JAKARTA | duta.co – Serangan kubu lawan ke arah Prabowo Subianto dinilai sudah tidak masuk akal. Khususnya serangan dengan menggunakan senjata agama. Karena itu, Prabowo tidak mau meladeni mereka yang hobi menyerang dengan hoax itu.
Namun demikian Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, menangkis serangan terhadap Prabowo itu. Sandi membantah tuduhan hipokrit yang ditujukan kepada Prabowo Subianto setelah penghapusan video menari di acara Natal. Dia beranggapan video tersebut dihapus untuk tujuan memutus kontroversi. Prabowo tidak mau masyarakat dibawa ke masalah yang tidak substansial di luar program.
Sandiaga meluruskan tuduhan itu saat dicegat wartawan setiba di Gelanggang Lapangan Tenis Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan setelah melakukan jogging, Jumat (28/12/2018) pagi tadi pukul 07.01 WIB. Seperti biasa Sandi lalu bertemu awak media. Sandiaga juga menyempatkan rutinitasnya berolahraga basket bersama teman-teman reuninya di lapangan basket Bulungan. Dalam kesempatan itu Sandiaga mengatakan bahwa Prabowo merupakan sosok yang apa adanya.
“Pak Prabowo itu apa adanya, yang melihat Pak Prabowo sehari-hari kan saya. Saya lihat Pak Prabowo emang orangnya rileks, santai, dia suka line dance,” kata Sandiaga saat ditanya wartawan terkait video tarian Prabowo yang sempat dihapus.
Sandiaga menganggap tarian yang ada di video tersebut semacam tari Poco Poco dan Sajojo yang sering dilakukan oleh teman-teman Prabowo dan Sandiaga sendiri. Namun dirinya menyayangkan itu dipakai sebagai hoax bagian dari ibadah, oleh sebab itu video tersebut dihilangkan, sebab serangan lawan menjurus ke arah yang negatif.
“Kemarin karena diplesetkan, di-hoax-kan, bahwa itu bagian dari ibadah dan lain-lain. Untuk memutus kontroversi tentunya, lebih baik (dihapus) daripada memicu banyak kontroversi,” jelas Sandiaga.
Sandiaga juga merespon tuduhan penghapusan itu mengarah pada Prabowo hipokrit. Menurutnya isu yang diangkat PSI itu bukan menjadi isu dan tidak akan ditanggapi kubu Prabowo-Sandi.
“Kita fokusnya di ekonomi apapun yang diangkat temen temen PSI yang non-ekonomi, tidak akan kami tanggapi, tapi saya yakin karena PSI kan ingin mengangkat semua isu, ya kita hormati itu,” ujar Sandiaga.
PSI Polah Jokowi Kepradah
PSI yang dimaksud adalah Partai Solidaritas Indonesia yang akhir-akhir ini menebar banyak kontroversi. Apalagi PSI juga menyoal isu poligami dan Natal. Isu poligami menyasar kelompok Islam tertentu. Begitu juga soal Natal, yang justru ramai bila dikaitkan dengan orang Islam sebab yang diangkat masih saja soal hukum mengucapkan selamat Natal. Yang aneh isu Natal sendiri malah tidak ditujukan kepada umat Kristiani. Karena itu gara-gara polemik soal isu poligami sesama kubu Jokowi pecah suara. PSI polah, Jokowi pun kepradah alias kena getahnya. Suara dukungan untuk Jokowi diperkirakan semakin anjlok karena PSI.
Calon anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga pengacara kondang Farhat Abbas menilai pernyataan Ketua Umum PSI Grace Natalie soal larangan poligami dapat merugikan calon presiden pasangan nomor urut satu Joko Widodo. Sebab kata Farhat, seakan-seakan Jokowi melarang poligami bagi rakyat Indonesia.
“Pernyataan-pernyataan Ketua Umum PSI ini merugikan Jokowi jadi seolah olah nanti pak Jokowi melarang poligami,” ujar Farhat seusai menghadiri Haul Ke -9 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Konsolidasi Caleg Partai Kebangkitan Bangsa Pemilu 2019 di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (17/12/2019) lalu.
Karena itu dia menyebut pernyataan Grace merugikan pasangan capres -cawapres yang diusung Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Farhat menyarankan kepada PSI untuk tidak banyak bermimpi dan membuat kontroversi yang dapat merugikan Jokowi. Pasalnya PSI merupakan partai baru yang belum mempunyai kursi.
“Jadi pernyataan Grace itu merugikan Jokowi dan sebagai partai kecil yang belum punya kursi nggak usah terlalu banyak mimpi dan cerita belum jadi apa apa sudah mau membuat satu kontroversi dengan cara cara itu dan ini sangat merugikan pak Jokowi dari awal saya sudah minta [dikeluarkan],” tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PSI Grace Natalie menegaskan, bakal memperjuangkan diberlakukannya larangan poligami bagi pejabat publik di tingkat eksekutif, legislatif, yudikatif hingga aparatur sipil negara (ASN). “PSI tidak akan pernah mendukung poligami. Tak akan ada kader, pengurus, dan anggota legislatif dari partai ini yang boleh mempraktikkan poligami,” ujar Grace dalam pidato politiknya pada Festival 11 di Surabaya, Selasa (11/12/2018) malam.
Ia menegaskan, akan memperjuangkan revisi atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang membolehkan poligami. Riset LBH APIK tentang poligami, kata dia, menyimpulkan bahwa pada umumnya praktik poligami menyebabkan ketidakadilan, termasuk menyakiti perempuan anak yang ditelantarkan.
Bukan hanya itu, Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia Mohamad Guntur Romli mengatakan instruksi Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni agar kader muslim menyampaikan ucapan selamat Natal bertujuan untuk menciptakan budaya politik toleran. “Budaya politik toleransi harus direkayasa, harus diciptakan,” kata Guntur Romli yang juga dikenal sebagai aktivis muda NU dalam siaran tertulisnya, Selasa, 25 Desember 2018.
PSI sebagai partai politik baru, kata Guntur, ingin menciptakan budaya politik toleransi yang dimulai dari kalangan internal. Ia mengatakan ucapan selamat Natal bukan sekadar ucapan, lebih dari itu politik pengakuan akan eksistensi kebhinnekaan beragama.
Guntur Romli pun menyinggung hasil penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI) terkait meningkatnya intoleransi politik selama dasawarsa. Menurut dia, penelitian LSI menunjukan adanya peningkatan intoleransi politik dalam dasawarsa yang berbeda dari intoleransi kultural.
“Artinya politik menyebabkan intoleransi, mulai dari kebijakan perda-perda berbasis agama tertentu, sementara kultural mengalami kemandekan dalam toleransi akibat politik intoleran, dalam konteks ini, seruan PSI soal ucapan Natal,” kata Guntur. (dt/tmp/kcm)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry