
PASURUAN | duta.co – Dalam upaya menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal, siswa SDN Ngadirejo 1 Tutur mengikuti kegiatan pembelajaran berbasis kearifan lokal dengan tema “Mengenal Lebih Dekat Tradisi Entas-Entas Adat Suku Tengger”, Senin (20/10/25). Kegiatan ini dilaksanakan di lingkungan sekitar sekolah yang masih kental dengan nuansa budaya masyarakat Tengger.
Melalui kegiatan ini, para siswa diajak langsung oleh guru untuk menyaksikan proses Entas-Entas, yaitu tradisi khas masyarakat Tengger sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk arwah leluhur agar mencapai ketenangan. Siswa tampak antusias mendengarkan penjelasan dari tokoh adat yang diundang khusus untuk memberikan wawasan tentang makna dan filosofi di balik tradisi tersebut.
Kepala SDN Ngadirejo 1 Tutur, Risdiyan Tri Wahyudi, M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pembelajaran kontekstual dan penguatan karakter.
“Kami ingin anak-anak tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga mengenal budaya yang hidup di sekitar mereka. Dengan mengenal tradisi Entas-Entas, mereka belajar nilai-nilai gotong royong, penghormatan kepada leluhur, dan pentingnya menjaga warisan budaya,” ungkapnya.
Selain belajar sejarah dan makna upacara, siswa juga berkesempatan untuk mengamati berbagai perlengkapan adat seperti sesaji, dupa, dan pakaian tradisional yang digunakan dalam prosesi. Beberapa siswa bahkan mencatat dan menggambar benda-benda budaya tersebut sebagai bagian dari proyek pembelajaran tematik.
Salah satu siswa kelas VI, Aflah, mengaku senang bisa menyaksikan langsung kegiatan adat tersebut. “Biasanya kami cuma dengar dari cerita orang tua, tapi sekarang bisa lihat sendiri. Ternyata tradisinya indah dan penuh makna,” ujarnya dengan semangat.
Melalui kegiatan ini, SDN Ngadirejo 1 Tutur berharap dapat menumbuhkan rasa bangga pada budaya daerah serta memperkuat identitas kebangsaan di kalangan siswa sejak dini. Kegiatan tersebut juga menjadi bukti nyata bahwa sekolah tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu, tetapi juga wahana pelestarian budaya bangsa. (Puj)