasi dan kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akhir-akhir ini telah dirasakan oleh banyak pihak sama persis seperti masa-masa menjelang peristiwa berdarah G 30 PKI 1965. Oleh karena itu, kami IKA Ansor dan Banser Jawa Tmur yang telah terbentuk pada awal Maret 2022 lalu, pada hari ini, Jum’at 17 Juni 2022, meneguhkan kembali diri kami sebagai Nahnu Anshorullah sekaligus tabarrukan pada hawariyyin (suku Aus dan Khazraj) saat mereka menyambut hijrah Baginda Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib (Madinah).

Kami menyatakan sikap: siap untuk terus bergerak dengan siaga tinggi guna menghadang munculnya kembali KGB (Komunis/PKI Gaya Baru) dan Islamopobia dalam rangka iqoomatul haqqi wal ‘adl—membentengi aqidah Islam Ahlussunnah wal jama’ah dan NKRI berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, Pancasila dan UUD 1945, guna mewujudkan kedaulatan, keadilan dan kesejahteraan rakyat yang sesungguhnya, yang selama ini hilang dan hampir musnah dibajak oligarki ekonomi berkolaborasi dengan pengkhianat bangsa.

Terakhir, kami menyatakan akan terus melakukan kajian historis, diskusi- diskusi ilmiah dll bersama PPKN atau berada dan bernaung di bawah panji-panji PPKN (Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyah) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ahmad Zahro MA. Adapun mengenai struktur organisasi dan mekanisme kerja bersama akan dibahas dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Surabaya, Jum’at 17 Juni 2022

Deklaratot IKA Ansor Banser Jawa Timur dan PPKN (*)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry