KEDIRI | duta.co -Saat sejumlah orang sibuk menata barang dagangannya usai peresmian Pasar Setono Betek pada Kamis lalu, terlihat sosok wanita tua duduk di anak tangga sebelah barat menghubungkan ke lantai dua. Dia pun terlihat duduk lesu, sambil bersandar pada tembok bangunan menatap sejumlah orang yang berlalu lalang.

Mikir apa, mbah? Sontak saja perempuan yang rambutnya dipenuhi uban ini langsung melempar senyuman.

“Saya sudah berjualan pakaian sejak Tahun 54, dulu awalnya di Pasar Jagalan terus pindah ke sini. Dulu ditemani suami, tapi sekarang telah meninggal,” ujar Watini (82) dikaruniai 8 anak dari hasil berdagang pakaian ini.

Dari mulutnya yang tak lagi dipenuhi gigi ini, mengaku sejak pasar ini dibangun dan kini resmikan, telah 1,5 tahun hasil berdagangnya turun drastis.

“Dulu dagangan saya bisa laku hingga Rp 500ribu, sekarang bisa laku Rp 40 ribu saya sudah bersyukur. Bahkan kadang sehari tidak laku sama sekali,” jelas warga Kelurahan Bandar Lor Gg. IV Kecamatan Mojoroto ini.

Meski demikian, dia mengaku bersyukur masih diberi kesehatan dan semua anak – anaknya telah bekerja dan telah memberikan 10 cucu.

“Jadi bila tidak laku, anak – anak yang membantu biaya hidup saya,” jelasnya. Menjadikan hati kita miris, sang nenek ini memilih berjalan kaki setiap berangkat maupun pulang berdagang di Pasar Setono Betek.

“Jika badan terasa capek atau pulang membawa dagangan, saya baru naik becak. Namun bila dagangan saya simpan di lemari, saya memilih pulang jalan kaki,” imbuhnya.

Dia pun rutin berdagang mulai pukul 08.00wib hingga menjelang pukul 12.00wib, namun bila awal bulan hingga pukul 15.00wib.

Maraknya keberadaan pasar modern dan sistem penjualan dengan online, dimungkinkan berpengaruh pada penjualannya. Meski demikian, Watini berharap seiring dengan diresmikan pasar tradisional ini, membawa berkah pada dagangannya. (nng)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry