KH Salahuddin Wahid (tengah) di Surabaya, Senin (22/1) hari ini. (duta.co/faizal)

SURABAYA | duta.co – Pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyayangkan sikap Bacagub Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang membawa garis keturunan sebagai komoditas politik. Apalagi jika klaim tersebut tidak sesuai dengan fakta.
“Saiful memang bukan cicit pendiri NU,” ujar Gus Sholah yang juga cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari di Posko Relawan Khofifah-Emil, Jl Taman Gayung Sari Barat Surabaya, Senin (22/1).
“Mbah buyutnya Saiful (KH Bisri Syansuri, red) itu mbah saya. Tokoh NU tetapi bukan pendiri NU. Beliau Rois Aam ke-2 setelah Mbah Wahab (KH Wahab Chasbullah). Mbah Wahab itulah yang memiliki gagasan dan mendirikan NU.”
Sebelumnya, branding “Saifullah Yusuf cicit pendiri NU” digulirkan Gus Ipul dan tim pemenangannya. “Mbak Puti adalah cucu langsung Proklamator Bung Karno. Saya sendiri adalah cicit langsung salah seorang pendiri NU, Mbah KH Bisri Syansuri. Lihat, betapa indah Allah membuat skenario untuk kita! Isyaratnya sangat jelas: Kita harus jaga Jawa Timur sebagai bagian sangat penting untuk menjaga Indonesia,” ujarnya kepada wartawan, 10 Januari 2018 lalu.
Pernyataan Gus Ipul ini seakan-akan untuk ‘mencocok-cocokkan’ antara dirinya dengan nasab bakal Cawagubnya, Puti Guntur Soekarno, yang merupakan cucu salah seorang proklamator RI Soekarno.
Menanggapi hal ini, Gus Sholah menyayangkan. “Saya ndak tahu siapa yang membikin (foto) itu. Tapi sebaiknya jangan membawa orang yang sudah wafatlah. Sebenarnya jangan juga membawa nama organisasi,” tukasnya.
Sebelumnya, bantahan serupa dilontarkan putri KH Abdul Wahab Chasbullah (Mbah Wahab), Nyai Machfudhoh. “Kalau cicitnya Kiai Bisri (KH Bisri Syansuri) jelas! Tapi kalau cicitnya pendiri NU, tidak!” katanya beberapa waktu lalu.
Menurut Nyai Machfudhoh, Kiai Bisri diajak bergabung Kiai Wahab ketika NU sudah berdiri. “Yang merintis itu Abah (Kiai Wahab), yang deklarasikan Kiai Hasyim (Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari). Begitu sudah dideklarasikan Kiai Hasyim, baru Kiai Bisri diajak Abah untuk bergabung,” jelasnya.
Sejak itu Kiai Bisri diikutkan berjuang di NU hingga menjadi rais aam setelah Kiai Wahab wafat. Sebelumnya Kiai Wahab menggantikan Kiai Hasyim, namun untuk posisi rais aam bukan rais akbar.
“Ketika Muktamar NU di Surabaya (1971) Abah sudah gerah (sakit). Muktamirin kemudian meminta Kiai Bisri menjadi rais aam namun tidak mau karena masih ada Abah. Setelah Abah meninggal seminggu usai muktamar, baru Kiai Bisri mau,” tuturnya.
Nyai Machfudhoh menambahkan, Kiai Bisri masih terhitung pamannya sendiri karena menikah dengan adik Kiai Wahab, Nyai Chodijah. “Ceritanya Kiai Bisri itu mondok di Makkah dengan Abah. Melihat kok alim dan pintar, lalu dijodohkan dengan adik Abah, namanya Chodijah,” katanya.
Meski keluarga sendiri, tapi soal kebenaran sejarah, Nyai Machfudhoh tetap harus meluruskan kalau Saifullah Yusuf bukan cicit pendiri NU karena dalam sejarahnya pendiri NU hanya Kiai Hasyim dan Kiai Wahab.
“Dalam Muktamar NU (Nyai Machfudhoh lupa Muktamar NU ke berapa) saya dengar pernah diangkat, bahwa Kiai Bisri itu termasuk penguat-lah karena diajak Abah ke sana ke mari. Tapi yang jelas dalam sejarah penggeraknya, perintisnya itu Abah dan deklarasinya Kiai Hasyim,” paparnya. zal

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry