Keterangan foto viva.co.id

JAKARTA | duta.co – Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) siap turun gunung, menjadi jurkam dalam memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandi di Pilpres 2019. Tekad SBY ini mengubur anggapan orang, bahwa, dia akan bermain ‘dua kaki’ dalam Pilpres 2019.

Penegasan tersebut sebagaimana disampaikan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto usai bertemu dengan SBY di Mega Kuningan Jakarya Selatan, Rabu (12/9) malam. “Pak SBY minta menjadi jurkam (juru kampanye),” terang Prabowo.

Namun demikian, lanjut mantan Danjen Kopassus itu, dirinya tidak berani menempatkan SBY di struktur kepengurusan tim pemenangan. Baginya, posisi SBY terlalu tinggi untuk dimasukkan. Dia bahkan menyebut SBY sebagai godfather yang akan menjadi mentor dirinya.  “Kalau godfather sudah di atas lah. Dia itu mentor saya,” demikian Prabowo.

Sikap politik SBY ini, sejalan dengan keputusan Partai Demokrat yang mengusung Prabowo-Sandi. Apalagi, selama ini, kesan publik, perseturuan SBY versus Megawati tak kunjung selesai. SBY sendiri rencananya bergabung dengan koalisi Jokowi, tetapi, selalu tertutup oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati.

SBY juga kerap melontarkan masalah hubungannya dengan Megawati. SBY pernah menyinggung kurang harmonisnya hubungan Demokrat dengan partai pendukung Jokowi. Ia bahkan terang-terangan mengakui, hubungannya dengan Megawati masih belum pulih. “Masih ada jarak, masih ada hambatan,” katanya.

Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh

Rumor berkembang begitu cepat. Hubungan SBY dan Megawati dikabarkan mulai buruk sejak 15 tahun lalu. Konon, bermula pada 2003, Megawati mulai mencium aroma politik saat SBY menjadi Menko Polhukam dalam pemerintahan Megawati-Hamzah Haz. Saat itu, SBY banyak muncul dalam iklan sosialisasi pemilu.

Saat itu pula, Megawati mulai mengucilkan SBY dengan tak mengikutsertakannya dalam rapat kenegaraan. SBY pun mengirimkan surat kepada Megawati, tapi tak mendapat respons. Surat kedua dilayangkan SBY pada 11 Maret 2004 yang berisi pengunduran dirinya sebagai Menko Polhukam.

Kemudian, di bulan yang sama, SBY tancap gas membentuk Partai Demokrat dan mulai berkampanye pada Pemilu 2004. Di tahun yang sama, SBY mendaftarkan diri sebagai calon presiden dengan menggandeng Jusuf Kalla.

Keduanya melawan Megawati yang saat itu berduet dengan KH Hasyim Muzadi. Saat debat capres di televisi, Megawati berusaha terus menghindari SBY. Dalam pertarungan Pilpres, Megawati-Hasyim kalah oleh SBY-JK di putaran kedua. Kala itu Mega-Hasyim mendapat perolehan suara 44.990.704 atau 39,38 persen, sementara SBY-JK meraih 69.266.350 atau 60,62 persen.

Pada 5 Oktober 2004, KPU mengumumkan kemenangan SBY dalam Pilpres 2004. Lalu, pada 20 Oktober 2004, saat SBY membacakan sumpah presiden, Megawati malah mengundang kader PDIP untuk buka puasa di Kebagusan.

Di sana, Megawati mengatakan “Saya katakan, kita bukan kalah (dalam pemilu), tapi kurang suara. Jangan merasa kita kalah, kita hanya kekurangan suara!”

Megawati bertekat merebut kembali kursi presiden. Namun, fakta berkata lain, Megawati kembali kalah melawan SBY dalam Pilpres 2009. Megawati yang berduet dengan Prabowo tumbang hanya dalam satu putaran. SBY-Boediono menang telak, lebih dari 60 persen. PDIP pun kembali menjadi oposisi selama 10 tahun. Selama itu pula, Megawati enggan menghadiri acara kenegaraan karena tak mau bertemu SBY.

Usai peristiwa itu, keduanya bertemu kembali saat pemakaman suami Megawati, Taufiq Kiemas. Saat itu, SBY menjadi inspektur upacara pemakaman Ketua MPR itu pada 9 Juni 2013. SBY menyampaikan langsung ucapan ikut berduka atas meninggalnya Taufiq Kiemas. SBY menyalami Mega, menggenggam erat tangan kanan Mega dengan dua tangannya.

Jabat tangan hangat SBY disambut Mega. Di samping Mega, ada Puan Maharani, yang juga mengenakan pakaian serbahitam kembar dengan Mega ditambah kerudung hitam, tampak tersenyum kecil.

Megawati mulai terobati, ketika SBY harus lengser, dan Jokowi-JK memenangkan Pilpres 2014. Megawati menyebutnya telah berpuasa 10 tahun. Nah, di era Jokowi, keduanya kembali bertemu . SBY dan Megawati sama-sama diundang Jokowi menghadiri HUT Kemerdekaan RI di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2017.

Pertemuan Mega-SBY ini dinilai sebagai sinyal keduanya berkoalisi di Pilpres 2019. Namun kenyataannya, SBY mengaku sulit berkoalisi di kubu PDIP karena terhalang Megawati.

Hari ini publik akan menyaksikan kembali bagaimana hubungan buruk SBY-Mega dalam Pilpres 2019. Akankah seperti Tom and Jerry, sebuah serial animasi hasil produksi MGM (Amerika Serikat) yang bercerita tentang seekor kucing dan tikus yang selalu bertengkar? Wallahu’alam. (mky, rmol,liputan6)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry