
SURABAYA | duta.co – Media sosial tidak bisa lepas dari anak generasi Z (genzi). Karena sejak mereka lahir, teknologi dan media sosial sudah tersedia.
‘Modal’ teknologi dan media sosial tulah yang tidak dimiliki generasi-generasi sebelumnya. Namun tinggal bagaimana menstimulus mereka agar mereka itu bisa turut mengintervensi sosial media dengan konten-konten berkualitas konten-konten kritis konten-konten yang punya dampak.
Hal itulah yang dikatakan Sastrawan dan Sosiolog, Okky Madasari saat Dialog Pemuda, Pelajar di Tengah Disrupsi Media Sosial yang digelar di SMA Progresif (SMASIF) Bumi Shalawat, Senin (23/6/2025).
Okky mengatakan tidak setuju jika anak muda tidak boleh bersosial media (sosmed). Justru anak muda harus masuk di gelanggang sosmed. Namun harus punya bekal pengetahuan yang kuat.
“Caranya, pikiran kritisnya harus dilatih jadi kita harus terus memancing dan melatih mereka untuk merawat pikiran kritis salah satunya adalah berani mempertanyakan sesuatu jangan asal ikut-ikutan, jangan asal. Sekarang kan ada yang lagi tren fomo, fear of missing out. Tren takut ketinggalan, takut tidak sama dengan yang lain. Nah mentalitas seperti ini harus dirobohkan,” jelasnya.
Dikatakan Okky pikiran kritis yang sangat berharga harus ditingkatkan literasinya. Salah satu caranya dengan berlatih menulis dengan baik. Karena banyak masalah di sosial media terjadi karena semuanya tidak punya kemampuan menulis.
“Akhirnya hanya bisa ngata-ngatain orang akhirnya sekedar bikin konten yang menciptakan masalah. Mereka harus dilatih tertib logika, tertib berpikir, tertib menulis. Dengan begitu akan menghasilkan karya-karya yang lain,” tuturnya.
Dan para santri dan santriwati di SMA Progresif Bumi Shalawat ini kata Okky harus terus melatih berpikir kritis itu dengan terus berkarya dan bersuara. Apalagi santri punya peran besar dalam kemajuan Indonesia dan sejarah menunjukkan peran santri itu besar dalam membangun Indonesia. “Jadi santri harus mengambil peran, jangan santri hanya diam dan tertinggal,” tandasnya.
Tantang Santri Menampilkan Argumen
Okky pun mengajak 300 santri kelas X untuk menyampaikan pendapatnya tentang banyak hal. Salah satunya tentang topik senioritas.
Santri dan santriwati diminta menyampaikan pendapat mereka selama maksimal lima menit tentang topik itu. Apakah mereka setuju senioritas atau tidak setuju, dengan argumen yang masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan.
Azza dan Kamila tampil di hadapan teman-temannya dan menyampaikan argumentasinya tentang senioritas. Dan apa yang diungkapkan mereka diapresiasi Okky. “Yang seperti Azza dan Kamila ini perlu diberi apresiasi. Mereka adalah anak muda yang memiliki argumen sendiri yang bisa mereka pertanggungjawabkan. Tidak asal bicara,” jelas Okky.
Okky meminta santri dan santriwati SMASIF bisa menjadikan media sosial sebagai panggung pertama yang bisa menunjukkan bakat, potensi yang dimiliki. Media sosial harus sebagai etalase bakat dan kemampuan.
Nasywa Imtiyaz selaku Kepala Bidang Media dan Publikasi SMASIF mengatakan dialog pemuda ini untuk memberikan bekal kepada santri dan santriwati agar bijak dan bertanggungjawab dalam bermedsosm
“Kami berharap mereka memiliki benteng dari pengaruh negatif medsos, terutama harus bisa mengontrol akan penyebaran informasi yang tidak benar. Ini sebagai bekal agar saat liburan nanti dimana lebih banyak waktu untuk bermain media sosial, bisa lebih bijak menggunakannya,” tandas Nasywa. lis