Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin (kanan) memberikan tanda mata pada Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Kemenpora, KH Asrorun Niam Sholeh saat seminar kebangsaan memperingati Hari Santri Nasional di Unesa, Rabu (13/11/2024). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Peringatan Hari Santri 22 Oktober 2024 lalu sangat relevan dengan dinamika sosial dan permasalahan saat ini.

Adanya keberagaman yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini diharapkan ada peran santri dan santriwati untuk bisa menjaga toleransi sehingga tidak ada gejolak sosial dan adat istiadat yang bertentangan dengan agama.

Hal itu diungkapkan Wakil Rektor 1 Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Madlazim saat berbicara dalam Seminar Kebangsaan dalam Rangka Hari Santri Nasional di Graha Unesa, Rabu (13/11/2024).

“Kami mendorong bagaimana santri berperan penting  menjaga toleransi di tengah masyarakat majemuk. Karena di situ akan ada tantangan yang memecah belah umat Islam. Santri harus bisa berperan sebagai penjaga moral dan agen perumahan,” jelasnya.

Ditegaskan Prof Matlasim, komitmen Unesa akan ke NU-an tidak perlu diragukan lagi. Ada banyak kader NU yang menempati posisi strategis di Unesa. “Rektor Cak Hasan juga NU nyel,” tandasnya.

Bahkan Unesa memberikan kesempatan bagi mahasiswa jalur prestasi keagamaan. Yang saat ini jumlahnya mencapai 1.896 orang. Mereka bebas UKT hingga lulus bahkan dibebaskan memilih program studi kecuali kedokteran. “Kami harap nanti setelah lulus mereka mengabdi ke sekolah atau pesantrennya dulu, minimal setahun,” ungkapnya.

Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin menambahkan bahwa keberagaman itu adalah sebuah keniscayaan. Karena sejak dulu kala perbedaan itu sudah ada dan nyata.

“Kita tidak bisa berpikir sama, apalagi ada kebebasan berpikir. Namun bagaimana keberagaman itu bisa menyatukan pemikiran. Harus ada arah pemersatu sehingga semua orang menghadap ke arah yang sama,” katanya. “Sholat jamaah menghadap kiblat, semua melakukan Itu, sehingga ajaran Islam itu harus direnungkan,” tambahnya.

Sementara itu Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Kemenpora, KH Asrorun Niam Sholeh mengatakan pada dasarnya semua orang bukan siapa-siapa. Karena sebuah prestasi, maka bisa berkontribusi untuk negeri.

“Jadi jangan takut. Latar belakang santri, bisa kok mewarnai negeri. Kontribusi melalui bidang keagamaan itu bisa banget,” ujarnya.

Intinya kata Gus Niam, ketika menjadi santri diniatkan untuk tholabul ilmi atau menuntut ilmu. Karena santri itu  muridnya ulama dan bisa menjadi pewaris ulama. “Grade-nya santri itu tinggi asalkan  mengikuti kiai dan ulama,” tuturnya. lis

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry